11. Pacar?

450 80 3
                                    

Beruntung, Ghilsa membeli banyak bahan untuk antisipasi masakannya gagal. Makanan sebelumnya sudah benar-benar asin untuk di selamatkan.

Kali ini Wida tak lagi hanya menunggu. Ia tetap membiarkan Ghilsa yang menyiapkan seluruh bahan makanan dan dimasak, namun untuk bumbu, Widya yang menakarnya dan Ghilsa yang mencampurnya.

Setelahnya Ghilsa mengantar Yizhou dan Widya ke salah satu mall. Ghilsa melanjutkan perjalanan seorang diri menuju kantor Malik. Ia terus tersenyum saat menaiki tangga menuju ruang rekaman dimana Malik selalu ada.

Di dalam ruangan yang tak terlalu besar namun banyak barang itu Malik tidak sendiri, ada Rendra dan Januar. 

"Hei, Sa!" Januar selalu yang menyapanya dengan ramah. 

"Yizhou-nya mana?" Rendra tidak peduli dengan keberadaan Ghilsa, Ia lebih peduli dimana tunangannya.

"Sama Widya, mau nonton," Ghilsa menjawa seperlunya. 

Kini matanya mengarah pada Malik yang juga tengah menatapnya. Berbanding terbailik dengan wajah Ghilsa yang sumeringah, wajah Malik terlihat begitu heran.

"Kita ada janji temu?" tanya Malik mengernyitkan dahi.

Ia tidak membuat janji temu dengan Ghilsa sama sekali. Sebenarnya Malik sedang menghindari Ghilsa sementara, untuk memprsiapkan diri. Entah mempersiapkan dalam hal apa.

"Emang ketemu pacar harus janjian dulu?" Ghilsa kini duduk disamping Malik.

"Lah? udah pacaran, Bang?" Rendra menyahut cepat. 

Kaget juga dia dengan informasi ini. Ia merasa dosa jika tidak tahu berita ter-up to date paling pertama.

"Nggak,"

"Iya,"

Malik dan Ghilsa menjawab bersamaan. Kalian tau kan siapa yang menolak dan siapa yang menyetujui?

"Kita nggak ada hubungan apapun Ghilsa," Malik menekan kesabarannya.

"Kakak cium aku kemarin. Masa nggak dipacarin? Emang aku cewek apaan?" Ghilsa mendramatisir.

Rendra tentu tidak kalah drama, Ia menganga lebar dan menutupnya dengan telapak tangan. Matanya membola. Sementara Januar kaget kalem.

Malik menghela napas panjang. Sudah menghabiskan hampir seluruh isi dompet agar Hardin dan Juna tutup mulut dengan kelakuannya tempo hari di rumah Juna, sekarang Ghilsa sendiri yang mengumumkannya keras-keras di hadapan Rendra dan Januar.

Habis sudah.

"Ciuman nggak berarti pacaran Ghilsa!"

"Gue nggak tahu lo sebrengsek ini, Bang!"

Sahutan heboh Rendra membuat kepala Malik pening. 

Jelas, mereka menjadi bulan-bulanan Rendra dan Ghilsa tampak senang-senang saja dengan status baru yang di labeli Rendra pada hubungannya dengan Malik.

Setelahnya Malik tak terlalu menanggapi, cenderung pasrah. Menurut saja untuk menghabiskan makanan yang dibawakan Ghilsa. Rasanya tidak buruk tapi bukan yang membuatnya merasa begitu menyukainya.

Setelahnya semua berjalan seperti biasa, meski sedikit ada ledekan. Namun Ghilsa sendiri sibuk sendiri dengan lagunya, cukup membantu suasa hati Malik yang sebelumnya gundah, Gadis itu tidak berusaha terlalu keras untuk menggodanya.

Tanpa disadari hari mulai gelap dan Ghilsa yang memerhatikan jam di ponselnya berpamitan pergi. Hal gila yang Ia lakukan adalah mengecup pipi Malik sebagai tanda berpamitan.

Membuat semua yang berada di ruangan terbelalak, Rendra dan  Januar terkekeh.

Setelah kepergian Ghilsa, Malik berjalan cepat menuju ruangan prbadinya disusul Januar, sementara Rendra memilih turun ke pantry. Ia ingin minum kopi.

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang