16

2.4K 215 5
                                    

Selesai berkata seperti itu, Shani memasukkan tangannya ke dalam saku jaket hitamnya di bagian kanan dan mengeluarkan satu kotak rokok bermerk. Ia membuka tutupnya dan mengambil satu. Sebelum gadis itu sempat mencari pemantik rokoknya, Gracia dengan cepat merebut rokok itu.

"Sudah larut malam. Bukannya kamu sebaiknya tidur? Aku akan simpan rokokmu dan jangan pernah memintanya kembali." ujar Gracia. Sebelum gadis itu pergi, ia juga merampas satu kotak rokok itu dari tangan Shani, membuat perempuan itu shock dan terperangah.

"Baiklah, tapi kamu tidak perlu mengambil semuanya!" seru Shani pada Gracia, yang langsung melesat masuk ke dalam hotel tanpa menggubris seruan seorang Shani Indira. "Aish!"

Sambil menggerutu, Shani memutuskan untuk masuk ke dalam hotel juga dan menuju kamarnya. Di pertengahan lobby, ia bertemu dengan Desy.

"Shan? Kamu sudah pulang?" tanya Desy

"Cici sudah lihat aku kan?" Shani balik bertanya dengan nada sarkastiknya.

"Relax Shan. Ada apa? Kamu tampak tidak dalam mood yang baik." ujar Desy.

Shani diam dan ia lebih memilih memusatkan perhatiannya pada sebuah akuarium besar di sudut kiri lobby daripada menjawab pertanyaan sahabat karibnya itu. Menjawabnya justru akan membuat Shani lebih frustrasi lagi. Ia akan mengingatnya kembali, saat di mana hubungannya dengan seseorang yang sangat ia cintai sudah benar-benar tidak bisa tertolong lagi.

Dan Desy tahu itu. "Ah, kamu putus dengan Vienny lagi? Apakah kali ini real? Tidak sekedar 'berpisah-sebentar-dan-dinginkan-kepala-sembari-instrospeksi-diri'?"

"Dia sudah tidak bisa mentolerir apa-apa lagi, Ci. Dia bahkan menyalahkan kesibukanku, menyalahkan pekerjaanku. Rasa sakit hatinya karena tidak bisa diterima oleh Kak Melody dan Fans. Dia juga lampiaskan pada jadwal Dream Queen. Dia marah karena aku terlalu cinta pada pekerjaanku, terlalu mementingkan duniaku. Dia tahu aku sangat mencintai ini semua. Dan dia pernah bilang untuk akan selalu mengerti, sebagaimana aku mengerti bagaimana dia sangat mencintai dunia modeling."

"Aku tahu dia bukan marah karena itu. Aku tahu dia sudah tidak bisa lagi menahan beban dengan menjadi kekasih seorang Shani Indira. Aku tahu dia lelah karena kami terus bersembunyi. Aku tahu dia ingin hubungan kami diberi restu oleh Kak Melody dan Dominiq's, seperti Sisca dan Cornelia. Aku tahu dia sudah sampai pada puncak kesabarannya. Tapi tidak bisakah, satu menit saja, dia memikirkan perasaanku? Dia terlalu kekanak-kanakkan, hanya memikirkan perasaannya sendiri. Bahkan dia terlalu cemburu dengan kedatangan Gracia. Bitch." jelas Shani dengan wajah kelamnya. Shani adalah sosok perempuan yang memiliki perasaan lembut dan sensitive. Kalau saja dia bukan karna sifat dinginnya, mungkin saat ini air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi.

"Masalah itu lagi? Maksudku, selama ini kalian putus dan kembali lagi juga karena masalah ini, 'kan? Aku tidak tahu kalau Vienny begitu perasa dan sensitive." ungkap Desy, sedikit mencela. "Meskipun begitu, ada kemungkinan kalian untuk kembali lagi seperti yang lalu-lalu. Tapi, kali ini Gracia masuk dalam daftar permasalahan kalian? Woah, bukankah itu sudah sangat berlebihan? Seharusnya dia tahu seperti apa Shania Gracia itu. Satu-satunya perempuan yang menolak seorang Shani Indira se-charming apapun dia. Dan sosok perempuan yang tidak dilirik satu detikpun oleh Shani Indira secantik apapun gadis itu. Bagaimana dia bisa cemburu pada hal itu?"

"Aku juga tidak tahu." jawab Shani acuh tak acuh. Dia sudah cukup lelah hari ini dengan hanya memikirkan gadis yang bernama Vienny itu.

"Dan apakah kamu bertengkar dengan Gracia karena masalah itu?" tanya Desy.

"Hah? Kenapa Cici bisa bilang begitu?" Shani balik bertanya.

"Tidak, hanya saja aku melihat kalian sedang mengobrol di depan hotel dari dalam kamarku. Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi dari wajahmu tadi terlihat sama sekali tidak senang, begitu juga dengan dia." jawab Desy.

The Leader's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang