7. Not As Expected

414 77 2
                                    

"pdkt-an lo Bang sama Ghilsa?" 

Hardin diam saja saat Rendra berkomentar mengenai kedekatan Malik dengan Ghilsa. 

Ia tidak mau melibatkan diri lebih jauh dan membuat Malik sadar akan niat terselubungnya menjadi cupid Ghilsa. Namun pertanyaan Rendra barusan juga menjadi pertanyaan yang ada dibenaknya selama dua bulan terakhir.

Mereka semua menyadari jika Ghilsa dan Malik hilang di pagi hari mereka tersadar dari pesta penyambutan Yizhou.

Ghilsa tak bercerita apapun, yang jelas mereka jadi sering bertemu, setidaknya untuk makan bersama. Alasan lainnya, merampungkan lagu Ghilsa yang ternyata cukup alot untuk selesai. 

Apalagi dengan jadwal Hardin yang makin sibuk karena jadwal Comeback mereka, Hardin jadi tidak bisa mengorek cerita dari Ghilsa. Hari ini Rendra yang rasa penasarannya sudah memuncak akhirnya memberanikan diri bertanya pada Malik yang berkunjung menyemangati mereka yang akan tampil.

"Nggak," decakan tak puas muncul dari si kembar Juna dan Januar.

Mereka nggak buta ya!

"Hari-hari lo hampir sama dia, Bang. Bukan lo banget," kali ini Hardin bersuara.

"She is just someone to talk to?"

Benar. Malik tidak berbohong untuk menutupi apapun. Ia hanya merasa nyaman untuk menghabiskan waktu dengan Ghilsa.

Decakan ketidakpuasan muncul lagi dari bibir si kembar. Kali ini Hardin tampak geram. Air wajahnya tak lagi pura-pura bodoh.

Oke. Kali pertama Ghilsa ngotot minta dikenalkan dengan Malik, Hardin punya niat tersendiri selain menjadi cupid Ghilsa. Dia mengharapkan menyaksikan drama komedi dimana Ghilsa mengejar-ngerjar Malik, dan Malik tak menanggapi sedikitpun. Hardin akan tertawa keras melihat Ghilsa yang bersungut-sungut bahwa di dunia ini ada laki-laki yang tak tertarik dengan dirinya.

Namun nampaknya drama yang Hardin harapkan sedikit berubah genre karena entah bagaimana Malik merespon baik kehadiran Ghilsa. 

"3 bulan jalan, makan bareng, nganterin balik, kok gue nggak percaya ya Bang?" sahut Hardin.

Ia tak bermaksud bereaksi berlebihan. Namun sikap Malik yang cenderung abai membuatnya hampir naik pitam.

"Ini kenapa gue berasa di sidang ya? Kalian aneh sumpah!" Malik berujar.

Serius. Ada apa dengan mereka? Ghilsa sendiripun tidak pernah mempermasalahkannya.

"Bang, kayaknya lo nggak bego-bego banget deh buat paham situasinya," kali ini Rendra yang bicara.

"Sumpah! Daripada ngurusin urusan gue, mending pada siap-siap manggung sana," Malik jengah. Ia seakan terdakwa tiba-tiba. 

Padahal niatnya datang hari ini murni untuk mendukung adik-adiknya itu.

"Nenek-nenek punya mata juga bisa lihat kalo kalian..." Emosi Hardin terhenti kala Januar mengeraskan suaranya menyapa Ghilsa yang sudah berada di ambang pintu dengan senyum lebar.

"Hey, Ghilsa! masuk!"

Malik yang sempat adu tatap dengan Hardin yang tampak emosi kini juga merenggangkan wajah, Ia tersenyum melihat Ghilsa dengan tangan yang penuh dengan kantong minuman boba.

"Support System here!" seru Ghilsa riang mengangkat tinggi kantung belanjanya. 

Ia membagikan satu persatu minuman yang Ia bawa. 

"Jangan emosi! Kalem atuh Kang!" tepat di depan Hardin, Ghilsa meledek Hardin dengan logat kampung halamannya.

Sementara Hardin mendengus, dan memalingkan wajah.

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang