PART 3

35 33 15
                                    

Happy Reading📚👇👏

Pagi bisa jadi salah satu momen spesial di setiap harinya. Pasalnya, pagi adalah saat di mana dibukanya lembaran baru dalam hidup seseorang. Oleh karena itu, pagi seringkali dilalui dengan penuh semangat dan suka cita. Pagi yang segar juga jadi waktu yang tepat untuk mencari inspirasi. 

Inspirasi dan ide atau gagasan jadi hal penting dalam hidup. Pagi jadi momen yang tepat untuk mencari inspirasi. Pasalnya, pikiran yang masih segar akan memudahkan kita untuk menemukan ide dan gagasan.

Taksi online yang Rini tumpangi berhenti tepat di sebuah bangunan perkantoran besar dengan puluhan  lantai. Untuk sesaat dia terkagum-kagum memandangi megahnya kantor barunya. Ini adalah pertama kalinya gadis itu ke sini, mengingat seluruh rekrutmen perusahaan melalui online.

Perlahan Rini berjalan menuju lobi utama. Pantulan kaca di dekatnya seketika menarik perhatiannya. Mumpung belum banyak orang berlalu lalang, Rini ingin memastikan penampilannya tak mengecewakan pagi ini; kemeja putih dibalik blazer hitam, rok pensil selutut serta heels hitam setinggi 5 senti. Meskipun roknya sedikit kusut, mungkin karena tertindih di di taksi tadi, tapi penampilannya jelas lumayan. Tak sia-sia Rini bangun jam 4 pagi di awal untuk bersiap diri.

"Tenang Rini, tenang," gumamnya pelan sembari menatap pantulan dirinya. Dihelanya napas panjang, berusaha mengatur debar jantungnya.

Segera saja Rini melanjutkan langkahnya seraya mengetatkan map di dalam pelukannya seorang wanita dengan senyum lebar menyapa dari balik meja resepsionis. Name tag' "Emily" terpasang di dadanya.

Wanita itu hanya meminta kartu identitas serta menanyakan kedatangan Rini ke sini. Dengan bangganya serta sedikit basa-basi, Rini menjawab pertanyaan Emily membiarkannya menuju lift.

Tepat di depan lift sambil menunggu lift terbuka, Rini sengaja mengambil ponsel di tas. Dia ingin memastikan letak kantor agensinya berada. Mulutnya tanpa sadar berguman pelan sembari membaca isi email di ponselnya.

LeoyAds

Alisnya mengernyit. Find a rose? Ha, maksudnya? Batinnya. Bersamaan itu pula dentingan lift terbuka mengalihkan perhatian Rini. Tanpa memperhatikan sekitar, buru-buru dia memasukinya. Gadis itu baru menyadari keberadaan orang lain bersamanya saat sebuah tangan tiba-tiba mendahuluinya untuk menekan tombol lantai dua tujuh.

Refleks Rini menengadah, mencari tahu. Tanpa bisa dicegah matanya mengerjap menemukan pria asing berdiri di hadapannya. Tinggi, Rini hanya selehernya padahal gadis itu yakin dia hampir 170cm. Perhatiannya beralih pada wajah pria jangkung tersebut. Kata-kata seolah hilang di kepalanya. Rini tanpa sadar memperhatikan pria itu terlalu detail; kacamata hitam berbingkai cokelat, bekas cukuran yang masih menyisakan sisa cambang di sekitar pipinya. Rini seperti tersihir melihatnya.

Rini mungkin jatuh cinta kepada Sehun, tapi Rini tak akan menampik bahwa pria di hadapannya ini benar-benar tampan. Hati boleh memilih kepada siapa kita jatuh cinta tapi bukan berarti kita dilarang menggagumi ketampanan lain yang Tuhan ciptakan di bumi, bukan?

"Lantai?" Suara berat pria itu berhasil menyentak gadis itu.

"Eh ... sama. Eh ... maksudku lantai dua tujuh juga." Seketika dia memaki dirinya sendiri ketika menyadari bahwa dia gugup di depan pria itu.

Kesan pertama yang buruk sekali, batin Rini.

Untungnya pria itu tak lagi bersuara. Sepersekian detik keheningan, Rini baru menyadari satu hal. Jika pria asing itu menuju lantai yang sama maka besar kemungkinan mereka akan bekerja di tempat yang sama. Rini yang tadinya mundur, tiba-tiba saja bergerak mendekat. Diteguhkan niat, hari pertama setidaknya harus punya teman baru. Handsome is bonus.

Me After Meet You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang