13

324 28 9
                                    

Terkadang ingin menangis,
ketika melihat diri ini sendiri dan bertanya tanya mengapa bisa saya
Seperti ini

*********

Dania memeluk erat tubuh ray , setelah anak itu demam dan kembali sesak. Alat bantu pernapasan juga terpasang dengan rapih di hidung anak itu . Sesuai dengan instruksi dokter mulai sekarang ray sudah harus menggunakan alat bantu agar tubuhnya tetap dapat menerima oksigen sesuai batasnya .

" kebangun ya "

Dania tersenyum melihat mata itu terbuka dan melihat ke arahnya.

" mama kenapa nggak tidur " tanya ray , walaupun gelap tapi ia bisa melihat bahwa wajah dania sama sekali belum menunjukan rasa ngantuk .

" bukan nggak , tapi belum aja . Ini lagi mencoba untuk tidur"

" mau ray peluk ma ? " ucap ray sembari merentangkan tangannya

Dania tersenyum lalu mengangguk, dania pun mendekati tubuhnya ke arah ray . Ray lalu memeluk tubuh dania , sebisa mungkin membuat dania nyaman di pelukannya.

Semenjak kejadian itu dania sangat terlihat menutupi kesedihannya , walaupun dania sangat pandai namun ray merasakan perbedaan itu.

Kalau di tanya sakit tidak , sudah pasti jawabannya sakit . Sakit banget , dia tidak menyangka ternyata ayahnya dari dulu memang tidak menyukainya bahkan sudah ingin membunuhnya.

Tangannya bergerak menutup telinga dania yang menghadap langit kamar .

" ma , lain kali kalau mama mendengar sesuatu yang tidak mengenakan tutup aja telinga mama . Kadang di dunia ini kita butuh egois untuk kebahagiaan kita ma, untuk kesehatan mental kita ma " ucap ray

Ia melihat ke arah dania yang ternyata dania telah terlelap , ia aga tertawa melihat dania . Sangat cantik bukan surganya itu.

Senyum itu mulai lenyap, ray mulai berfikir jika nanti dia pergi siapa yang akan membuat dania nyaman ? Dari banyaknya manusia di muka bumi ini kenapa harus dia , dia saja bahkan belum bisa membuat dania bahagia .

---

Setelah berdiskusi tentang kondisi pada dokter , ray memutuskan untuk berhenti kuliah. Ia sendiri juga telah berdiskusi sebelumnya dengan dania dan azka . Dan mereka juga menyarankan hal itu .

Bukannya karena malas , tapi ray hanya tidak mau kalau ia memaksakan diri dan hanya membuat seluruh keluarganya ini khawatir .

" ma ray , aku berangkat dulu " ucap azka yang baru keluar dari kamarnya . Pagi ini seperti biasa hanya mereka ber4 di rumah ini tentu saja dengan bu ida.

" bang beneran nggak papa naik taksi ?" Tanya dania , pasalnya hari ini ray harus cek up seperti biasa tapi mobil yang biasa mereka pake sedang berada di bengkel jadi mau tidak mau dia harus memakai mobil milik azka.

" nggak papa ma santai aja , azka berangkat dulu ya taksinya dah di depan " ucap azka yang langsung keluar.

" ia hati hati azka " ucap dania

Azka mengangguk lalu melangkah menuju pintu utama.

" ayo siap siap kamu " dania melangkah mendekati ray

HOPE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang