14. What A State

508 79 12
                                    

"HARDIN ANJING!"

Salah apa lagi dia?

Hardin tengah menikmati Mie kuah kari ayam dengan tambahan telur dan beberapa sayur hijau. Hari ini adalah hari libur di sela kesibukannya hampir dua bulan ini. Hardin tengah menikmati acara TV Upin -Ipin di ruang tengah apartemennya.

Ia ingin menikmati ketenangan setidaknya satu hari saja.

Namun makian Ghilsa yang menerobos masuk ke unit apartemennya mengganggu hari tenangnya. Mentang-mentang Ghilsa tahu password unitnya, tidak seharusnya gadis itu masuk sembarang. Untung Hardin berpakaian lengkap.

"Unit lo di sebrang ya, Sat! Ngapain masuk unit gue?"

"Bajingan Ya Lo! Malik punya istri anjing!" 

Hardin menatap nyalang Ghilsa yang baru menoyor kepalanya dengan tas tangan gadis itu. 

KUAH MIE-NYA HAMPIR TUMPAH!

"Nggak ada Anjir!"

"TAPI DIA PUNYA ANAK!"

"PUNYA ANAK NGGAK BERARTI UDAH NIKAH YA ANJIR!"

"ANJING?!" Pemikiran Ghilsa makin kalut. Semua prasangka buruk menguar menumpuk di kepalanya.

Malik semacam penjahat kelamin?

"Apapun yang ada dipikiran setan lo itu! Bang Malik cowok beradab!" Hardin histeris.

Setelahnya Ghilsa menjatuhkan tubuhnya di sofa samping Hardin. Gadis itu membawa kakinya untuk ikut berada diatas sofa. Lututnya menekuk. Ghilsa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia menangis setelahnya.

Hardin panik setengah mati, Ia menaruh cepat mangkuknya. Kemudian menggoyangkan tubuh Ghilsa.

"Kok nangis anjing?!"

"Gue tu takut! gue nggak mau ya jadi pelakor! sebangsat-bangsatnya gue, gue nggak mau ngerusak keluarga orang,  Lo gatau gimana paniknya gue ngeliat bocah manggil dia Papa! Gue gamau nyakitin anak orang Hardin anjing!"

"Ya terus kenapa lo segininya? Kenapa panik banget?"

"Masalahnya, Gue lagi dipangku!"

"BANGSAT! Lo yang enggak beradab!"

"KOK LO NYALAHIN GUE?"

"Bang Malik enggak akan mungkin ya yang duluan nyodorin paha! Pasti lo duluan yang naik!"

Sayangnya, itu benar.

Ghilsa menenggelamkan wajah pada tumpukan lengannya yang bersandari lutut yang Ia tekuk. Persis seperti anak kecil yang menangis menyembunyikan wajahnya.

Menangis begitu, mana mungkin Hardin tega?

"Gue," suaranya menimang.

"Gue minta maaf ya Sa, niatnya iseng, gue gatau lo beneran naksir gini," Hardin mengesampingkan mie kari-nya. Ia mendekat untuk duduk disebelah gadis itu.

Biasanya, Hardin akan membawa gadis itu ke pelukan, tapi untuk posisi kali ini, entah kenapa Ia merasa akan mengkhianati Malik jika Ia memeluk sahabatnya sejak SMP itu.

Tak lama tangis Ghilsa mereda, ponsel Ghilsa berbunyi menandakan notifikasi masuk.

Kak Malik 
Ghilsa? Bisa kita bicara?

Ghilsa mengabaikannya. Ia malah memilih melamun setelah sempat melirik layar ponselnya yang tergeletak di samping dirinya.

"Lo mau gimana Sa?"

"Gatau."

***

Malik berdeham, melegakan tenggorokan yang tak bermasalah. Tujuannya menghilangkan kecanggungan antara dirinya dan sang putra. Jash duduk di kursi hadapannya dengan tatapan menghakimi.

Bagaimana harus menjelaskannya?

Jash sudah pubertas, jelas mengerti jika posisi Malik dan Ghilsa terhitung intim antara laki-laki dan perempuan. Oke, Ghilsa menggoda tapi Malik juga tergoda.

"is she your girlfriend?"

Malik diam. Jika berkata tidak maka akan dipertanyakan, tapi Ia memang bukan kekasih Ghilsa, dan jika menjawab Ya malah akan lebih berbahaya.

"Pa?"

"Not."

"you mean not yet?"

"Jash," Malik mendesah. 

"Seruiously Pa? sepagi ini? its innapropraited!"

Sumpah, Malik merasa jika Jash adalah ayahnya yang memergoki dirinya melakukan perbuatan asusila. Padahal tidak sampai kesana, dan sebentar! 

Pagi?

"Speaking of 'sepagi ini?' what are you doin here?"

Kali ini Jash meneguk ludah.

"Fokus ke permasalahannya Pa!"

"Im an adult, and I know what I did! What are you doin here?" Malik menegas.

Jash mendengus. 

"Telat, terus gaboleh masuk, nenek ga ada di rumah."

"Great."

Setelahnya hening yang cukup menegangkan itu menyelimuti keduanya.

"Maaf Pa," Jash hapal diluar kepala dengan Papanya, mudah membujuk Malik. Hanya perlu kata maaf.

Malik sering merasa bersalah dengan putranya, dan anak remaja itu sering memanfaatnya hanya perlu dengan memelas dan mengucap maaf, urusan mengulangi kesalahan, Malik sudah kenyang.

"Pa," Jash kembali bersuara.

"Is she your girlfriend?" Jash bertanya takut-takut.

"Belum, banyak yang harus dipikirin."

"Papa suka?"

Sejak kapan?

Sejak kapan putranya peduli? Jika ada wanita yang dekat dengan Malik, putranya akan tiba-tiba membuat masalah dan membuat para wanita itu mundur.

Malik membasahi bibirnya sendiri, matanya mengarah pada Jash yang juga menatapnya.

"What if i am?"










Belanjut ke bagian 15
Locked Away










Salam Hangat,

Ash

29 Mei 2023

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang