8

3K 235 2
                                    

Belum sempat Gracia menjerit karena sangat terkejut, Shani sudah menutup mulut gadis itu dengan telapak tangan kanannya dan memberikan isyarat pada Gracia untuk diam. Gracia memandang Shani dengan tatapan takut dan ia menutup kedua matanya rapat rapat.

"Ada paparazzi sialan. Jika mereka tahu aku ada di sini bersama seorang gadis yang tidak pernah terlihat bersamaku, mereka akan melaporkan berita tidak benar. Kamu tidak mau repot, 'kan? Jadi diamlah," bisik Shani.

Debaran jantung Gracia dapat dirasakan dengan jelas di dada Shani, begitupun sebaliknya. Tapi jantung Gracia seratus kali lebih cepat. Tubuh mereka menempel dengan sempurna di kursi belakang mobil, dengan kaki keduanya yang terlipat. Sangat tidak nyaman. Ini kedua kalinya Gracia berada dalam posisi tidak ada jarak dengan seorang Shani Indira. Dan ini jauh lebih parah. Ribuan kali lebih parah.

Shani melepas bekapannya di mulut Gracia. Gracia langsung mengambil nafas dalam dalam namun sia sia saja. Wajah Shani berada tepat di atasnya bagaimana bisa ia mengambil oksigen? Gracia membuka matanya dan menoleh ke arah lain, ke mana saja asal tidak menghadap wajah Shani lagi. Dan Shani juga tampaknya tidak memandang Gracia.

Dada Gracia naik turun karena nafasnya yang tidak teratur sekaligus merasa berat dengan tubuh Shani. Gracia sangat berharap sekali kalau pikiran Shani sedang dalam keadaan bersih, sehingga ia tidak perlu takut kalau kalau seandainya nafsu Shani naik. Kalau itu sampai terjadi, lebih baik Gracia pingsan di tempat saja.

Nafas keduanya beradu lagi. Wajah Gracia sekarang sudah berubah merah padam. Yang pertama karena posisi tidak mengenakkan mereka, kedua karena dia butuh sekali udara, dan yang ketiga karena nafas yang keluar dari mulut Shani sangat fresh dan menyegarkan. Gracia tidak bisa menyanggahnya, tapi dia sangat suka mencium harum nafas Shani. Wangi tubuhnya juga. Wangi parfum yang tadi pagi juga ia cium di dapur.

Gracia dapat mendengar Shani merutuk pelan pada dirinya sendiri. Ia mengerling sedikit ke arah perempuan itu. Shani menundukkan wajahnya dan tubuhnya sedikit bergetar. Gracia memang tidak melihatnya. Tapi dia merasakannya pada tubuhnya.

Ada apa lagi dengan Shani?

Tidak sampai tiga puluh menit mereka ada di dalam mobil, Shani dengan cepat membuka pintu mobil itu dan ia keluar dari dalam mobil. Gracia langsung merasa lega dan ia bernafas sebanyak ia bisa. Gracia juga ikut keluar dari mobil dan menutup pintunya. Ia tidak melihat ada siapa siapa lagi di dalam parkiran. Dan Gracia dapat melihat Shani sudah memakai maskernya, membenarkan tudung jaketnya, sehingga wajahnya benar benar tertutupi dengan sempurna. Ia berdiri lumayan jauh dari Gracia.

"Ayo," ajak Shani tanpa memandang Gracia.

"Shani," panggil Gracia. Ia hendak mendekati Shani tapi perempuan itu langsung menghentikannya.

"Jangan," ujar Shani. Suaranya berubah dingin. "Jaga jaraklah denganku. Aku tidak ingin merepotkanmu,"

Sambil menundukkan wajahnya, Shani langsung melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari parkiran menuju gedung DE.Entertainment, menerobos terik matahari.

Gracia berhenti dan ia hanya tercengang menatap kepergian Shani. "Ada apa lagi dengannya? Apa dia fikir aku suka berada dalam jarak yang begitu dekat dengannya? Yang benar saja! Atau... Dia sakit lagi? Apa karena tadi dia menimpa tubuhku... Tidak. Tidak. Dia memang... sex maniac. Dasar!"

✨✨✨

Sejak kejadian di parkiran tadi, Gracia hanya duduk di dalam ruang latihan gedung DE, tempat pertama kali ia menunggu Chika dan bertemu Shani. Duduk sambil memainkan ponselnya. Ada banyak sekali pesan masuk dari teman temannya, termasuk Chika, yang menanyakan bagaimana keadaannya selama sehari menjadi asisten Dream Queen.

The Leader's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang