22

2.4K 213 13
                                    

Gracia membelalakkan kedua matanya, takut. Kedua tangan Shani secara posesif meremas kedua bahu Gracia dan dengan cepat mendorong tubuh gadis itu untuk berbaring di atas sofa. Gracia mengaduh pelan dan ia memejamkan matanya erat. Hidungnya dapat menciumi aroma tubuh Shani yang mengeluarkan wangi kayu-kayuan, rempah, amber, serta mint semuanya menjadi satu. Tubuhnya kembali menanggung beban tubuh Shani.

Dan sensasi itu kembali hadir. Sensasi saat pertama kali Shani meminum darahnya. Belum apa-apa Gracia mulai merasakan ekstasinya. Perempuan itu belum menghisap darahnya tapi Gracia mulai merasa kepalanya pusing, seperti mabuk kepayang.

'Inikah alasannya kenapa gadis-gadis itu pasti merasa sempoyongan setelah dihisap darahnya oleh Shani?' gumam Gracia dalam hati. Ada satu magic dalam diri Shani dan Gracia takut terlalu tenggelam dalam sihir itu.

Gracia membuka kedua kelopak matanya dan dengan berani dia memandang mata Shani. Seperti biasa, mata itu kembali berubah warna. Lebih mengkilat kali ini. Pandangannya juga lebih lapar dari kemarin.

"Lepas Shani Indira." erang Gracia. Kedua tangannya yang bebas mendorong bahu perempuan itu untuk menjauh. "Lepaskan sebelum kamu menyesal."

Dengan kesal Shani melepas cengkeramannya pada bahu Gracia dan menahan kedua pergelangan tangan Gracia dengan kuat, sampai membuat gadis itu meringis. Tidak hilang akal, Gracia menggeliatkan tubuhnya kesana kemari untuk melepaskan diri dari kepungan tubuh Shani. Mereka berdua tentu tahu, Gracia takkan bisa menang melawan kekuatan Shani. Karena Shani semakin menindih tubuh kecil itu, membuat Gracia semakin sesak.

Shani menatap gadis yang ada di bawahnya dengan pandangan emosi yang menyala-nyala. Antara gairah, nafsu, dan memelas.

"Aku membutuhkanmu." desis perempuan itu pelan sekali.

Gracia terdiam dengan nafas yang tersengal-sengal. Dadanya naik turun untuk mencari oksigen dan itu semakin membuat aura di sekeliling keduanya bertambah panas.

"Kenapa?" rintih Gracia pelan. "Aku hanya memberimu satu kali, ingat? Dan itu hanya kemarin malam. Kamu berjanji waktu itu. Tidak, aku membuat janji kalau itu adalah pertama dan terakhir kalinya. Tapi...."

"Aku tidak bisa." keluh Shani, frustrasi. "Darahmu beda dari yang lain, Gracia. Aku suka. Aku sangat suka. Aromamu itu juga punya khas sendiri dan aku tidak bisa menolaknya."

"Bagaimana bisa?" bisik Gracia.

Kata-kata yang manis, sangat manis didengar. Tapi justru membuat Gracia semakin takut. Bisa dibilang perempuan ini... Ketagihan? Apa dia menjadi kecanduan pada seorang Shania Gracia saat ini? Tidak! Gracia tidak ingin jadi candu bagi siapapun. Apalagi kalau itu menyangkut darahnya.

"Jangan." tolak Gracia lagi. Ia menggelengkan wajahnya dan berusaha mendorong kembali tubuh perempuan itu untuk menjauh darinya.

Percuma saja, Shani tidak mendengarkan. Ia menenggelamkan wajahnya ke dalam lekukan leher putih Gracia dan menghirup dalam-dalam aroma gadis itu. Wangi lavender. Makin lama gadis ini semakin wangi di hidung Shani dan ia merasa terkurung di dalam wangi itu.

"Jadilah milikku hanya untuk malam ini Shania Gracia." bisik Shani. Wajahnya perlahan turun dari leher ke dada Gracia. Wangi lavender itu sangat kuat di dada gadis itu dan Shani menghirupnya dalam-dalam seakan-akan aroma lavender itu adalah oksigennya. Perempuan itu juga dapat merasakan dan mendengar debaran jantung Gracia yang berpacu lima kali lebih kuat daripada jantung orang normal.

Setelah puas menciumi wangi tubuh Gracia, Shani menelusuri garis leher gadis itu dengan bibirnya yang lembut, membuat Gracia menegang dan ia menggigit bibir bawahnya saat sensasi aneh itu menggelitiki perutnya. Bibir perempuan itu seperti sedang mencari-cari sesuatu di leher Gracia, mencari titik sensitive Gracia lebih tepatnya. Kali ini ia ingin melakukannya dengan perlahan-lahan. Tidak seperti kemarin. Kemarin malam ia kalap karena benar-benar membutuhkan tenaga.

The Leader's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang