12

2.5K 229 6
                                    

"Gre, tolong rapikan eyeliner-ku. Rapikan sedikit saja di bagian kanan, ya?" pinta Jinan pada Gracia yang tengah menata rambut Sisca.

"Hmm. Tunggu sebentar lagi. Aku akan segera ke sana." jawab Gracia. Jari jemarinya masih sibuk dengan rambut coklat Sisca. Ia melihat Sisca di cermin dan tersenyum simpul. "Done."

"Terima kasih Gre." ujar Sisca

Gracia mengangguk dan secepat kilat ia segera berpindah tempat menuju Jinan. Diambilnya eyeliner di atas meja rias dan dengan perlahan lahan memakaikannya di sekitaran mata kanan Jinan.

"Oke, itu cukup Gre." ujar Jinan

Tepat saat itu pintu ruang make up terbuka dan menampilkan sosok Shani yang sudah selesai dengan penampilannya. Ia melihat sekeliling dan tanpa banyak komentar, ia langsung duduk di atas sofa dan sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Raut wajahnya tampak masam.

"Kak Sisca, bagaimana? Cute kan?" tanya Ara pada Sisca sambil memakai topi berbulu yang berbentuk wajah panda.

Gracia tersenyum kecil melihat tingkah lucu Ara. Beberapa detik kemudian, gadis itu menoleh menatap Shani dan ia teringat akan satu hal. Buru buru dia mengambil tasnya dan duduk di samping Shani. Shani berhenti mengetik dan ia memalingkan wajahnya ke kanan, menatap Gracia, yang sedang tersenyum manis padanya.

"Ada apa?" tanya Shani. Ia menggeser tubuhnya ke kiri, menciptakan jarak cukup jauh dengan Gracia.

Gracia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Shani. Sekotak jus tomat.

"Apa ini?" tanya Shani, tidak mengerti.

"Aku membelikanmu jus tomat ini. Minumlah." jawab Gracia.

"Tidak mau." tolak Shani cepat. Apa apaan gadis itu? Jus tomat? Sejak kapan ia suka minum minuman seperti itu?

Gracia menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Shani, wajahnya tidak sabaran dan kesal. Shani tidak bisa lagi menjauh. Ia sudah berada di ujung sofa. Perempuan itu balik menatap Gracia dengan pandangan kesal. Jangan sampai hasratnya keluar di detik detik live stage nya.

"Ini bukanlah jus tomat biasa." bisik Gracia. "Cepat minumlah. Ini darah. Kamu harus minum ini sebelum melakukan performance di atas panggung. Aku tidak mau terjadi apa apa padamu. Apalagi kamu belum ada sarapan pagi ini."

"Darah?" tanya Shani, tidak percaya. "Dari mana kamu mendapatkannya?"

"Kamu tidak perlu tahu. Cepatlah. Sebentar lagi penampilan kalian. Cepat minum." desis Gracia.

"Baiklah. Baiklah." jawab Shani cepat.

Suaranya sedikit parau. Ia sedang menahan nafasnya. Tidak, ia sedang berusaha mati matian untuk tidak mencium aroma yang menguar dari dalam tubuh Gracia. Aroma yang menggiurkan, yang sulit untuk ditolak oleh sosok vampire seperti dirinya ini. Aroma darah yang manis. Sangat manis, sampai sampai Shani tidak berani untuk membayangkannya. Ia tidak mau warna matanya berubah saat itu juga. Ia tidak akan bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Shani. Ia sudah membuka kotak jus itu. "Kamu ingin melihatku minum darah? Atau kamu ingin aku meminum darahmu?"

Gracia memutar kedua bola matanya dan ia segera bangkit dari sofa menuju sofa yang lain. Begitu Gracia pergi, Shani menyeruput 'jus' itu dan menelannya. Dahinya sedikit berkerut dan senyuman kecil menghiasi wajah tampannya.

"Bodoh." gumam Shani.

✨✨✨

"Ci Shani, selamat atas comeback-mu. Aku sudah menantinya cukup lama dan aku sangat senang sekali menyambut album Only Today kalian. Kamu sudah bekerja sangat keras dan aku harap kamu tetap memerhatikan kesehatanmu. Eung, satu lagi. Aku punya sesuatu untuk Cici. Ini adalah Rosario kesayanganku dan aku ingin memberikannya untukmu, sebagai penyemangat." jelas seorang gadis remaja, yang usianya kira kira masih tujuh belas tahun.

The Leader's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang