8.

316 29 2
                                    

Hari ini jadwalnya ray ke rumah sakit untuk melakukan cek up rutin , kali ini ada yang berbeda karena ia di temani oleh dania. Awalnya tadi ray melarang dania untuk ikut dan tetap beristirahat di rumah , mengingat 2 hari lalu dania baru saja terserang demam .

" Mama tunggu disini ya " ucap ray setelah namanya di panggil , ia akan melakukan pemeriksaan secara berkala sebelum bertemu dan konsultasi kepada dokternya .

Dania hanya mengangguk , ia melihat punggung ray yang mulai menjauh . Tersenyum kemudian

Betapa hebat dan kuat anaknya itu , bangga dania memilikinya .

" Ma kita pindah di ruangan sebelah ya , tinggal tunggu hasil dan ketemu dokter " ucap ray setelah kembali dari pemeriksaannya

Mereka pun segera berpindah tempat , rumah sakit ini cukup besar dan juga bagus . Tidak di ragukan lagi kualitasnya walaupun dia tau ray pasti berobat disini menggunakan angsuran kesehatannya tapi pelayanannya tetap baik

---

Sepulangnya mereka dari rumah sakit , mereka pun memutuskan untuk mengistirahatkan badannya masing masing .

Tok tok tok

" Ray gue masuk ya " terdengar suara azka dari luar kamarnya .

Ray mengiakan , ia pun merubah posisinya menjadi duduk .

" Makan dulu " ucap azka membawa nampan berisi makanan .

Ray kaget , tidak biasanya azka membawakannya makanan sampai di ke kamar . Lagi pula ray baik baik saja tidak sakit .

" Bang , gue baik baik saja kog . Nggak perlu lo repot repot bawain makanan " ucap ray

" Sudah lo makan , gue tau lo belum makan kan . Gue nggak menerima penolakan " ucap azka yang meletakan makanan di meja dekat kasur ray

" Hmm iya bang gue makan " ucap ray , bagaimana pun dia tidak akan bisa melawan kehendak azka .

" Senang gue lo nurut gini " ucap azka seperti merasa puas melihat kepasrahan rayyan .

Ray pun memakan makanan yang di bawa azka , dengan azka yang setia menemani di sampingnya sembari memainkan ponsel miliknya .

" Gimana tadi hasilnya ? " Tanya azka setelah memastikan ray selesai makan .

Ray mengambil air yang tidak jauh dari tempatnya lalu meminumnya .

" Aman bang , nggak papa " ucapnya lalu tersenyum .

" Lo nggak bohong kan ? " Tanya azka , dia memang sedikit tidak percaya dengan adiknya itu . Muka muka yang sangat sulit di percayai

" Tanya Mama lah sana kalau abang nggak percaya " ucap ray yang dapat di pastikan azka langsung percaya

Terlihat azka hanya mengangguk ngangguk paham .

" Lo harus sembuh kasihan mama , khawatir banget sama kondisi lo . Ingat ada mama dan gue " ucap azka dengan suara pelan sembarin menundukkan kepalanya .

Satu kenyataan yang kadang membuatnya ingin selalu mengelak .

" Aman bang, gue nggak parah parah banget kog bang . Dokter juga bilang sejauh ini masih aman belum ada yang di khawatirkan " ucap ray lagi sembari tersenyum kecil .

Azka hanya menepuk nepuk bahu ray , dia berharap selamanya akan selalu seperti itu . Sampai kapan pun dia tidak akan rela kalau harus berpisah dengan adiknya itu .

---

Hari ini jadwalnya hayden untuk kembali ke rumahnya , setelah beberapa lama ia tidak kembali .

Ia menyenderkan tubuhnya di kursi dekat kamarnya yang berhadapan langsung dengan figura besar yang terpajang sejak belasan tahun lalu .

Foto dirinya dan maira sewaktu menikah , memandang foto saja sudah membuatnya bahagia apa lagi bisa bersama lagi .

" Nyata sampai saat ini aku nggak bisa melupakan mu ra , kata orang semuanya butuh waktu tapi melupakanmu kayanya nggak akan bisa aku lakukan " ucap hayden yang tersenyum tipis

Seperti biasa ketika hayden pulang yang akan ia lakukan adalah memandang foto maira , entah sampai pagi atau sampai ia tertidur lelap . Menurutnya dengan melijat foto maira mampu membuatnya sedikit tenang dan rileks menjalankan hari harinya kedepan .

Tok tok tok

Hayden membuang napasnya dengan berat , tanpa ia tanya siapa , sudah pasti itu dania .

Sedangkan dania yang di balik pintu itu nampak cemas memegang beberapa baju yang baru saja kemarin ia cuci . Biasanya hayden akan marah kalau dirinya ketahuan memegang barang pribadi hayden

Dengan pelan dania membuka pintu kamar hayden , dia sudah menyiapkan hati untuk kalimat pedas yang akan keluar dari mulut hayden .

" Mas maaf ini baju kamu . Kemarin bibi baru ingat kalau belum ambil baju kamu di kamar dan bibi dari 2 hari lalu cuti karena anaknya sakit " ucap dania

" Taruh " ucap hayden tanpa melihat ke arah dania

Dania terdiam , tidak salah dengar dia hayden tidak memarahinya .

" Lo budeg ya , gue bilang taruh " ucap hayden yang nampak membentak . Padahal baru saja dania memujinya dalam hati .

" Cepat lo keluar " lanjut hayden

Dengan gelagap dania pun segela keluar. Dirinya sedikit menghala nafas legah , untung hayden tidak memarahinya

---

Malam ini di rumah itu hanya dania dan juga ray . Hayden dan azka sedang menghabiskan waktu bersama dan mereka pasti akan pulang keesokan harinya .

Dania menatap ray yang sedang terlelap dengan nafas yang sepertinya sedikit sulit untuk di hirup . Memang tadi ray sempat mengeluh dadanya terasa terhimpit , itupun setelah dania memaksanya untuk berkata jujur karena dari gelagatnya saja kata baik baik saja tidak pantas untuk kondisinya saat ini .

Tanganya bergelap mengelus rambut ray dan tangan sebelahnya masih mengusap ngusap bagian dada ray . Bukannya dania tidak mau membawa ray ke rumah sakit , tapi ray sendiri yang menolaknya.

Mata itu mulai terbuka , mengejap ngejap dengan pelan .

" Ma .. kenapa belum tidur " tanya ray ketika melihat dania menatapnya sambil tersenyum .

" Mama belum ngantuk , kamu tidur lagi . Biar besok udah nggak sakit " ucap dania .

" Mama harus tidur , tidak boleh begadang . Ray nggak mau mama sakit , nanti kalau mama sakit siapa yang ngurus bayi besar mama " ucap ray yang sedikit tertawa di akhir kalimatnya

" Ia ia mama tidur , nih mama tidur " ucap dania yang berpura pura memejamkan matanya . Bagaimana dia bisa tidur tenang , kalau di pikirannya saja tidak tenang dengan kondisi ray .

Ray merapatkan tubuhnya ke arah dania , memeluknya dengan erat .

" Ma ray nggak papa , mama nggak usah khawatir . Ray akan baik baik saja sampai kapan pun . Mama harus percaya itu " ucap ray yang menenggelamkan kepalanya di dalam pelukan dania .

Dania mengangguk

" Ia ia mama percaya , janji ray nggak boleh ninggalin mama . Mama sayang ray banget " ucap dania yang mengeratkan pelukannya itu , memeluk orang paling berharga dalam hidupnya

" Ray sayang mama "

" Ray lanjut tidur lagi , kalai ray ngomong terus kapan mama mau tidur "

Ray mengangguk lalu tersenyum , ia mulai mencoba kembali memejamkan matanya , menghirup udara yang sedikit menjauh darinya .

****

HOPE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang