Selamat membaca:)
.
.
.Icha merasa akhir-akhir ini Gina sahabatnya sejak dulu berubah. Sebenernya tanpa diperjelas pun Icha paham kalau Gina menyukai Jay. Akan tetapi, beberapa minggu ini ia menganggap perilaku Gina berlebihan.
"Jay gimana kalo besok kita nonton?" usul Gina
"Besok weekend ya, boleh sih.. Cha kamu besok libur?" tanya Jay
"Aku—"
"Berdua aja maksud aku! Icha ada shift di IGD"
"Ah ya! Aku kebetulan ada jadwal jaga"
"Kalo gitu cari hari yang pas aja biar bisa bertiga"
"Kenapa harus bertiga sih?" kesal Gina
"Em.. Kalian berdua aja gapapa, aku bisa dilain hari.." ucap Icha mengalah
"Tuh kan kamu denger Jay, Icha gapapa.. Icha kan ada mbak dan juga Jihan. Masih punya banyak temen yang lain.."
"Lo kan punya adek juga Gina" bantah Jay
"Gue ga punya keluarga" sahut Gina
"Heh ga boleh gitu!"
Ayah dan Ibu Gina sepakat bercerai setelah Gina lulus. Gina dan adik-adiknya yang sudah mandiri pun berpisah juga mengambil jalannya masing-masing.
"Emang benerkan"
"Masih ada kita temen baikmu Gin.. Tenang aja" sahut Icha
Gina hanya mengindikan bahunya.
"Udah yuk! Aku mau balik ke kantor" sahut Jay saat merasakan suasana yang tak enak
"Anter Icha dulu Jay!" titah Gina
"Loh kan kantor lo agak jauh dari tempat gue sama Icha. Jadi anter lo dulu aja ya"
"Gue mau ada yang diobrolin sama lo, penting. Gapapa kan cha turun duluan?"
"Iya gapapa"
Jay pun mengantar Icha terlebih dulu, kemudian mengantar Gina ke alamat yang diminta.
"Lo ngapain ajak gue kesini?"
"Pengen curhat aja"
"Tapi ga mesti ke hotel kan?"
"Ikut aja dulu"
Mereka tiba di salah satu hotel pinggiran kota. Gina turun lebih dulu, dan masih dituruti oleh Jay. Saat sudah di dalam, Jay kaget karena Gina mengajaknya masuk ke dalam salah satu kamar.
"Lo mau curhat oke, gue juga sering denger lo curhat.. but kenapa harus di hotel?" panik Jay
Gina membuka blazernya menampilkan kemeja yang digunakan. Langkah Gina selanjutnya membuat Jay mundur.
"Why not me?" tanya Gina
"Maksud lo?"
"Kenapa yang lo sukain harus Icha?" lanjut Gina sembari memeluk Jay yang sudah terpojok
"Gin, ini ga bener"
"Icha ga bisa kayak gini Jay..." jawab Gina sembari mengelus rahang tajam Jay
Jay berusaha sekuat tenaga menahan amarah serta hormonya
"Gue muak denger lo tiap hari nganuin Icha, Icha, dan Icha.. Kapan lo bisa liat gue?"
"Lo sahabat Icha dari dulu! I mean kalian udah kenal ga 1-2 tahun aja! Dan sekarang lo khianatin dia!?"
"Hah! Khianatin! Sadar Jay lo udah ditolak berapa kali sama Icha. Lo brengsek. Kita sama sama orang ga guna. Cewek yang sok malaikat kayak gitu jauh level nya diatas kita!"
"Lo gila!"
"Gue ga gila, dunia ini aja yang ga adil! Gue daftar di rumah sakit residen yang sama, sama dia tapi kenapa cuma dia yang diterima! Dia punya lo, punya kakak, punya adik yang sayang, selalu jaga dan lindungin dia! TAPI GUE NGGAK! Adek-adek gue malah pelacur! Ortu gue pisah gitu aja! Kenapa! Kenapa gue harus ngalamin kayak gini!? Bang*at" pecah Gina
Jay terdiam mendengar ocehan Gina. Ia menganggap Gina hanya sebagai teman. Ia sering mendengar cerita dari kedua sahabat tersebut. Namun ini sepertinya batas dari Gina.
"Icha ga tau siapa dan bagaimana Ibu-bapaknya dari dulu. Dia tinggal di panti asuhan. Dia bantu ngerawat Jihan yang lumpuh seorang diri setelah kehilangan orang tuanya. Dia rajin kerja keras buat dirinya dan adiknya. Ga cuma itu dia selalu disamping lo ketika lo ada masalah.
See? Hidup seseorang ada tantangan dan sisi kelamnya masing-masing! Icha bisa ngelewatin itu karena dia mau berusaha buat hidup lebih baik! Dia selalu bersyukur dan bersyukur. Lo harusnya bisa liat itu!"
"Hahahahaha... Puji! Puji aja terus puji! Hidup gue yang emang udah berantakan! Salah gue semua salah gue!" teriak Gina
Jay tak menjawab, ia memilih keluar dan meninggalkan Gina dikamar itu sendirian. Jay tak peduli Gina mau berbuat apa lagi. Jay benci dengan pengkhianatan karena pernah merasakan bagaimana kecewanya. Ia melihat ke arah ponselnya dan menekan tombol off. Jay merekam semua perkataannya dengan Gina dan akan menunjukkan pada Icha.
***
2 hari kemudian Jay mengunjungi rumah Icha.
"Eh ada bang Jay, masuk!" sapa Jihan ramah
"Aku ga di suruh masuk juga hannn" ucap Juan turun dari mobilnya
Jihan hanya tersenyum dan masuk ke dalam memanggil Icha.
"Abang udah lama ga kesini" sahut Juan
"Iyaa.. Hetic di kantor tapi ya sering makan siang kok sama Icha.."
"Bisnis lancar jaya ya bang"
"Berkat kamu juga kan sama mas"
"Ehm.. Ini ada cemilan sama Jihan siapin teh" potong Jihan
"Makasih ya han" jawab Jay
"Sama-sama bang, kak Icha lagi ganti baju tunggu ya.."
"Iya.."
Jihan pun membawa nampan ke dalam dan Juan mengekorinya. Selang beberapa menit kemudian Icha menghampiri Jay di ruang tamu.
"Ada apa Jay? Tumben ke rumah, biasanya ketemuan di luar. Udah gitu 2 hari ini kita ga biasa makan siang sama sama lagi yaa.."
"Iya cha.."
"Kamu tau keadaan Gina? Aku hubungin dia ga aktif. Terakhir dia cuma ngirim pesan—" ucap Icha tanpa melanjutkannya
"Pesan apa cha?"
"Bukan apa-apa, jadi gimana?"
Jay mengeluarkan handphonenya dan hendak memutarkan rekaman kemarin lusa pada Icha.
"Aku mau kamu denger ini, dan aku harap kamu siap" sahut Jay yang membuat Icha bingung
Rekaman diputar, Icha mendengarkan dengan seksama. Mata Icha membola bahkan ia sampai menutup mulutnya.
"G-gi-gina" ucap Icha terbata-bata
"Abis anter kamu dia ngajak aku ke hotel cha.." Jay mulai bercerita
"Aku bisa liat wajah frustasi dia. Dia ngajak aku untuk berbuat nekat, tapi aku tolak. Aku emang pernah nakal tapi aku belum pernah ngelakuin hal itu sama sekali.
Kamu yang selama ini nolak aku karena dia, sekarang bisa denger sendiri kan gimana dia. Aku tau cha rasanya kecewanya dikhianatin. Aku tau kamu perempuan baik, tapi ada waktunya untuk egois sedikit. Udah waktunya juga kamu pikirin diri kamu sendiri.
Mbak, Jihan dan yang lain yang bener-bener tulus sama kamu pasti juga mau yang terbaik buat kamu.. Ga kayak Gina.. Kamu emang kenal dia udah lama, tapi terkadang seseorang bisa berubah karena rasa iri, dengki dan lainnya. Aku tau mungkin kamu mau bantu Gina lagi, tapi pertanyaannya apa mungkin?" jelas Jay panjang lebar
Icha terdiam dan menangis. Entah Icha menangis untuk dirinya atau untuk keadaan sahabatnya, Gina. Yang jelas hari sejak hari ini, mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi satu sama lain.
.
.
.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Three of Us
General FictionTiga wanita cantik yang hidup saling melengkapi dan memotivasi satu sama lain . Wanita pertama ialah Sienna Diandra, memiliki aura misterius dan penampilan bak dewi menjadi daya tariknya. Masa lalu yang kelam membuatnya bersikap dingin pada orang-or...