35. Isi Hati Remaja Puber

250 51 38
                                    

Dari 5 love language yang sering jadi pembahasan Gen-Z, menurut Jash Ghilsa paling menonjol pada Physical Touch. Kekasih Papanya itu sering sekali memeluk dirinya kala bertemu, menggenggam lengannya saat jalan berdampingan, mengusak rambutnya kala gemas, atau menekan kedua pipinya kala terlampau gemas.

Tawa Ghilsa dan tingkah yang semula bagi Jash menyebalkan kadang jadi hiburan tersendiri buat remaja yang akan masuk jenjang SMA itu. Beragumen dengan Ghilsa menjadi salah satu hobinya sekarang.

Ini sudah seminggu sejak konser terakhir yang diadakan Ghilsa sebagai 'pamit'nya dari dunia tarik suara itu. Apakah berarti Ghilsa berhenti bernyanyi? Tidak, Jash masih sering mendengar Ia bersenandung.

Ghilsa jadi makin rajin ke rumahnya, hampir setiap hari, atau memang setiap hari? Kalau yang Jash dengar, kekasih Papanya itu sedang membiasakan diri agar tidak bingung nantinya saat memang sudah tinggal bersama. 

Halah, ada aja alasan para bucin itu.

Jash belum pernah suka pada seorang gadis. Teman-temannya bilang, rasanya menyenangkan, saat jantung berdegup lebih cepat dari biasanya, pipi memanas, dan rasa bahagia tiap kali melihat gadis yang disuka.

Jash mengembangkan senyumnya kala netranya menangkap Ghilsa yang tengah menata piring dan juga menu sarapan. 

"Morning, Jash!" sapaan itu selalu Jash dengar tiap pagi.

Jash tersenyum tipis kemudian mendekat, duduk di kursi yang selalu Ia tempati, berhadapan dengan Ghilsa, disamping sang Papa.

Malik tidak pulang semalam, Jash kira Ghilsa tidak akan datang, melihat Ghilsa tetap tandang pagi-pagi membuat debaran tersendiri di hatinya.

"Papa nggak pulang," Jash bersuara.

"Iya, terus?" Ghilsa taruh sendok terakhir yang Ia tata di samping piring Jash. 

"Kenapa kesini?" 

"Kalau Papa kamu gak pulang, terus kamu nggak sarapan gitu?"

Jash tak lagi menjawab. Ia langsung mengambil sendoknya dan menyuap cream soup buatan Ghilsa.

"Hari ini aku anter ke sekolah ya."

Act of service, Quality Time....

***

"Duh, anak Ghilsa Haque!" Kalimat itu jadi sapaan pagi yang Jash terima dari mulut temannya. 

Jash hanya terkekeh pelan. 

Mungkin, jika itu terjadi saat Ia belum menerima Ghilsa, Jash akan menggerutu dan menyuruh temannya untuk diam.

Namanya Chen, bisa dikatakan sebagai satu-satunya sahabat Jash. Mereka saling mengenal sejak SD, namun kian akrab saat tingkat akhir SD dan ternyata mereka satu SMP membuat mereka selalu bersama kemanapun.

Pergaulan Jash baik, selain akrab dengan Chen, Ia juga berteman baik dengan teman kelas lainnya. Meski kadang Malik masih suka mendumal dengan pertemanan Jash yang membawanya ke perilaku buruk seperti merokok.

Tidak tahu saja Malik, dulu Jash yang menginisiasi ajakan merokok itu pada teman-temannya.

Iya, dulu. Sebelum Ghilsa hadir dan bawa apa yang Jash butuhkan.

Jash menempatkan bokongnya di kursi samping Chen, mengeluarkan buku mata pelajaran pertama dan juga alat tulis.

"Jash, katanya Rani naksir Lo," Chen berbisik, arah pandang Jash langsung menuju pada gadis yang duduk di paling depan, peringkat 1 di kelasnya.

"Gue nggak," Jash menjawab seadanya.

Chen mendengus, "cantik tahu! pinter juga! kalau gue jadi lo sih, langsung gue pepet!" 

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang