Stasiun Kereta

143 23 0
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.

Pagi hari menjelang Jihan terbangun dari tidurnya. Ia menggeser tubuhnya kemudian menarik kursi roda yang tak jauh dari kasurnya. Perlahan tapi pasti Jihan beranjak dan duduk di kursi rodanya.

Keluar dari kamar Jihan melihat Juan dan Jay yang tertidur lelap diruang tengah. Tak ingin membangunkan keduanya Jihan memutar rodanya perlahan. Sampailah ia di dapur, hal pertama yang biasa dilakukan Jihan adalah membasuh mukanya terlebih dahulu. Jika ke kamar mandi akan sulit maka Jihan lebih memilih wastafel di dapur.

Mengisi teko air kemudian menyalakan kompor. Jihan berniat mengisi ulang termos yang sudah dicuci kakaknya semalam. Sambil menunggu Jihan mulai memasak nasi dengan rice cooker. Setelah semua bahan dasar makanan sudah siap, Jihan mulai memindai isi kulkas kemarin dan memutuskan untuk membuat sarapan apa hari ini. Jihan mengambil beberapa sayuran segar dan ayam untuk diolah.

Fokus berkutat di dapur, Jihan tidak menyadari kehadiran Juan sejak tadi dibelakangnya.

"Pagi Jihan" sapa Juan

"Eh pagi Juan.. Maaf aku berisik ya sampe kamu bangun"

"Ngga papa kok, ini kan sudah pagi wajar.. Sini aku bantu kamu mau masak apa hari ini"

"Sayur bening bayam, tempe goreng sama ayam goreng. Semalem untung sudah diungkep sama kak Icha"

"Ya udah aku bantu kamu potongin bahannya, kamu siapin bumbunya ya..."

"Oke, makasih Juan"

Keduanya memasak sambil bercanda tawa. Hebatnya Jay tak terusik dengan suara tawa mereka yang terkadang cukup keras bahkan Icha saja sampai terbangun.

"Kalian romantis banget pagi-pagi"

"Hahaha ga gitu kak, Juan cuma bantuin Jihan masak sarapan.."

"Ada yang bisa kakak bantu juga ga?"

"Kakak bangunin aja bang Jay.. Dia kalo tidur kayak kebo" ujar Juan

"Oke deh.. Aku bangunin Jay dulu ya..."

20 menit kemudian semuanya siap, dan mereka mulai sarapan bersama.

"Sini biar aku yang bawa ke belakang han" ujar Juan sembari mengambil piring bekas makan Jihan

"Makasih loh Juan"

"Iya.. Sama sama han"

Sementara para laki-laki berkutat di cuci piring, Icha mendekati Jihan dan mengajaknya ngobrol di ruang tengah

"Kayaknya Juan suka sama kamu deh han"

"Apasih kak...Ga mungkin ah"

"Loh kenapa?"

"Aku lumpuh kak.. Meskipun keluarga Juan nerima aku tapi tetep aja aku merasa kurang"

"Han.. Denger kakak manusia gaada yang sempurna. Banyak cewek cantik tapi etikanya kurang. Kamu beda han meskipun fisik kamu kayak gini tapi soal hati dan yang lainnya kakak yakin kamu pasti menang"

"Tapi aku ga mau bikin keluarga Juan jadi kerepotan dengan kondisi aku yang begini"

"Apa pernah mereka ngomong hal itu ke kamu? Mereka bahkan selalu bantu kamu tanpa diminta kan? Han cari seseorang yang mau menerima disaat kita keadaan sedang susah itu sulit loh"

"Iya kak Jihan tau... Tapi Jihan juga ga mau berharap banyak. Ketika Jihan sudah berharap tapi malah jatuh pasti akan sakit kak"

"Kamu belum percaya sama diri kamu sendiri han artinya.. Coba kamu pikirkan lagi hm.. Kamu bisa bertahan sejauh ini itu udah hal yang hebat sayang..."

"Makasih ya kak sudah muji Jihan"

"Iya dong adik manis kakak ini perlu diapresiasi.. Kamu ga cuma cantik, dan manis tapi kamu tuh plus plus plus dimata kakak"

"Kak.. Udah ya.. Jihan malu"

"Ya ampun pipi kamu gemesin banget sih"

Di balik tembok kedua lelaki itu mendengar percakapan keduanya. Jay pun bisa merasakan rasa sayang dan cinta Juan pada Jihan.

Jay pulang lebih dulu ke rumahnya karena ada jadwal kuliah siang ini. Begitu pula Icha yang sudah pergi sehabis berbincang dengan Jihan di ruang tengah tadi. Toko bunga dan rajut sudah Jihan serahkan hari ini ke kak Mona dan juga kak Yuri karena keluarga Sien yang akan datang ke Jakarta.

"Han.. I have something to say"

"Ya?"

"Maaf sebelumnya aku tadi pagi denger semua percakapan kamu sama kak Icha.. Han, aku tau ini bukan waktu yang tepat untuk ungkapin perasaan aku. Jujur aku sudah suka sama kamu dari awal kita ketemu di stasiun. Mungkin kamu ga sadar tapi sebenarnya aku sudah tau kamu sebelum waktu itu.

Setahun yang lalu aku turun dari gerbong kereta dan melihat kamu berbincang dengan anak anak kecil. Aku memperhatikan kamu cukup lama di hari itu, kamu juga menyapa ramah dan mendengarkan keluh kesah dari para pegawai disana. Esok harinya aku datang tapi aku ga ketemu kamu. Akhirnya aku tanya ke orang-orang sekitar dan saat itu aku baru tahu beberapa hal tentang kamu. Kamu mungkin ga sadar aku dulu suka membeli bunga di tokomu. Kamu yang fokus pada dunia kamu itu membuat aku jatuh ke pesona kamu lebih dalam.

Aku ga berani untuk sekedar menyapa, sampai saat kejadian pensil barulah aku memberanikan diri bertatapan sama kamu. Takdir Tuhan ga bisa ditebak, apalagi saat tau ternyata mommy mengenalmu saat menjadi relawan di panti asuhan. Han.. Apa yang dikatakan kak Icha tadi pagi benar... Aku, keluargaku ga terlalu peduli dengan keadaan fisikmu seperti apa. Kami ga merasa kerepotan sama sekali.. Jadi jangan berpikiran seperti itu lagi ya.." jelas Juan

Jihan terharu mendengar cerita Juan. Ia menangis dan Juan memeluknya erat.

"Maaf"

"Hei, jangan meminta maaf kamu ga salah hm" ucap Juan sembari menghapus air mata Jihan

"Tapi... Aku.. Mbak"

"Iya, aku ngerti ga harus dibalas sekarang han.. Sekarang kita fokus ke mbak dulu ya" ujar Juan sembari menenangkan Jihan

***

Pukul 2 siang, keluarga Sien datang ke rumah Jihan.

"Ibu" sapa Jihan

"Nak Jihan" balas ibu sambil mengelus sayang kepala Jihan

"Mana Icha?" tanya ibu Sien

"Aku disini bu!"

"Kalian berdua sehat kan?" Keduanya balas mengangguk

"Ibu sama mas Andy?"

"Iya itu mas mu ada di belakang.. Ini siapa han?" tanya ibu Sien melihat dua lelaki asing dirumah Jihan

"Mereka temen Jihan dan kak Icha lagi berkunjung bu" jawab Jihan

"Siang menjelang sore bu" sapa mereka berdua

"Ya siang.."

Dari arah luar, Elisa datang bersama suster Tia. Keduanya sama sama membawa beberapa makanan ringan maupun berat.

"Selamat siang"

"Siang"

"Oh bu Bella sudah datang"

"Iya sus.. Maaf sebelah suster ini siapa kalau boleh tau"

"Saya Elisa calon ibunya Jihan"

"Eh!?" ujar yang lain terkejut dan Juan segera mendekatkan diri ke ibunya

"Mom, it's not a good way"

"I know sorry.."

"Hahaha saya ibunya Juan, Juan ini sahabatnya Jihan. Nah saya sudah anggap Jihan sebagai anak saya sendiri juga gitu maksudnya! Hahaha" jelas Elisa

"Ah saya paham" jawab ibu Sien dengan ramah

"Ya udah ibu sama mas Andy dan semua masuk ke dalam dulu yuk, taruh barangnya dulu di dalam" ujar Jihan menengahi

"Iya" balas semua setuju

.
.
.
To be continue

Three of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang