"Karena aku lapar," jawab Shani pelan. Detik itu juga, Gracia merasa jantungnya sudah tidak berada di tempatnya lagi.
Kedua kakinya mendadak lumpuh dan tubuhnya seperti disihir untuk tidak diperbolehkan bergerak sesenti saja ketika Shani dengan santainya melangkah mendekati gadis itu, menghapus jarak di antara mereka. Dan gadis itu semakin merasa terjun bebas saat jemari Shani mengelus wajah mulus dan beningnya.
"H.. hah?" sentak Gracia. Gadis ini yakin sekali kalau Shani bisa merasakan panas di pipi kanannya yang tengah disentuh gadis itu.
"Maaf," ujar Shani, tangannya tidak lagi mengelus lembut pipi kanan Gracia yang ia rasa hangat. "Aku membohongimu dengan mengatakan kalau kami sudah sampai di apartemen lewat pesan Chika di ponselmu. Sebenarnya mereka semua masih menikmati after party di hotel,"
"Hah? Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Gracia gusar. Bagaimana tidak gusar, ia juga ingin sekali berada di pesta itu, berbaur dan menikmati pesta bersama dengan crew Dream Queen dan DE yang lain.
"Agar kamu cepat pulang," jawab Shani santai dan tanpa merasa bersalah. "Aku tidak bermaksud mengganggu kencanmu dengan gadis itu, tapi aku merasa lapar. Jadi, bisakah kamu menelepon salah satu gadis yang ada di list ini? Selagi menunggu kedatangannya, aku akan kembali lagi ke hotel dan menjemput Kak Yona. Ah, mungkin semuanya juga akan ikut pulang saat aku kembali. Jadi, jika gadis itu sudah datang, suruh saja dia masuk ke dalam kamarku,"
Shani menyerahkan list yang ia maksud kepada Gracia yang daritadi diam saja mendengar penjelasan Shani. Dan gadis itu tidak bergerak untuk mengambil list-nya. Bahkan ia tampak tidak ingin mengambilnya. Ia hanya diam saja sambil memandangi list itu, membuat Shani mengernyitkan dahinya.
"Kenapa? Kamu kesal karena aku sudah merusak malam indahmu bersama gadis itu?" tanya Shani.
"Anin. Aninditha namanya," ujar Gracia cepat dan terkesan dingin. "Kenapa tidak kamu saja yang menelepon?"
"Bukankah tugas seorang manager seperti itu? Atau apa aku sudah salah kembali percaya padamu? Sudahlah, cepat telepon. Aku akan kembali 20 menit lagi,"
Selesai Shani berkata seperti itu, Gracia mengambil list itu dan memerhatikan nama-nama yang ada di dalamnya tanpa minat. Dan setelah itu juga, Shani membalikkan tubuhnya dan segera menghilang dari apartemen Chika.
Kenapa gadis itu merasakan sakit di dadanya ketika Shani masih memintanya untuk menghubungi gadis-gadis club yang bisa ia minum darahnya? Bukankah darah gadis manapun yang akan ia minum tetap saja rasanya sama dengan darah hewan saat ia sudah mencicipi darah manis milik Gracia? Jujur saja, gadis itu sudah berharap kalau Shani tadi meminta untuk meminum darahnya. Tentu ia tidak akan menyesal pulang lebih awal.
Namun, nyatanya? Ia akan meminum darah dari salah satu gadis yang ada di list ini. Untuk apa lagi list itu? Gracia sudah memberikannya dengan sukarela, lalu apalagi yang kurang? Apakah darah gadis-gadis yang ada di list ini jauh lebih manis dari miliknya? Mungkin saja begitu, itu sebabnya Shani menyingkirkannya dan menyuruhnya menghubungi mereka.
Gracia tersenyum kecut dan ia meremas kuat list yang ada dalam genggamannya dan membuangnya ke dalam keranjang sampah. Ia tidak peduli jika gadis itu marah besar padanya.
✨✨✨
Selama dalam perjalanan menuju hotel, pikiran Shani tidak fokus pada jalanan yang ada di hadapannya. Pikirannya melayang-layang mengingat kejadian yang baru saja terjadi antara dia dan Gracia. Shani tahu gadis itu pasti marah sekali. Mengirimnya pesan lewat ponsel Chika untuk menyuruhnya pulang saat ia tengah berkencan dengan Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Leader's Secret
FanfictionCerita ini hasil remake dari The Leader's Secret nya Gtae milik @xxxtaegrdn yang dulu ada di wordpress dan aku remake castnya jadi Greshan. Dan sudah mendapat persetujuan dari penulis aslinya. Happy reading ~