Rencana Makan Malam

24 12 0
                                    

Malam harinya, terlihat Swara dan Sanskar yang baru sampai didepan rumah. Seseorang pelayan menghampiri mereka lalu Sanskar membuka kaca mobilnya. Melihat itu Sanskar menyuruhnya untuk membawa beberapa saree yang tadi dia beli untuk Swara. Pelayan mengambil beberapa saree itu dijok belakang lalu dia membawa saree itu ke kamar Swasan. Swara akan turun dari mobil tapi Sanskar menghentikannya dengan menahan tangannya dan membuat Swara mengurungkan niatnya lalu melihat ke arah Sanskar.

"Maaf Swara karena rencana makan malam diluar kita gagal karena aku ada meeting mendadak diluar. Sebenarnya aku ingin mengajakmu tapi aku tau kau pasti sudah lelah menemaniku hampir seharian," kata Sanskar.

"Tidak papa Sanskar dan aku bisa memahaminya. Oh iya jika kau berkenan apakah kau mau aku buatkan makanan kesukaanmu dan setelah kau pulang kita bisa makan bersama," kata Swara.

"Ide bagus Swara. Lagi pula ini baru jam 18.30 dan aku akan pulang sekitar jam 19.30 atau jam 20.00 tapi jika kau sudah lapar kau bisa makan dulu," kata Sanskar.

"Iya Sanskar. Tapi aku akan tetap menunggumu dan makan bersamamu. Hati-hati dijalan dan jangan mengebut," kata Swara.

"Iya Swara," kata Sanskar.

Swara keluar dari mobil lalu Sanskar melajukan mobilnya ke tempat meeting. Swara masuk ke dalam rumah dan dia melihat Abhishek dan Pragya yang menunggunya diruang tamu. Swara lalu menghampiri mereka ke ruang tamu.

"Swara dimana Sanskar? Bukankah tadi kalian pergi bersama tapi kenapa dia sekarang tak bersamamu?"tanya Pragya.

"Ibu, Sanskar sedang meeting diluar. Dia hanya mengantarku lalu dia pergi meeting. Oh iya, Ibu dan Ayah bisa makan dulu karena nanti aku akan makan jika Sanskar sudah pulang," kata Swara.

"Baiklah," kata Pragya.

"Yaudah Ibu Ayah aku ke kamar dulu," kata Swara lalu pergi ke kamarnya.

"Kenapa Sanskar masih lebih mementingkan pekerjaan dari pada bersama dengan istrinya," kata Pragya.

"Jangan bicara seperti itu Pragya. Kau taukan bagaimana perusahaan kita dan berkat Sanskar juga perusahaan keluarga kita menjadi perusahaan terbaik di Mumbai selama 6 tahun terakhir ini dan pastinya Sanskar malakukan itu demi mempertahankan posisi perusahaan kita," kata Abhishek.

"Iya aku paham tapi apakah dia tak bisa menghabiskan waktu bersama dengan Swara seharian penuh. Sepertinya mereka memang butuh bulan madu agar Sanskar tak memikirkan tentang perusahaan selama beberapa hari atau minggu," kata Pragya.

"Aku setuju denganmu. Tapi mungkin Sanskar akan setuju setelah aku mengecek proyek yang ada diluar kota dan menyelesaikannya," kata Abhishek.

"Itu terlalu lama Abhi," kata Pragya.

"Tidak Pragya lagi pula aku akan pergi besok pagi. kita hanya perlu menunggu sekitar 2 minggu atau 10 hari lagi proyek itu akan selesai. Jadi kau jangan memaksa mereka untuk melakukan hal yang belum mereka inginkan," kata Abhishek.

"Baiklah," kata Pragya.

Disisi lain terlihat Shivaay yang kembali membawa wanita ke rumah tapi untuk kali ini bukan hanya satu tapi dua orang. Shivaay dalam keadaan mabuk dan dia meracau tidak jelas. Dia juga menggandeng kedua wanita itu masuk ke dalam rumah. Anika yang melihatnya dari balkon segera menghampiri mereka.

Anika sampai diruang tamu dan dia melihat Shivaay yang sedang duduk disana dengan 2 wanita tadi. Anika yang sudah mulai muak dengan sikap Shivaay mengusir mereka.

"Cepat kalian berdua pergi dari sini dan menjauhlah dari Shivaay,"usir Anika dengan marah. Mereka akan pergi tapi Shivaay menahan tangan mereka lalu menyuruh mereka untuk tetap duduk.

"Kalian berdua tidak perlu takut padanya. Aku selalu ada untuk melindungi kalian. Sekarang kalian lihat apa yang akan aku lakukan padanya," kata Shivaay lalu melepaskan pegangannya. Shivaay mendekati Anika lalu menamparnya dengan keras dan membuat Anika terjatuh ke lantai.

"Bagaimana rasanya Anika? Kau itu jangan sok baik dan sok murni. Dirimu saja menikahiku hanya karena uangku. Jadi jangan bersikap seperti ini lagi atau aku tak akan mengampunimu," kata Shivaay.

"Aku tak butuh uangmu lagi Shivaay karena sekarang aku tau nilai cinta  dan kasih sayang itu lebih penting,"kata Anika berdiri.

"Kalau begitu pergilah dengan Anika kau dari rumah ini karena aku sudah tidak membutuhkanmu," bentak Shivaay dan mendorong Anika dengan keras. Anika terjatuh dan kepalanya membentur meja. Kening Anika mengeluarkan darah.

"Aku akan pergi dari sini malam ini juga," kata Anika berusaha berdiri lalu pergi ke kamarnya.

Salah satu pelayan membantunya berjalan saat Anika akan menaiki anak tangga. Sebenarnya pelayan itu ingin membantu Anika dari tadi tapi dia takut pada Shivaay. Jadi dia memutuskan untuk membantu Anika tanpa diketahui Shivaay. Sedangkan Shivaay kembali duduk dengan 2 wanita tadi. Anika dan pelayan sampai dikamar. Pelayan mendudukkan Anika disofa lalu dia segera mengambil kotak P3K kemudian mengobati luka Anika.

"Nyonya kenapa Anda masih bertahan selama ini dengan Tuan Shivaay? Padahal dia beberapa tahun terakhir ini Tuan mengkhianati Nyonya," kata pelayan yang peduli dengan Anika.

"Alasannya hanya satu yaitu Ankit. Aku hanya tak ingin dia kehilangan sosok Ayahnya jika aku bercerai dengan Shivaay.  Shivaay saja tak mau menceraikanku sampai sekarang," kata Anika.

"Saya mengerti Nyonya dan saya kali ini sangat mendukung keputusan Nyonya untuk pergi dari sini. Saya yakin pasti Tuan Shivaay akan menyadari berartinya Nyonya suatu saat nanti," kata pelayan.

Tanpa Anika dan pelayan itu sadari. Ankit mendengar itu dan dia juga sudah melihat pertengkaran Ibu dan Ayahnya tadi. Ankit yang sudah mengambil ponsel Ibunya diam-diam. Dia memutuskan untuk menelpon seseorang yang bisa membantunya dan Ibunya.

Disebuah restoran terlihat Sanskar yang sedang meeting dengan seseorang tapi tak disangka ternyata orang itu adalah Gaurav Ayahnya Vansh dan perusahaan mereka sudah beberapa kali bekerja sama. Setelah mendengarkan presentasi Gaurav dan sekretaris dia kembali bersedia untuk bekerja sama.

"Terima kasih banyak Pak Sanskar karena Anda selalu memberitahu kami jika ada proyek dan kami juga diberi kesempatan untuk mempresentasikan sebelum meeting besok," kata Gaurav.

"Kita sudah beberapa kali bekerja sama dan aku sudah melihat bagaimana kinerja perusahaan Pak Gaurav. Aku juga yakin kalau Pak Gaurav pasti akan tetap memenangkan proyek ini. Seperti biasa, dokumen-dokumen tentang kerja sama kita akan aku berikan besok," kata Sanskar.

"Baik Pak Sanskar. Sampai jumpa besok dan senang bisa bekerja sama dengan Anda lagi," kata Gaurav lalu Gaurav pergi dari sana dengan sekretarisnya.

Sanskar mengambil ponsel yang ada dimeja lalu menyalakannya karena dia ingin melihat jam berapa sekarang. Dan sekarang ternyata sudah jam 19.30. Sanskar baru menyadari sesuatu yaitu ternyata ada 10 panggilan tak terjawab dari Anika. Sanskar tak mengetahuinya karena dia mematikan pemberitahuan atau mode senyap yang otomatis jika ada pesan, masuk atau panggilan tak ada suaranya.

"Tumben sekali dia menelponku sampai 10 kali. Biasanya jam segini dia ada dirumahku. Kau tak perlu memperdulikannya Sanskar, lebih baik kau pulang sekarang karena pasti Swara sudah menunggumu," kata Sanskar lalu dia kembali membuat ponselnya menjadi mode dering.

Tapi saat Sanskar akan pergi ponselnya berbunyi dan dia melihat ponselnya. Ada panggilan masuk dari Anika. Sanskar akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya daripada nanti Anika terus mengganggunya.

"Kenapa kau terus menelponmu Anika?"tanya Sanskar kesal.

"Aku Ankit Paman. Bisakah Paman datang kemari sekarang? Aku mohon Paman karena Ayah mengusir Ibu dari rumah. Kami tidak tau akan pergi kemana sekarang malam-malam seperti ini," kata Ankit sedih dan memohon.

"Baiklah Paman akan datang kesana dan jangan pergi kemanapun sebelum Paman menjemput kalian,"kata Sanskar terpaksa karena dia tak tega dengan Ankit.

"Iya Paman," kata Ankit mengakhiri panggilan.

"Ini hanya rasa kemanusiaanku dan tak akan ada perasaan lebih dari itu lagi pula aku melakukannya karena Ankit bukan Anika," kata Sanskar lalu segera kesana walaupun jalan kesana berlawanan arah menuju ke rumahnya.

Tumse Pyaar Ho GayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang