PART 10

6 5 2
                                    

Happy Reading📚👏👇

Tak hanya itu saja, tak sedikit orang yang kerap dibenturkan dengan kesulitan dan kegagalan hingga membuat putus asa. Ketika sudah merasakan putus asa, tentu saja akan menghambat perjalanan untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Dalam diam, keduanya berjalan menuju apartemen Chanyeol. Pria itu melirik sekilas jam tangannya, sudah pukul dua belas malam. Larut, tapi Rini tak ingin menunda kesepakatan apa pun yang telah mereka buat.

Saat Rini memintanya tinggal saat itu juga, sesaat Chanyeol ragu. Melihat Rini yang histeris di dalam pelukannya tadi, pikiran buruk memenuhi kepalanya. Chanyeol mendadak tak percaya diri untuk memberikan rasa aman pada Rini. Dia tak menampik, Rini mampu menciptakan rasa nyaman serta kenyataan bahwa mereka lawan jenis dan Chanyeol memiliki Napsu pada seorang wanita.

Namun, ketika Rini mengatakan bahwa dia ingin bahagia. Sorot mata yang penuh tekad, Chanyeol tak bisa mundur. Pria sejati itu yang dipegang omongannya, maka Chanyeol harus bertanggung jawab atas apa yang telah dia ucapkan dan janjikan.

"Selamat datang dirumahku."

Chanyeol memecahkan keheningan seraya membuka pintu apartemen. Pemandangan pertama adalah ruang tamu besar lengkap dengan home theater mini. Sengaja Chanyeol membeli sofa bed berukuran besar, karena dia suka menghabiskan waktu luang untuk menonton. Sayang, itu dulu karena kini film tak mampu mengalihkan kesepiannya. Makanya sofa bed itu hampir tak pernah dia duduki.

Tanpa berbasa-basi, Chanyeol segera berbelok memasuki ruang kecil menuju euangan di ujung sana. Sisi kiri lorong ada dapur sederhana yang hanya dia gunakan saat pagi hari serta larut malam. Demi memanfaatkan tempat, Chanyeol tak menaruh meja makan dan digantikan mini bar yang bersatu dengan kabinet. Sedangkan sisi kanannya ada pintu tertutup lainnya, kamar mandi.

Sesampainya di depan pintu kamar, Chanyeol berhenti. Pria itu memutar badan menghadap Rini, membuat perhatian gadis itu pada sekitarannya terhenti. Ini dilakukan Chanyeol karena bagaimanapun kamar adalah wilayah pribadinya. Bukan tak mengijinkan masuk, hanya saja Chanyeol tak ingin membuat Rini canggung.

"Rini, ini kamar saya," jelasnya. "Kamu tunggu di ruang tamu saja.

Rini menggeleng cepat. "Saya bantuin biar cepat packing-nya."

"Rini, bukan saya tak kasih ijin tapi kan saya mau packing. Kalau kamu lihat hal yang tak ingin kamu lihat, saya tak mau kamu teriak-teriak."

Gadis itu melongo sejenak, namun dengan cepat menguasai situasi. Sekali lagi dia menggeleng, masih kukuh menolak. "Itu terakhir saja, Chan, bagian kamu. Biar saya bisa bantuin, boleh ya?"

Tanpa sadar Chanyeol menghela napas, lalu mengangguk pelan. Pria itu tak mengerti, bagaimana dia jadi begitu menurut kepada Rini. Pada akhirnya, Chanyeol mendorong pintu kamar. Sama halnya di ruang tamu, ruangan ini tak banyak perabotan. Lemari di sisi dekat pintu. Tempat tidur berukuran besar di tengah ruangan dengan nakas di kedua sisinya. Meja kerja di dekat jendela kamar serta rak buku kecil yang penuh di sudut kosong. Minimalis dan terlihat nyaman, tapi hanya dia tempati beberapa jam setiap harinya.

Chanyeol bergegas menuju lemari pakaian. Diturunkan koper dari atas lemari, lalu di gelar di atas tempat tidur. Segera saja Chanyeol membuka lemari, bersiap untuk memindahkan isinya ke dalam koper.

"Apartemen kamu besar dan bagus, Chan. Kenapa bukan saya saja yang pindah ke sini?"

Gumanan Rini berhasil menghentikan gerakkan Chanyeol. Kepalanya menoleh menuju Rini yang kini sedang duduk di samping koper sambil menatapnya. Chanyeol mengangguk singkat dengan wajah datar. "Boleh saja, tapi saya nikahin kamu dulu, ya. Di sini hanya ada satu kamar."

Me After Meet You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang