PART 6

33 24 32
                                    

Happy Reading📚👇👏

Sebagai manusia, mungkin kalian sering dilanda rasa khawatir. Apalagi ketika dilanda masalah yang tak kunjung usai, wajar jika hati merasa sedih dan gelisah. 

Chanyeol tampak gusar. Badannya tak bisa berhenti bergerak untuk memposisikan dirinya di kursi. Penyebabnya hanya satu, tak ada asupan cokelat yang masuk ke tubuhnya pagi ini. Mau mencoba membuat cokelat instan seperti biasa, namun dia sudah malas. Alhasil, dia membiarkan dirinya cranky.

Tanpa sadar matanya mulai memperhatikan satu-satunya pegawainya. Desain ruangan berukuran empat kali empat dengan dinding kaca kokoh, mempermudah akses Chanyeol untuk mengamati semua orang, tapi pasalnya yang di amati tak terlihat.

Rini, meja gadis itu berada di sisi terjauh ruangannya. Bagian tim desain sengaja di letakkan di sana karena lebih tenang serta membuat mereka bisa lebih berkonsentrasi untuk menemukan ide-ide briliannya. Kalau saja Rini berada di divisi pemasaran, pasti Chanyeol dengan mudah mengawasi gadis itu.

"Shit!" Tanpa sadar Chanyeol memaki. Dia menghela napas, berusaha untuk membuat dirinya membaik.

Ketukan di pintu berhasil mengalihkan perhatian Chanyeol. Terlihat Kyle, salah satu tim leader berdiri di depan pintunya. Tangannya membawa berkas, pastinya laporan proyek terbaru yang pria itu tangan. Chanyeol berdeham pelan sambil membenarkan duduknya, barulah mengizinkan Kyle untuk masuk.

Dengan langkah tegasnya, Kyle memasuki ruangan. Pria itu segera meletakkan laporan di atas meja Chanyeol. Meskipun mood-nya sedang buruk, Chanyeol berusaha untuk tetap fokus dan profesional. Dibukanya laporan sambil membenarkan letak kacamatanya, lalu dibacanya dengan seksama. Hingga nama Rini yang tercantum di dalam laporan langsung menarik perhatiannya.

Buru-buru dibuka bagian desain, bagian yang Rini kerjakan. Tanpa sadar senyumnya tersungging saat menemukan kesalahan di sana. Tak fatal, tapi untuk mendapatkan keinginannya memang perlu ada yang dikambing hitamkan.

Kepala Chanyeol mendongak. Kali ini senyum kemenangannya menghilang. Dia harus tetap terlihat berwibawa. "Siapa yang membuat desain mentahnya?"

Kyle tampak terkejut. Sedikit gelagapan dia menjawab. "Rini, Pak."

"Panggil dia! Kamu boleh kembali ke tempat."

Bergegas Kyle pergi tanpa membantah. Dilihatnya Kyle berjalan menuju ke meja Rini. Sayang, Chanyeol tak bisa melihat kelanjutannya karena penglihatannya tertutupi oleh para pegawai yang lain yang sedang berlalu- lalang.

Pada akhirnya, Chanyeol memilih kembali merunduk dan mulai mempelajari kembali laporan yang Kyle sodorkan. Kira-kira tepat di lembar kedua, sebuah ketukan membuat hatinya bersorak kegirangan. Berpura-pura cuek, Chanyeol segera berteriak menyuruh masuk.

"Pagi, Pak. Tadi Kyle bilang kalau bapak ... panggil saya," suara Rini refleks membuat Chanyeol menengadah.

Akhirnya dia bisa menyuruh gadis itu tanpa membuatnya curiga. "Buatkan saya cokelat, lalu kita bahas kesalahan kamu."

Rini mengerjap sesaat namun, pada akhirnya menganggu patuh saat melihat sorot serius dimata Chanyeol. Rini tak salah dengar, apalagi sudah 2 kali Chanyeol memintanya membuatkan kopi. Tanpa ingin membuat Chanyeol menunggu, buru-buru Rini, meminta ijin menuju pantri.

Sementara Rini pergi, Chanyeol kembali melanjutkan perhatiannya pada laporan di tangannya hingga aroma khas cokelat menguar ke seantero ruangannya. Rini berjalan mendekat seraya meletakkan cokelat Chanyeol. Gadis itu berdiri patuh di depan meja, menunggu perintah lain dari Chanyeol. Sebuah lambaian tangan Chanyeol, berhasil membuat Rini mencodongkan tubuhnya mendekat.

Me After Meet You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang