25. Reason

472 61 8
                                    

Januar mengernyitkan dahi tak suka saat Widya untuk kesekian kalinya menolak genggaman tangannya. Hari ini adalah hari bahagia Rendra dan Yizhou, seharusnya Januar ikut berbahagia, namun kepalanya malah pusing menebak-nebak apa yang ada dalam benak Widya.

Gadisnya seakan menolak kehadirannya sejak dua minggu yang lalu. Benar, sejak acara syukuran kecil yang dilakukan Juna dan Karina atas kehadiran bayi kecil mereka yang tumbuh dalam perut Karina. Hanya keluarga yang baru mengetahui, Juna dan Karina belum ceritakan pada yang lain, niatnya setelah acara pernikahan Rendra. Sepasang suami istri itu mau semua terfokus pada pernikahan Rendra dan Yizhou lebih dulu.

Widya memang kembali bertemu dengan kedua orangtua Januar. Penolakan halus kembali ditunjukkan oleh Ibu Januar, namun seharusnya itu bukan masalah karena mereka sudah terbiasa dengan hal itu beberapa tahun belakangan ini.

Ayah Januar sendiri sudah melunak dan bertindak ramah dengan Widya, bukankah itu hal yang bagus? Januar yakin ibunya pelan-pelan juga akan memberikan restu padanya. Semua memang sudah diperhitungkan matang dalam benak Januar, namun sikap Widya kini berada diluar perkiraannya.

"Widya, Mas ada salah?" Januar merangkul Widya, tentu sedikit memaksa. Ia langsung berbisik di telinga kiri Widya.

"Aku ke Mbak Ghilsa dulu, Mas," Widya melepas rangkulan Januar dan berlari kecil menuju Ghilsa yang tengah cekcok kecil dengan Jash. Hal yang mulai biasa mereka lihat semenjak Ghilsa resmi berpacaran dengan Malik, bonus Jash mulai panggil Ghilsa dengan panggilan Mama.

Yang menjadi masalah dalam benak Januar adalah, Ia bahkan masih berjalan di tempat dengan Widya. Restu Ibunya masih nyangkut dan Januar masih menyimpan rapi cincin lamaran untuk Widya dalam kotak perhiasan di apartemennya. Sementara Malik dan Ghilsa yang baru-baru ini meresmikan hubungan mereka sudah memutuskan untuk berlanjut ke jenjang serius.

Januar membawa langkah kakinya menuju Malik dan Juna juga Hardin yang sedang bersama agak jauh dengan para wanitanya. Hardin satu-satunya lajang diantara mereka. 

"Ribut sama Widya?" Juna menjadi orang orang yang pertama menembak pertanyaan pada dirinya.

Januar mengedikkan bahu. Faktanya mereka baik-baik saja. Tidak ada cekcok atau pertengkaran yang berarti. Januar bahkan bingung menjelaskan keadaan hubungannya dengan Widya.

Ia mengambil secangkir minuman bewarna merah yang diyakini sebagai sirup. 

Ia melegakan tenggorokan dengan minuman manis itu. Ia tahu Hardin tengah menatapnya jenaka. Maka Januar mengangkat kedua alisnya sesaat, menyuruh Hardin untuk bicara.

"Kawin lari aja Jan."

Januar menyesal. Memang tidak seharusnya dia menyuruh Hardin untuk menyuarakan pendapatnya. Tidak ada yang beres dari saran laki-laki itu. Januar tentu ingin mempersunting Widya dengan hormat. Usulan Hardin tentu Ia tolak mentah-mentah.

Malik hanya menggelengkan kepalanya. Berbeda dengan kembarannya yang menunjukan gurat serius.

"Tapi Jan," Juna bersuara, mengundang rasa penasaran Hardin,dan Malik, juga Januar, karena sejak awal mata Juna memang menatap kearahnya.

"Kalau Widya hamil, Mami pasti kasih restu nggak si?"

Hardin melotot. Ide Juna lebih gila daripada idenya. Ya, setidaknya kan dengan kawin lari, Januar dan Widya masih direstui Tuhan. Kalau usulan Juna begini, yang ada dimurkai Tuhan.

"Setan!" Januar mengumpat. Matanya tajam menatap Juna. 

Malik masih setia menjadi pendengar bagi adik-adiknya, Ia akan bicara jika diminta.

"Lo pengecut! Nggak bisa jadi pegangan buat cewek lo sendiri. Kalau lo terus-terusan kayak gini, yang ada Widya kabur. Cewek butuh kepastian, Jan!" Nampaknya Juna tidak bercanda dengan usulannya sebelumnya.

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang