PART 4

34 30 11
                                    

Happy Reading📚👇👏

Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang sangat penting. 

Demi mencapai tujuan, seringkali Chanyeol harus rela lembur hingga mengabaikan kesehatan demi hasil kerja yang maksimal, padahal Chanyeol merasa lelah baik secara fisik maupun mental. Jika sudah merasa lelah pasti ada beberapa hal yang terganggu dan performa hasil kerja juga bisa menurun.

Tengkuk Chanyeol terasa kaku. Berkali-kali dia memijat pelan bagian itu, sayangnya sama sekali tak membantu. Kebiasaannya yang sudah berlangsung setiap hari selamanya tiga tahun terakhir adalah penyebab utamanya pegal-pegalnya. Hanya saja niat untuk berhenti itu tak pernah terealisasi, karena Chanyeol belum menemukan pelarian lain.

Langkah Chanyeol terhenti tepat di ambang pintu pantri. Alisnya mengernyit menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul satu siang. Biasanya jam-jam seperti ini pantri selalu sepi karena para pegawainya memilih makan siang di luar, hanya saja siang ini ada yang berbeda.

Ingatan seminggu yang lalu berputar, Chanyeol menyebutnya kesan di hari pertama. Kejadian di lift adalah awal perjumpaan keduanya dan cukup membekas di kepala Chanyeol. Bukan karena betapa konservatif pakaian yang gadis itu kenakan, melainkan sikap terlalu akrabnya itu.

Hanya saja siang ini Rini--kalau tak salah ingat--tampak lebih sedap dipandang. Pakaian konselervatifnya berganti dengan pakaian modern yang lebih sederhana; kemeja kuning pastel dengan rok pensil selutut berwarna senada, serta sepatu heels hitam yang menambah kesan profesionalnya. Gadis itu kini sedang menekuni chocolate maker di hadapannya. Tanpa sadar Chanyeol berdecak pelan, mempertanyakan matanya yang malah memperhatikan Rini sedetail itu.

Chanyeol kembali melanjutkan tujuannya menuju rak cangkir yang berada tepat di samping Rini. Saking seriusnya, gadis itu sepertinya tak menyadari kehadiran Chanyeol. Melirik ke arahnya tidak.

"Yaampun" teriak Rini taktala mendengar suara berdeham Chanyeol.

Kepala refleks menoleh. Matanya seketika melebar menemukan sang bos berdiri di sampingnya. Rasa gugup langsung menjalari Rini, ketika insiden bodoh di lift kala itu berputar di kepala. Setelah sekian lama. Hari ini adalah hari adalah pertama kalinya mereka kembali terjebak berdua di dalam suatu ruangan yang sama.

"Pak Leoy," bisik Rini yang terdengar begitu jelas di telinga Chanyeol. Pria jangkung itu mengangguk singkat. Bersikap ramah, tersenyum serta banyak bicara dengan pegawainya bukanlah gaya Chanyeol.

"Mau saya buatkan cokelat juga, Pak?" tawarnya ketika melirik cangkir di genggaman Chanyeol.

Sebagai pegawai yang memiliki kesan pertamanya yang buruk di mata bosnya, Rini sepantasnya bersikap lebih baik. Bukan menjadi penjilat, hanya berusaha memperbaiki citranya dan tak segera dipecat begitu saja.

Chanyeol mengangguk singkat seraya menyodorkan cangkirnya. "Saya bukan pecinta cokelat manis," pesannya.

Tanpa membalas ucapan Chanyeol, Rini segera neraih cangkir tersebut. Di dalam keheningan, Rini bergegas meracikan pesanan Chanyeol. Gadis itu menuangkan Cokelat yang sudah dibuatnya melalui Chocholate maker ke dalam cangkir Chanyeol. Dimasukkannya bubuk cokelat tersebut, lalu diaduknya sesaat.

Chanyeol mengernyit, semoga tak terlalu manis. Biasanya dia hanya menambah satu atau setengah sendok teh cokelat, tapi ini terlalu banyak. Ingin dia hentikan, hanya saja gula itu sudah terlanjur masuk ke cangkirnya. Semua gerak-gerik gadis itu seolah tak lepas dari perhatian Chanyeol.

Begitu cokelatnya siap, Rini dengan segera menyodorkannya pada Chanyeol. Senyum tipisnya tersungging. "Maafkan tingkah saya pagi itu, Pak Leoy. Saya benar-benar tak tahu."

Me After Meet You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang