2. First Sight

541 80 4
                                    

Malik melipat bibir, tebakan yang lebih menjurus prasangka buruknya terhadap Ghilsa nol besar.

Beberapa hari lalu Hardin mengubungi-nya dan mengatakan bahwa hari ini, Ghilsa akan datang langsung sendirian.

Malik sendiri beberapa hari ini terus mencari tahu tentang Ghilsa, fokus pada tipe suara yang Ia miliki, gaya bernyanyi, berpakaian diatas panggung. Segala hal yang bisa Malik pahami lagu seperti apa yang cocok untuknya.

Artikel tentang Ghilsa lalu muncul banyak dalam rekomendasi untuk dibaca. 

Gadis itu selalu tampil. Bahkan acara sederhana seperti dinner standar, gadis itu pasti berpakaian satu tingkat lebih 'Wah' dibanding yang lainnya.

Maka Malik menebak bahwa hari ini akan begitu. Nyatanya tidak. Ghilsa tampil sangat sederhana dari apa yang sudah Ia pikirkan.

Wanita itu memakai jeans panjang yang cukup ketat, namun tetap terlihat nyaman.  Kemeja putih oversized yang dimasukan ke dalam celana. Kancing baju tertas sengaja di buka memperlihatkan tulang selangka. Ia memakai tangtop sebagai dalaman untuk menutupi area belahan dada.

Dandanannya juga sangat sederhana, hanya polesan make-up tipis. Bagi Malik, itu terlihat ratusan kali lebih cantik daripada yang dia lihat di artikel atau video media sosial.

"Halo? Hai?" Ghilsa menyapa ragu. Ia sadar Malik memperhatikannya namun tidak dalam artian yang buruk, pandangannya tidak terlalu menilai.

Cenderung, takjub?

Ghilsa tidak terlalu berharap, tapi sepertinya itu langkah yang bagus.

"Oh ya, Sorry," Malik tersadar dari pikirannya sendiri. Ia bangkit dari kursinya, mereka memang sedari tadi ada di ruang rekaman karena Malik membang sedang recording lagu baru.

Mark menawarkan jabat tangan yang langsung disambut senyuman oleg Ghilsa.

"Malik," Malik memperkenalkan diri.

"Ghilsa," Ghilsa menyambut uluran tangan Malik. Cukup lama mereka berjabat tangan dan menatap satu sama lain.

"Hardin," Hardin ikut menyebut namanya. Gerah juga melihat adegan menggelikan di hadapannya.

Seakan tersadar, Malik melepas jabat tangan mereka. Lalu mengarahkan tangan menunjuk sofa panjang yang tak terlalu besar menempel pada dinding, mempersilahkan Ghilsa duduk.

"Biasa aja kali Bang ngeliatin temen gue, nanti kesambet," Hardin melancarkan aksinya. Tahap 1 pendekatan dibantu kawan.

"Well, You look..." Malik mengarahkan pandangannya pada Ghilsa yang measih tersenyum (sok) ramah.

Ghilsa melipat bibir, berharap.

Cantik?

"Different."

Apa nih? Apa maksudnya?

Ghilsa melirik tajam kepada Hardin yang juga nampak clueless. Malik memang sulit ditebak.

Mereka duduk saling berhadapan. Suasananya santai karena ini memang sekedar mengobrol iseng. Belum pada tahap serius sebenarnya.

"Sebenernya aku agak pengen beda sih Kak," Ghilsa menjelaskan keinginannya.

Malik mengangguk pelan, lalu membiarkan Ghilsa menjelaskan lebih jauh. Hardin sendiri sibuk bermain game di ponselnya. Fungsi dirinya dalam sini hanya untuk menemani Ghilsa karena katanya gadis itu malu jika hanya berdua, padahal Hardin yakin dia sangat semangat jika berduaan.

"Image aku kan seksi, terus sejenis lagu berisik yaa, aku pingin banget punya lagu yang agak lebih santai gitu," jelas Ghilsa lagi.

"Ada kisah tersendiri yang mau sampein?"

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang