31

2.5K 243 31
                                    

"Ci Gre! Alarm-mu sudah berbunyi ratusan kali tapi kenapa kamu belum mau bangkit juga dari tempat tidur? Oh, ayolah. Ayo kita habiskan satu hari ini bersama-sama Ci Gre. Tidak biasanya kamu bangun kesiangan begini." rewel Chika sambil menarik bedcover yang menyembunyikan tubuh mungil Gracia.

Gracia buru-buru menutup mata dan wajahnya yang merona di balik bantal. Kalau tidak dia tutup, Chika akan menyangka dirinya sedang demam. Suhu tubuhnya memang meningkat tajam sejak kemarin malam sampai sekarang ini.

"Aku akan bangun sebentar lagi. Pergilah ke bawah, Chik. Members Dream Queen pasti sedang menahan lapar." ujar Gracia, yang masih setia menyembunyikan wajahnya.

"Kak Yona sudah menyiapkan semuanya dan dia akan hang out bersama teman-temannya hari ini. Selagi members Dream Queen itu latihan dan segala macamnya, aku ingin quality time denganmu. Aku tunggu selama satu jam, okay?" seru Chika sambil keluar dari kamarnya.

Gracia mengangkat wajahnya dari bantal dan bangkit dari tempat tidur menuju meja rias milik Chika. Ia memandangi dirinya sendiri di dalam cermin itu. Kedua matanya sedikit memerah karena satu menitpun ia tidak bisa memejamkan matanya pasca Shani menciumnya di rooftop. Ciuman bergairah kedua yang Gracia rasakan dengan Shani, dan itu membuat wajahnya kembali merona.

"Maaf, apa aku terlalu lancang? Kamu menawarkan dirimu lagi padaku meskipun itu tidak perlu. Kamu begitu baik dan aku merasa berutang banyak sekali padamu Gracia. Terima kasih, aku benar benar berterima kasih. Dan juga, kamu tadi terlihat menggemaskan itu sebabnya aku... menciummu. Maaf, kamu pantas marah padaku."

Itu adalah alasan yang Shani lontarkan setelah ia selesai mencium bibir Gracia. Mendengar itu, tentu saja perasaan Gracia ketar-ketir dan ia sama sekali tidak melontarkan cacian pada Shani.

Masih jelas terlihat bibir ranumnya yang bengkak dan Gracia sudah bersusah payah untuk mengembalikan bibirnya seperti sedia kala tapi tidak bisa. Bagaimana kalau sampai ada yang menyadarinya? Dia harus menjawab apa? Gracia hanya bisa menghela nafas panjang dan mencoba pasrah.

Dan ia juga mengecek permukaan lehernya. Jantungnya berdebar lagi tanpa ia pinta ketika dirinya kembali mengingat kejadian dini hari tadi, tepatnya setelah ia dan Shani berdua turun dari rooftop dan kembali ke apartemen Chika. Gracia tahu sejak dari rooftop itu Shani sebisa mungkin menyembunyikan dirinya yang tengah kelaparan. Dan sesuai janji, Gracia menawarkan darahnya.

Hal yang tidak bisa ditolak oleh Shani. Gairahnya sudah memuncak hebat dan ia langsung menarik tangan Gracia masuk ke dalam kamarnya dan meminum darah gadis itu seperti seekor hewan yang berhasil menangkap mangsanya. Selama hampir dua jam Gracia berada di dalam kamar Shani lalu ia pindah ke dalam kamar Chika.

Di dalam kamar Chika, bukannya tertidur pulas akibat ulah Shani, Gracia malah tidak bisa memejamkan kedua matanya dan terus terjaga sampai Chika berteriak membangunkannya tadi.

"Astaga apaa yang kamu pikirkan Shania Gracia?" rutuk Gracia pada dirinya sendiri. "Mungkin saja ciuman itu adalah bentuk rasa terima kasihnya karena kamu sudah menyumbangkan darahmu secara gratis untuknya, 'kan?"

Gracia menarik nafas dalam-dalam, membuangnya dengan kasar dari mulut dan langsung melesat ke dalam kamar mandi.

✨✨✨

"Gre, bibirmu...." tunjuk Yona pada bibir Gracia, ketika gadis itu tengah melahap sarapannya di meja makan berdua bersama Chika. Yona datang dari ruang tengah berniat mengambil cokelat panas untuk members Dream Queen, yang juga tengah sibuk bermain kartu uno di ruang tengah.

Mendengar penuturan Yona, Gracia langsung terbatuk-batuk secara tiba-tiba. Makanan yang ia makan secara brutal melewati kerongkongannya tanpa proses mengunyah. Cepat-cepat ia ambil air minumnya dan ditenggaknya sampai habis. Members Dream Queen yang menyadari ada keributan di dapur langsung berhenti bermain dan memandang ke arah dapur, tepatnya ke arah Gracia. Shani mengernyitkan dahinya, penasaran.

The Leader's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang