"Shani!" panggil Gracia keras pada Shani. Gadis itu sudah hampir masuk ke dalam lift yang pintunya terbuka. Gracia mempercepat larinya untuk menghampiri Shani walaupun nafasnya sudah hampir tercekat.
Mendengar teriakan seseorang yang ia kenal, Shani membalikkan tubuhnya dan membiarkan pintu lift itu tertutup. Gracia sampai di hadapannya dengan wajah memerah dan nafas yang terengah engah.
"Jangan pergi." ucap Gracia di sela-sela tarikan nafasnya yang panjang.
"Kenapa?" tanya Shani.
"Aku...." ujar Gracia dengan seribu alasan yang berputar di dalam kepalanya, memikirkan kata kata yang hendak disampaikannya. "Aku akan menelepon gadis gadis itu, jadi kembali saja ke apartemen."
"Tidak perlu repot repot." jawab Shani cepat. Dan ia kembali berbalik untuk menunggu pintu lift yang terbuka.
"Aku... tidak pernah merasa takut padamu." ujar Gracia cepat.
Shani berdiri terdiam di depan pintu lift yang kembali terbuka di hadapannya. Shani mendengarkan, dan Gracia menarik nafas panjang untuk menetralkan jantungnya, ia harus segera mengatakannya.
"Awalnya memang aku tidak menyukai stylemu di atas panggung dan segala macam pemberitaan tentangmu. Sampai Chika terus menerus menyakinkan diriku kalau kamu bukan seperti yang ku bayangkan, aku tetap tidak memercayainya.
"Sampai akhirnya aku bertemu denganmu. Kalau bukan karena Chika, aku tidak akan mau bekerja bersama denganmu. Dan aku memang panik ketika tahu kamu adalah vampire. Tapi aku sadar, rasa panikku didominasi oleh rasa kekhawatiran bagaimana kalau kamu tertangkap? Bagaimana kalau kamu ketahuan? Dan seiring berjalannya waktu, kamu menunjukkan padaku perlahan lahan dirimu yang sebenarnya. Kamu... Kamu orang yang baik. Begitu penyayang. Meskipun tidak mengenal dirimu terlalu dalam, setidaknya aku tahu kamu itu berbeda dengan di atas panggung. Aku rasa orang orang yang tidak menyukaimu juga akan langsung jatuh hati jika mereka tahu kamu yang sebenarnya."
"Jadi... malam itu, aku tidak takut. Terlintas di pikiranku untuk takut padamu saja tidak. Aku hanya sedikit kecewa. Mungkin sangat. Ah entahlah. Aku kecewa. Kamu telah membuat seseorang menungguku terlalu lama dan... tidak ada kata 'maaf' yang keluar dari mulutmu. Kamu hanya berdiri membeku dan memasang wajah seolah olah itu bukan masalah besar. Ci Desy jauh lebih perhatian padaku waktu itu. Aku kesal, bukan takut padamu."
Gracia diam sambil menatap punggung Shani. Wajahnya sudah memerah sekali saat ia menjelaskan panjang lebar pada gadis itu. Kaki kanannya bergerak gelisah dan ia menggigit bibir bawahnya menunggu reaksi dari Shani.
Tanpa diketahui oleh Gracia, Shani menyunggingkan senyum kecil.
"Lalu?" tanya Shani.
Gracia membelalakkan kedua matanya. "Lalu?" Apakah tidak ada pertanyaan lain?
"Untuk apa kamu menjelaskannya padaku? Apa Ci Desy yang menceritakan semuanya dan memintamu melakukan ini?" sambung Shani.
"Bukan." bantah Gracia langsung. "Dia memang menceritakannya padaku, tapi aku melakukan ini bukan karena perintahnya. Ini atas kehendakku sendiri. Karena...."
"Karena...?" tanya Shani, sedikit tidak sabaran menunggu lanjutannya, karena gadis itu menggantungkan kalimatnya agak lama.
"Karena aku tidak ingin kamu menjaga jarak denganku. Seolah olah di sini akulah yang salah. Aku tahu maksudmu baik, agar bisa lebih berhati hati padaku. Tapi dengan menggantikan posisiku tanpa meminta pertimbanganku membuatku sangat tersinggung. Aku suka kalau Kak Yona membantuku. Yang tidak bisa ku pahami adalah kamu yang tidak menganggapku ada. Aku sangat kesal. Aku tidak tahu kenapa, tapi maksud baikmu itu benar-benar membuatku tersinggung. Kenapa tidak sekalian saja kamu memecatku? Itu juga kalau kamu masih punya pikiran untuk tidak memecatku dengan alasan yang diluar nalar manusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Leader's Secret
FanfictionCerita ini hasil remake dari The Leader's Secret nya Gtae milik @xxxtaegrdn yang dulu ada di wordpress dan aku remake castnya jadi Greshan. Dan sudah mendapat persetujuan dari penulis aslinya. Happy reading ~