Happy Reading📚👏👇
Setiap harinya akan selalu ada hal baru yang kita temui. Baik dari dalam diri sendiri ataupun orang lain. Perubahan yang kita temui itu terkadang juga mengantarkan pada tantangan baru yang harus kita hadapi.
Ya, terkadang beberapa situasi membuat kita, mau tak mau harus melakukannya. Beberapa alasan penting dijadikan penguat untuk terus bertahan.
Rini meraih remote AC. Mengatur pendingin ruangan itu agar berada pada suhu terendah. Udara panas dan menyengat ini sangat jauh dari bayangan Rini sebelumnya, tapi mau bagaimana lagi, dia harus cepat beradaptasi.
Disandarkan punggung gadis itu pada kaki sofa, sementara kedua kakinya berselonjor diatas karpet. Dihelanya napas panjang sembari mengingat dua tahun kebelakang, atau lebih tepatnya hari dimana Sehun berpamitan padanya.
Hidup Rini mendadak berubah menjadi roller coaster. Dia terpaksa keluar dari zona nyamannya. Jatuh bangun, air mata dan juga keringat keluar demi bisa berdekatan dengan Sehun. Hingga akhirnya Tuhan mengabulkannya hari ini, kepindahannya ke Jeju.
Panggil saja Rini budak cintanya-Sehun, karena pada kenyataannya memang seperti itu. Rini punya satu hal yang dia percayai selama ini, jika kita mencintai seseorang maka jangan mudah menyerah untuk mendapatkannya karena cinta yang tulus akan selalu meluluhkan hati yang sekeras batu sekalipun.
Dering ponsel berhasil memecahkan lamunan Rini. Diliriknya meja kopi sesaat, lalu diraihnya benda tersebut. Nama Kamalia muncul di layar. Sahabatnya itu adalah orang pertama yang menolak mentah-mentah keputusan Rini untuk menyusul Sehun ke Jeju. Tentu saja bukan karena Kamalia tak mau ditinggal, tapi Kamalia sangat yakin bahwa semua yang Rini lakukan akan berakhir sia-sia.
"Oii, Kamalia!" Sapa Rini. Gadis itu segera berpindah tempat. Menduduki sofa dan kali ini lebih memilih menyilangkan kakinya di sana.
"He, cewek gila!" Balas Kamalia yang selalu berhasil menimbulkan tawa Rini. Kamalia suka sekali memanggilnya seperti itu karena kegilaan Rini terhadap Sehun. Awalnya Rini risih, tapi semakin ke sini Rini menyadari bahwa dia memang segila itu.
"Bagaimana dengan Jeju?" tanyanya.
Yang jelas kesan pertama ya, indah sekali. Sisanya belum tahu, baru juga sampai tadi pagi. Ibu juga melarang keluar karena harus berberes rumah dulu biar layak di huni," keluh Rini sembari memperhatikan rumah yang kini dia tinggali.
Menjadi anak bungsu dari empat bersaudara, membuat kedua orangtuanya cukup protektif. Awalnya mereka tak setuju melepaskan Rini sendiri. Beruntungnya, dengan bantuan kak Joy dan Kak Kai, kakak kembar yang sangat disayanginya itu, orangtuanya akhirnya setuju.
Tapi, tentu saja dengan syarat dan ketentuan berlaku. Rini tak boleh telat menjawab telepon kalau Ibunya menelpon kapanpun dan di mana pun. Tak boleh telat balas pesan lebih dari sepuluh menit. Terakhir, Rini harus tinggal di rumah yang sudah disiapkan oleh orang tuanya.
Sebenarnya tak masalah juga dengan pertanyaan Ibunya, hanya saja ketika menemukan rumah dua lantai dengan model minimalis dan layak sekali untuk dihuni, Rini tak yakin akan sanggup tinggal disini sendirian. Rumah itu terlalu besar dan sangatlah berlebihan. Mau tak mau, Rini harus mencari teman serumahnya demi membuat rumah ini tak terlalu menyeramkan.
"Halah! Ibu kamu juga tak akan tahu, Rini. Mana mungkin, kalau sekarang kamu ke Seopjikoji, Ibu kamu muncul begitu saja. Lucu ya, kamu!"
Rini seketika meringis mendengarnya. Astaga, Kamalia benar. Entah kenapa gadis itu tak memikirkan hal itu. Hanya kebiasaan menuruti semua kata-katanya Ibunya, membuatnya patuh sekalipun berada ratusan kilometer jauhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After Meet You (SUDAH TERBIT)
Romance"Ada sepasang mata yang tak saling kenal, bertemu dan saling sapa. Hingga akhirnya mereka memutuskan akan berteman atau menjadi pasangan." "Ternyata benar, pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa penasaran, sedang pertemuan kedua menumbuhkan rasa rin...