5

425 94 21
                                    

Draft terakhir nih...

Sejauh ini, gmn ceritanya menurut kalian? Kasih pendapat dong hehehe ... Makasih...

###

"Saya udah curiga sih, dari awal kalau bapak itu emang agak-agak sinting," Aleena menatap Jerry dengan pandangan setengah tidak percaya dan setengah marah. "Tapi saya nggak nyangka kalau ternyata beneran sinting!"

Jerry melipat bibir, merasa reaksi Aleena itu wajar. "Maaf," kata lelaki itu pelan. "Tapi, terimakasih sudah berbagi pikiran dengan saya. Itu membantu saya untuk melihat pilihan-pilihan lain."

"Lagian, dari semua orang cewek yang bapak kenal, kenapa bapak ngajak saya yang notabene orang baru kenal? Itu nggak masuk akal, kecuali bapak punya niat jelek," sahut Aleena, masih menyimpan marah.

"Karena saya merasa nggak nyaman meminta tolong hal sesakral ini pada orang yang saya kenal, dan saya tidak berminat untuk menikah dengan teman kerja," jawabnya, membuat Aleena menyipitkan mata dengan sorot menghakimi. "Saya akui, saya egois, tapi saya tidak berniat jahat sama sekali."

"Bapak orang aneh," tukas Aleena dengan ekspresi wajah yang tidak berubah.

"Seperti yang saya bilang tadi, saya melakukan ini hanya karena saya ingin melindungi nama baik keluarga. Meskipun undangan belum disebar, persiapan masih setengah jalan, tapi kabar pernikahan sudah cukup lama tersebar. Kalau hanya saya yang mendapat omongan jelek karena gagal menikah, saya sama sekali tidak masalah. Hanya saja, saya tidak bisa menerima kalau keluarga saya ikut merasakan dampak dari keputusan saya," ucap Jerry, menjelaskan dengan lebih rinci.

"Saya merasa aneh kalau melibatkan orang yang saya kenal, karena kalau ternyata tidak berjalan baik, akan berdampak ke hal lain. Apalagi kalau menikah dengan teman kerja, saya takut salah satu diantara kami tidak akan bisa bersikap profesional jika ada masalah dalam rumah tangga," Jerry melanjutkan. "Maka dari itu, saya berpikir, pilihan terbaik saya adalah kamu. Kita memang baru saja kenal, tapi saya yakin kamu perempuan baik dan saya juga berharap bisa sedikit membantu kamu."

"Bantu saya?" Dari sepanjang penjelasan Jerry, Aleena tidak mengerti mengapa masalah lelaki itu mempengaruhi dirinya?

"Saya rasa, kamu juga pasti pernah mendapat desakan untuk menikah atau hal seperti itu? Dan lagi, yang jelas dimata saya, kamu diperlakukan seenaknya oleh perusahaan karena kamu masih single," sahut Jerry, menjelaskan maksud ucapannya.

Aleena tercengang, selain karena tidak menyangka Jerry memikirkan masalah sepele yang jarang dia permasalahkan, perempuan itu juga terkesima dengan kesimpulan dari rencana Jerry.

"Simbiosis mutualisme?" Gumam Aleena pelan. Jerry mengangguk, membenarkan asumsi perempuan itu.

"Tapi, bukan kah menurutmu hal yang saya tawarkan juga masuk ke kriteria hubungan pernikahan yang kamu mau? Berlandaskan komitmen," balas Jerry.

"Masuk kriteria apaan?" Sergah Aleena.

"Saya bisa memberi kamu komitmen yang kamu mau," ucap Jerry, menatap Aleena bersungguh-sungguh hingga perempuan itu panik. "Oh, saya tidak memaksa, kok. Tapi saya harap kamu bisa memikirkannya terlebih dulu."

###

Kenapa semakin dipikirkan, rencana Jerry terasa semakin gila? Mungkin memang benar kalau bentuk hubungan yang lelaki itu tawarkan sama seperti hubungan yang ingin dia jalani, tapi Aleena tidak pernah membayangkan sama sekali akan ada seseorang yang benar-benar mau melakukannya. Dan, membayangkan hidup bersama seseorang yang dia kenal, dengan status suami-isteri terasa mengerikan bagi dia yang mendapat hasil 'antisosial' di tes kepribadian amatir yang banyak tersebar di youtube.

Atau mungkin Lyodra memang benar, wanita mana yang sanggup hidup sendiri di dunia ini? Mungkin Aleena memang mulai merasa kesepian setelah 25 tahun hidup tanpa pasangan, makanya dia memikirkan tawaran Jerry dengan sangat serius hingga nyaris membuatnya gila.

Ah, apakah dia bisa tetap menjalani hidup santainya seperti saat ini jika sudah menikah? Membayangkan merawat dan mengasuh orang lain benar-benar membuat Aleena ingin berteriak keras. Dia suka hidup nyaman seorang diri. Bisakah sosok suaminya menjadi pemain figuran yang bisa dengan mudah Aleena abaikan? Persetan dengan rasa tanggung jawab yang kedua orangtuanya tanamkan sejak kecil.

Ah, jangan lupa keluarga dan lingkungan calon suaminya kelak. Bagaimana kalau mereka tidak menyukai Aleena? Tipe yang suka mendramatisir keadaan dan sebagainya? Aleena menggelengkan kepalanya kuat-kuat, menyingkirkan perasaan ngeri yang menghampiri.

"Mba Ena, dicariin Mas Bagus," suara lelaki yang bernada meledek itu membuat Aleena menoleh sambil cemberut. Salah satu karyawan nyengir menyebalkan padanya setelah menyebut nama salah seorang marketing properti.

"Jangan digodain, lagi mode senggol bacok," Rayu membela Aleena.

"Ngapain sih ke sini? Minta duit?" timpal Aleena ketus.

"Beli oli mesin, mba. Udah wa ke Mba Rayu dari kemarin kok," sahut lelaki itu.

"Kalo order tuh sekalian, biar yang beli nggak bolak-balik. Kemarin udah pesen kuku, hari ini pesen oli mesin, besok apa lagi?" Aleena kembali mengomel.

"Order excavator baru, boleh nggak, mba?" Operator alat erat yang bernama Mamat itu nyengir menyebalkan.

"Excavator mainan kan maksudnya? Nanti kubeliin, potong gaji ya?" Rayu terbahak mendengar jawaban Aleena, sementara Mamat menggerutu tidak terima. "Oh iya, jadi inget. Tagihan Pak Topik jangan lupa! Bantuin nagih, kalo enggak duit jam-jaman nggak cair!"

"Ya Allah! Iyaaa... Pak Topik bilang hari sabtu besok!" Mamat tampak semakin jengkel.

"Yaudah, oke. Nota beli oli difotoin dulu, buat laporan," kata Aleena sebelum membiarkan Mamat pergi.

"Mba, katanya Dek Ria udah pulang, ya?" Rayu kembali berbicara setelah Mamat menghilang.

"Emang iya? Aku nggak tau malah," sahut Aleena jujur.

"Nggak disuruh ke RS lagi, kan?" Aleena menggeleng menjawab pertanyaan Rayu. "Aku tadi liat mobil Bu Rena di rumah waktu aku berangkat tadi."

Aleena bergumam, merasa aneh karena tidak memiliki alasan untuk bertemu dengan Jerry lagi. Bukannya sedih atau senang, tapi perasaan bingung karena alasan mereka bertemu tiba-tiba hilang tepat setelah Aleena dilamar oleh dokter itu.

"Mau makan siang apa?" Aleena mengubah topik pembicaraan setelah mengenyahkan perasaan bingungnya.

"Ayam geprek, yuk?" sahut Rayu.

"Bosen ayam. Lotek, mau?" Aleena memberi saran.

"Yaudah, ke warung Mas Blangkon aja. Beda menu nggak apa-apa," ucap Rayu.

"Siap!"
###

SemicolonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang