15

2.7K 206 6
                                    

Boshe VVIP Club, Badung, Bali

Shani Indira dapat mendengar dentuman suara musik rock yang diputar oleh sang disc jockey di dalam club itu. Suara musiknya memekkan kedua telinganya, serta ikut mendentumkan jantung serta pembuluh darahnya. Namun, hal yang seperti ini tidak membuat Shani terganggu atau mengeluh sekalipun. Suasana apapun di dalam club, club apapun itu di setiap kota yang ia jajaki, sudah pernah ia rasakan. Ia terlalu biasa dengan keadaan di dalam setiap club. Rasanya leader Dream Queen ini layak mendapat gelar Queen of party. Apa itu skandal dan tubiran? Shani tidak pernah memikirkan hal itu. Masa bodoh dengan tubiran yang di berikan padanya.

Dan begitu kedua kakinya melangkah masuk menuju dance floor, ratusan pengunjung ternyata sudah memenuhi tempat itu. Mereka bersorak riang, melompat-lompat kecil, dan bertepuk tangan dengan meriahnya begitu DJ mereka malam ini mulai meluncurkan keahliannya, menghipnotis semua pengunjung dengan remix musik dan hip hop style-nya yang begitu keren.

Seandainya Shani-lah orang yang bertanggung jawab atas DJ itu, ia akan menyuruhnya untuk memutar dan membiusnya para pengunjung itu dengan lagu andalannya, UZA.

Tapi sekarang waktunya tidak tepat. Seseorang tengah menunggunya. Her fear of life.

Shani kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke bar. Bartender itu tersenyum penuh ceria begitu melihat kedatangan Shani. Shani menundukkan kepalanya dan tersenyum manis untuk memberi sapaan pada sang bartender.

"Shani." sapa si bartender, yang umurnya kira-kira tiga-empat tahun di atas Shani. "Wine yang biasa?"

"Tidak Kak. Aku ingin tahu apa kamu melihat Kak Vienny?" Shani balik bertanya. Ia sedikit meninggikan suaranya, mengingat volume dari musik DJ itu benar-benar memekakkan telinga.

"Oh, dia sedang menunggumu di Blue Room, Shan. Apa kamu tidak ingin aku mengantarkan sebotol wine untuk menemani kalian mengobrol?" tawar si bartender.

"Tidak usah repot-repot, Kak." tolak Shani dengan sopan. "Aku pergi dulu, ya? Terima kasih Kak."

Setelah pergi dari meja bar, dengan cepat Shani pergi menuju Blue Room yang terletak di lantai dua Boshe. Privacy room, dengan tingkat kenyamanan yang maksimal.

Sesampainya di Blue Room, tidak butuh waktu lama bagi Shani untuk menemukan sosok wanita yang dicintainya. Gadis berambut pendek itu sudah duduk di salah satu sofa di Blue Room, mengenakan kemeja berwarna putih dipadukan dengan rok mini warna hitam. Gadis yang bernama lengkap Vienny Savana itu sedang menikmati segelas cocktail Singapore's sling kesukaannya.

Shani mendekati gadis itu dan langsung duduk di hadapannya sambil tersenyum manis. Melihat kedatangan Shani, Vienny menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah manis. Namun, senyumannya tidak selebar biasanya. Reaksinya tidak seceria seperti biasa mereka bertemu. Shani tahu kenapa gadis ini bertingkah sedikit dingin. Dan mau tak mau harus siap mendengar penuturan gadis itu.

"Shan." sapa Vienny. Suaranya yang lembut menggetarkan relung hati Shani.

"Kakak sudah lama menungguku?" tanya Shani.

"Tidak begitu." jawab Vienny pendek. "Kamu tidak memesan apa-apa?"

"Tidak, karena..."

"Ah, aku lupa. Besok live tour-mu. Aku tahu aku salah mengajakmu bertemu malam ini. Dan aku tahu sebenarnya kamu tidak diperbolehkan keluar, apalagi untuk bertemu denganku. Maaf Shan. Aku tidak ingin membuatmu dalam masalah lagi, tapi kali ini aku perlu bertemu denganmu." potong Vienny. Senyuman tipis terukir di wajahnya. Senyuman yang menyiratkan kesedihan, kepedihan.

The Leader's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang