20. Date with Jash

527 78 11
                                    

Jash mengernyitkan dahinya heran, gerbang utama sekolahnya begitu ramai. Ini bukan karena orang-orang berbondong-bondong pulang di saat jam sekolah usai, mereka berkerumun, mengerumuni sesuatu yang tentu menarik.

Jash melangkah keluar, membawa tas punggungnya di sebelah bahu, sedikit penasaran dengan kerumunan yang ada.

"Ada apa sih?"gumamnya.

"Ada artist!" sahut seseorang yang tidak begitu Jash kenal.

Perasaan Jash mendadak tidak enak. Tidak mungkin kan?

"JASH LEE!"

Seketika seluruh sorot mata mengarah pada Jash yang memaku. Jelas, ini adalah kesialan. 

Oke, dia tak pernah menutupi apapun tentang dirinya yang seorang ternama di dunia entertaiment, tapi Papanya tidak akan bertindak sejelas ini.

Jash tengah menimang, haruskan Ia berputar balik?

namun tampaknya tiap mata juga sudah memusat diri padanya. Meski tidak begitu dikenal banyak orang, setidaknya teman sekelas dan teman sepermainan juga teman mainnya mengenal dirinya.

Jash menghembuskna napasnya.

Tenang.

Jash melangkah pelan, sok tidak peduli dengan sekitar, mengabaikan Ghilsa yang tersenyum lebar, Jash langsung masuk ke dalam mobil di sisi penumpang.

Tak lama Ghilsa masuk, setelah memberi senyum ramah dan meladeni beberapa foto.

Nampaknya ada yang menurun dari Malik pada Jash, sikap tenang di krisis mengesalkan. Ghilsa bahagia sekali dapat paket sifat dari dua laki-laki yang akan mewarnai hidupnya ke depan.

Bisa Ghilsa dengar desah Jash sebelum Malik travel size itu menatapnya jengah,

"Gue enggak suka pusat perhatian," Jash berbicara ketus.

Bukannya tersinggung dengan tingkah Jash yang tidak ada sopan-sopannya, Ghilsa malah melebarkan senyum, tangannya bergerak menjawil pucuk hidung Jash.

"Persis Papanya!" Ghilsa gemas.

"Ngapain Lo?"

"Jemput kamu, udah boleh sama Papamu kok, mau ajak makan malam, kita nge-date ya?" Ghilsa menyalakan mesin mobil, bersiap pergi.

"Gausah sok manis, caper minta restu?" Jash menyahut ketus.

"Kok tahu? dapet restu kamu dulu, abis itu nenek kamu deh," Ghilsa membalas enteng, mulai menjalankan roda mobil.

"Mau makan apa?"

"Rokok,"

"Rokok tuh di isep, bukan di makan, bego ya?"

Mata Jash terbelalak, lalu mata terkejutnya mengarah pada Ghilsa tak percaya. 

"Mama macam apa ngatain anaknya bego?"

"Ciyeee, iya anakku,"

Jash mendengus, bukan begini niatnya. Ghilsa nampaknya punya 1001 akal untuk membalik kalimatnya.

"Seafood," Jash memalingkan wajah, bergumam.

Ghilsa tak ambil pusing dengan tingkah tak acuh calon putranya itu, hanya mengangguk dan menurut, anggap saja mengurusi junior rese, tapi perlu pakai cinta, biar jalan mulus menyandang status istri Malik Lee.

Ghilsa melaju, membelah jalan menuju resto seafood langganannya, yang pasti Jash akan suka.

***

Resto seafood ini bukan resto seafod mewah yang makannya ala fine dining. Jash sendiri agak kaget dengan suasanya, mirip seperti pasar ikan. 

Berbanding terbalik dengan beberapa kenalan Papanya yang seringkali menunjukan kemewahan, Ghilsa memang agak lain. 

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang