Sedari tadi Wanda terus bergerak dengan gelisah, dia tidak bisa tenang karena Arga masih betah berdiam diri di rumahnya ralat bukan rumahnya tapi rumah dirinya dan Arga.
1 jam, 2 jam dia menunggu agar Arga segera pergi namun pria itu tetap saja duduk santai di ruang tengah dengan memandangi laptop yang menyala.
"Kamu gak akan pergi ke kantor?" Dia mencoba mengusir secara baik-baik.
Arga yang tengah sibuk membaca laporan kantor, menghentikan pekerjaan nya, tapi mata masih berfokus pada laporan berkas. "Tidak, saya akan bekerja dirumah." Jawab Arga. "Kenapa memangnya?" Arga menatap ke arahnya.
"Memangnya bisa?"
"Ya tentu saja, saya kan bos nya kalau kamu lupa." Ucap Arga sembari terkekeh. "Kenapa kamu tidak nyaman kalau saya tinggal disini?" Arga kembali bertanya.
"Ya.." Dirinya buru-buru menggeleng begitu melihat kernyitan di dahi Arga. "Tidak, maksudku, saya takut kalau kamu hari ini ada rapat." Jawabku berharap agar Arga tidak terlalu curiga bahwa dia saat ini tengah mencoba mengusirnya.
Arga sontak tergelak. "Jadi saat ini Nyonya Sulistiyo mengkhawatirkan ku, heh."
"Terserah kamu sajalah." Balasnya sembari mendelik dan berlalu masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar sendiri dirinya memilih untuk menyibukkan diri dengan membaca buku dan berharap setelah dia selesai membaca, Arga sudah tidak berada di rumahnya alias pulang.
Ya semoga saja harapan nya terkabul.
Wanda membaca buku hampir memakan waktu 4 jam, dia memang sesuka itu membaca. Ya walaupun bacaan yang dia baca hanya novel romantis tapi itu berhasil memperbaiki mood nya yang turun.
Melihat ke arah luar jendela yang sudah gelap, menandakan bahwa saat ini sudah hampir malam.
Wanda kemudian menyimpan kembali buku bacaan nya ke atas rak dan berniat untuk mandi, tapi sebelum itu dirinya akan turun ke lantai bawah untuk memasak makan malam.
Memang sudah menjadi kebiasaan Wanda untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu setelah itu mandi. Dia tidak suka tidur dalam keadaan tubuh yang lengket atau merasakan bau.
Tiba di lantai bawah, tepatnya di ruang tengah dia bisa bernafas dengan lega karena tidak mendapati Arga.
Sepertinya pria itu benar-benar sudah pulang karena merasa di abaikan olehnya, dan dirinya tidak merasa bersalah, justru dia merasa lega karena dirinya masih bisa menjaga tembok pertahanan nya agar tetap berdiri kokoh dan tidak hancur karena terpesona atau bahkan terbiasa dengan sosok Arga.
Sembari bersenandung kecil, dirinya mulai memotong sayuran dan mengupas udang.
Malam ini dia berencana akan memasak capcay dan juga udang mentega. Perpaduan sempurna untuk menemani makan malamnya yang tenang dan damai tanpa adanya sosok pengganggu yang membuat suasana hatinya menjadi anjlok.
"Kamu masak apa?" Suara bariton yang begitu dia kenal berhasil membuat Wanda berjengkit kaget.
"Kenapa kok kaget gitu?" Tanya Arga sambil terkekeh geli.
Dirinya membalikan tubuhnya dan menatap Arga dengan wajah kesal.
"Kenapa kamu masih disini?" Tanya dirinya masih mempertahankan ekspresi kesalnya.
Arga mengernyit bingung. "Memangnya kenapa? Ini juga kan rumah saya. Memangnya salah kalau saya masih ingin tinggal di rumah saya sendiri?" Tanya Arga.
Dirinya menghela nafas. "Nanti mbak Rea.."
"Rea tidak masalah, dia akan mengerti." Jawab Arga.
"Sudah dapat izin?" Tanya nya dengan hati-hati.
Lagi-lagi Arga mengernyit. "Izin dari siapa? Papa? Mama? Atau Rea?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua ✔ Winter feat Jaehyun & Sungchan
FanfictionMenjadi istri kedua bagaikan memakan buah simalaka alias serba salah. melanjutkan pernikahan salah, bercerai juga salah. Menyesal? Tentu saja, siapa yang tidak menyesal menjadi istri kedua? apalagi dia menjadi istri kedua dari suami Rea Alluna San...