10.

399 30 9
                                    

" bi , nanti tolong antar ini ke kantor cabang " ucap hayden sembari menyerahkan beberapa berkas kepada art nya

Bibi nampak bingung , tidak biasanya dirinya yang di suruh hayden untuk mengantarkan berkas

" Tapi bibi belum bereskan kamar bapak " ucap bibi , memang sebelum hayden berpergian pasti bibi selalu membereskan kamarnya terlebih dahulu

" Udah bi itu gampang , nanti sekalian beli perlengkapannya azka ya bi . Saya lebih beberapa baju azka sudah cukup lama " ucap hayden lagi sambil menyerahkan kartu atmnya .

" Nanti perginya sama pak dani saja " ucap hayden

" Loh bapak nanti sama siapa ? " Tanya bibi soalnya ia tau pak dani adalah supir pribadi hayden

" Nanti saya minta tolong pak ujang untuk antar saya " ucap hayden , pak ujang walaupun bertugas sebagai satpam rumah nya tapi dia juga bisa mengendarai mobil

Bibi pun hanya mengangguk , dan segera pergi . Hayden nampak tersenyum sinis

Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar azka , untuk menggendong sebentar putranya itu sebelum ia pergi beberapa hari .

" Anak papa ganteng " ucap hayden ketika menggendong azka .

Anak laki laki itu nampak memarkan giginya yang baru saja tumbuh .

" Papa.." ucap azka yang nampak girang sambil memegang wajah hayden

" Papa kerja ya " ucap hayden lalu meletakan azka di box bayi nya lagi .

Hayden pun keluar dari kamar azka , dari arah dapur nampak dania sedang menyiapkan makanan untuk azka .

Melihat perut dania yang semakin membuncit membuat rasa benci dalam dada hayden semakin memburu

" Beresin kamar saya , jangan pegang barang selain yang berantakan . Dan perbaiki lampu utama kamar saya " ucap hayden dari jarak yang tidak terlalu dekat dengan dania , namun cukup di dengar dania .

Dania pun hanya mengangguk .

Hayden pun pergi .

Dania menghela napas panjang , lalu ia melangkah kakinya menuju kamar hayden untuk membersihkan kamar tersebut .

Brakkk

Arghhhh

Dania memegang perutnya setelah ia terpeleset di kamar hayden , nyeri itu langsung menjalar dari perut depan hingga ke tulang belakang .

Ia menatap kakinya yang mulai mengeluarkan darah , air matanya seketika terjatuh .

Tidak

Ini tidak boleh terjadi

Anak di dalam perutnya harus tetap hidup

Dania merangkak keluar kamar hayden

" Bibi ... Bibi " teriaknya

" Bibi tolong " ucapnya sambil terisak

" Bertahan ya nak " ucap dania yang terus memegang perutnya , saat ini perutnya sudah mengeras .

Darah masih terus mengalir mengotori kaki dan lantai . Tuhan dia harus melakukan apa .

Ia menatap sekelilingnya , tidak biasanya rumah ini begitu sepih .

" Siapa pun tolong " teriaknya

Matanya mulai berkunang kunang , badannya sudah lemas karena pendarahan dan rasa sakit yang dania rasakan . Lama kelamaan mata itu mulai memberat dan dania tak sadarkan diri

HOPE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang