7

406 94 35
                                    

Aleena termenung memikirkan tawaran Jerry berhari-hari kemudian. Perempuan itu merasa, tidak apa-apa kalau dia menerima tawaran Jerry. Asal laki-laki itu serius dengan ucapannya yang ingin sepenuhnya berkomitmen dalam pernikahan. Toh, perasaan cinta tidak benar-benar di butuhkan dalam hubungan mereka. Hal itu bisa datang pelan-pelan, sealami mungkin dan tidak perlu di paksakan.

Yang membuat Aleena masih belum benar-benar memutuskan adalah kepercayaan dirinya. Tentu Aleena tau, kalau dia tidak punya pilihan selain mempercayai Jerry begitu pernikahan berlangsung. Dan kepercayaan itu akan menjadi sebuah judi berskala besar baginya. Aleena takut kalah dalam judi tersebut.

"Apa harus nekat?" Aleena bergumam pada dirinya sendiri, menilai sosok Jerry dalam benaknya. Apakah lelaki itu bisa dipercaya? Dan membayangkan pernikahannya berantarakan karena drama roman picisan benar-benar membuatnya bergidik ngeri.

Perempuan itu tersentak saat ponsel pribadinya berdering nyaring. Alan, kakak laki-lakinya menelepon.

"Halo, Mas?" Aleena menjawab telepon itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, Mas?" Aleena menjawab telepon itu.

"Halo, Dek. Gimana kabarmu? Sehat?" Mas Alan bertanya.

"Sehat, kok. Mas sehat? Sekarang lagi dimana?" Sahut Aleena.

"Sehat, kok. Ini lagi di Bandung. Besok abis dari Bandung, mas mampir. Kamu beneran sehat? Nggak telat makan, kan?" Balas Mas Alan.

"Iyaa... Nanti kalau ke Jogja, bawain peuyeum, ya? Oleh-oleh yang lain juga boleh," pinta Aleena.

"Ya, nanti mas beliin. Di kantor nggak ada masalah?" Mas Alan kembali bertanya.

"Enggak... Kalau ada kan biasanya aku langsung cerita," ucap Aleena.

"Tapi, kenapa mas punya feeling rada lain, ya? Yakin, nggak ada masalah?" Ucapan kakaknya membuat Aleena tertawa.

"Terlalu perasa kayak biasanya," Aleena meledek. "Tapi, mas lagi sibuk nggak sekarang?"

Aleena sudah bersiap kalau Mas Alan hendak menutup sambungan karena mungkin, lelaki yang berkarir dalam bidang modeling itu tengah menunggu pemotretan.

"Nggak. Ini baru sampai hotel, trus telpon kamu. Gimana? Cerita aja kalau ada yang mau diceritain," jawab Mas Alan.

Aleena berpikir tentang cara memulai ceritanya, tapi yang bisa dia ucapkan justru sebuah pertanyaan.
"Mas, kalau Ena nikah, gimana?"

Sunyi sesaat, kemudian Mas Alan bertanya dengan ragu.
"Kok tiba-tiba ngomongin itu? Kamu mau nikah sama siapa? Kamu nggak pernah cerita kalau punya cowok?"

"Ya, bukan pacar, tapi orang baru kenal. Ceritanya agak bikin bingung," gumam Aleena pelan.

"Coba cerita dulu," pinta Mas Alan, kini terdengar lebih serius dan tegang, mungkin juga sedikit marah. Aleena menurut, menceritakan awal pertemuannya denga Jerry hingga kejadian beberapa hari yang lalu. Begitu selesai, Mas Alan memberi perintah yang tidak berani Aleena tolak. "Ajak cowok itu ketemu mas!"

SemicolonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang