Happy Reading📚👇👏
Manusia diwajibkan bekerja untuk mendapat penghasilan. Penghasilan itu yang biasanya berupa uang, digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Lantaran menjadi rutinitas harian, ada kalanya kamu mengalami bad day atau day off, istilah untuk menggambarkan pada hari itu kamu sedang tidak dalam kondisi terbaik untuk bekerja.
Tatapan Chanyeol tertuju lurus pada punggung Rini. Dia tahu, gadis itu sedang menggerutu panjang di sana. Sudah dipaksa membuatkan Cokelat, Chanyeol juga telah momen Rini yang sedang menangis.
Hanya saja, Chanyeol tak peduli. Dia harus tahu bagaimana Rini membuat cokelat itu. Karena sejak minum cokelat Rini kemarin, Chanyeol mendadak terus menginginkan lagi dan lagi. Hanya saja Chanyeol tak ingin bergantung pada Rini.
Suara sendok yang dilempar ke wastafel menyentak Chanyeol. Buru-buru pria itu menoleh ke arah jam dinding, jelas tak ingin ketahuan baru saja memelototin bawahan barunya. Pasalnya, selain hanya berdua di pantri, Chanyeol yak ingin Rini merasa tak aman dengan keberadaannya.
"Cokelatnya, Pak."
Perlahan kepala Chanyeol bergerak kearah Rini, seolah baru menyadari keberadaan gadis itu. "Terima kasih."
Diraihnya cangkir, lalu menghirupnya pelan. Aroma cokelat memang terasa sama saja dengan cokelat yang biasa dia buat, tapi rasanya jelas berbeda. Chanyeol tak mengerti, mengapa cokelat buatan Rini sangat mirip dengan ingatan masa lalunya.
Sementara Chanyeol sibuk dengan pikirannya sendiri, Rini segera bergabung dengan pria itu di sofa. Didudukinya ujung lain sofa, lalu menyesap cokelatnya. Pikirannya berkelana, menyusuri kejadian hari ini. Perlu satu tamparan keras yang akhirnya menyadarkan Rini betapa besar perasaan Sehun pada Clara. Ini jelas membuatnya frustasi. Rasanya semesta tak pernah adil pada kehidupan cinta Rini. Mengejar ratusan kilometer demi cintanya, kini terasa sia-sia.
"Kenapa kamu menangis, Rini?" Suara berat Chanyeol menyentak Rini.
Refleks dia menoleh. Rini jelas terkejut, karena Chanyeol terdengar sedikit perhatian. "Ha?"
Seperti menyadari kesalahannya, Chanyeol berdeham keras. "Saya bukan bermaksud perhatian sama kamu, tapi ini sudah malam Rini."
"Oh ... maafkan saya, Pak. Saya mengira di sini ... kosong." Rini memelankan suaranya. Dia merasa bersalah karena main asal menangis tanpa memeriksa bahwa tempat ini kosong atau tidak. Baru juga memperbaiki kesan di mata bosnya, sekarang sudah kembali rusak.
Kamu benar-benar bodoh, Rini, makinya di dalam hati.
"Saya kasih tahu kamu satu hal, ini Jeju, Rini, disini kamu dilarang bersedih apalagi menangis."
"Ha?" Sekali lagi Rini terkejut mendengar ucapan bosnya itu. Kali ini lebih karena tak paham maksud Chanyeol.
Sayangnya, Chanyeol tak berniat melanjutkan ataupun menjelaskan ucapannya. Dihirupnya cokelat ditangannya hingga tandas, lalu meletakkan cangkir kosong di nakas terdekat. Chanyeol beranjak sembari menghadap Rini. "Sudah malam, Rini. Saya menawarkan tumpangan kalau kalau kamu mau pulang sekarang."
Mulut Rini mengangah. Kedua matanya mengerjap sembari menatap Chanyeol. Jelas ini sebuah kejutan bagi Rini karena menemukan Chanyeol yang berbeda dari yang dikenal maupun orang-orang katakan. "Entah ini efek patah hatinya atau memang Chanyeol lebih jinak saat malam?"
Melihat Rini yang hanya terpaku, membuat Chanyeol mendengus kesal. "Saya punya dua pilihan. Pertama, kamu terima tawaran saya dan kita pulang sekarang. Kedua, saya pulang sendiri dan kamu melanjutkan acara menangismu di sini ... sendirian?"
"Saya ..." Rini terbatah. Gadis itu benar-benar kebingungan. "Saya ... di sini saja, Pak."
Chanyeol mengangguk sekilas. Pria itu meraih tas kerjanya, lalu segera bergegas berbalik menuju pintu. Tepat sebelum Chanyeol menutup pintu, pria itu kembali menoleh pada Rini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After Meet You (SUDAH TERBIT)
Romance"Ada sepasang mata yang tak saling kenal, bertemu dan saling sapa. Hingga akhirnya mereka memutuskan akan berteman atau menjadi pasangan." "Ternyata benar, pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa penasaran, sedang pertemuan kedua menumbuhkan rasa rin...