19

395 34 16
                                    


Setidaknya jadilah penguat untuk diri sendiri, pendukung untuk diri sendiri dan juga penenang untuk diri sendiri, karena mengandalkan orang lain adalah hal yang mustahil, pada akhirnya hanya diri sendiri yang paling paham dan mengerti tentang hal-hal sulit yang harus dihadapi.

~~~~~~

Ray membuka matanya dengan perlahan setelah merasakan sentuhan di kepala, Ini hari 3 dirinya di rumah sakit.

" mama ganggu ya ? " tanya dania, dirinya tidak niat membangunkan ray namun melihat wajah damai ray dalam tidur membuatnya selalu merasa takut.

Ray hanya menggelengkan kepalanya, tangannya menggenggam erat tangan dania

" mama jangan lupa istirahat, ray sekarang baik baik saja " ray menatap wajah lelah dania. semenjak dirinya di rumah sakit dania sama sekali belum pernah meninggalkan dirinya, semua keperluan badannya di antar oleh supir dan juga Joshua.

" mama selalu istirahat, kalau ray tidur ya mama juga tidur. Lap badan kamu ya biar aga segaran, tadi mama udah minta izin ke perawat katanya boleh " dania langsung Melangkah ke arah toilet, dia kembali dengan baskom dan waslap di tangannya.

Ray hanya mengangguk

Dania mulai membasuh badan ray, mulai dari muka sampai kakinya. Dia membasuh dengan begitu hati hati, takut ketidak sengajaannya melukai ray yang memang sampai saat ini masih terlihat lemah.

" ma "

" kenapa ray " jawab dania di sela membasuh tubuh ray

" abang... abang zaka gimana keadaannya ? " tanya ray dengan hati hati, sudah dari kemarin ia ingin menanyakan keadaan azka kepada dania namun waktunya belum sesuai.

" abang, abang sudah baik. Kata om arvin sudah mulai belajar jalan pake tongkat " walaupun 3 hari ini Dani tidak menjenguk azka namun ia tetap menanyakan perkembangan azka pada adik iparnya itu.

" ray mau ke abang "

Dania menghela napasnya pelan, lalu meletakan waslap dalam baskom yang berisi air dan memindahkannya ke dalam toilet.

" ia nanti kita ke abang kalau ray dah kuat, sekarang ray masih lemas lagi pula dokter juga belum membolehkan ray jalan jalan keluar " tutur dania, ia berharap ray paham dengan maksudnya

Ray mengangguk, sedikit kecewa tapi ia paham alasannya.

" mama janji nanti kalau selang selangnya udah di lepas kita ketemu abang azka "

" janji ya ma " ucap ray sambil mengeluarkan jari kelingkingnya, seperti anak kecil yang sedang memegang janji

Dania tertawa pelan melihat tingkah anaknya itu, lalu mengaitkan kelingkingnya ke kelingking ray.

" ia mama janji, sekarang kamu makan dulu ya habis itu minum obat "

" ok deh ma " ucapnya penuh semangat.

****
Dania dan Joshua duduk di hadapan dokter yang menangani ray.

" sejauh ini untuk tidak ada masalah dari luka luka yang kemarin, kondisi rayyan juga telah berangsur angsur stabil. Hanya saja masalahnya ada di penyakit yang rayyan derita "

Dania tegang seketika, setiap dokter membahas penyakit ray hatinya serasa tidak kuat kalau harus menerima kenyataan lagi.

" fungsi parunya telah kembali menurun, ini sudah sampai di 75%. Kalau terus menurun cepat atau lambat kita harus mencari paru paru yang baru, bahasa lainnya kita mencari pendonor "

Tangan dania di genggam dengan kuat oleh Joshua

" saya selaku ketua tim dokter akan melakukan yang terbaik Bu dania, saya sudah coba menghubungi beberapa rumah sakit di luar kota dan juga negeri untuk mewanti wanti apabila rayyan membutuhkan perawatan yang lebih. Tapi untuk saat ini rayyan masih bisa di tangani di rumah sakit ini "

HOPE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang