31. Surprise

569 68 20
                                    

Kalau secara logika, ada masalah tentang Januar harusnya sudah ada Juna bukan? lagipula acara ini pun dilaksanakan di rumah Juna. Namun pesan Hardin membuat Malik menginjak pedal gas kian dalam menuju rumah Juna.

Ia tak ingin berpikir buruk pada Januar. Selama ini, hanyaJanuar yang namanya bersih tanpa membuat Malik ikut pusing untuk meredam skandal yang terkadang mereka buat. Juna yang sebelum bertemu Karina selalu dibilang playboy, Hardin yang hobi pesta atau Rendra yang suka keceplosan dan perlu klarifikasi.

Dari semua hal itu, Januar adalah orang yang tak pernah buat masalah, maka jika Hardin berkata Januar gila, hal apa yang anak itu lakukan?

Beberapa pekan belakangan, Malik memang sudah lama tidak menghabiskan waktu dengan teman-temannya itu, selain Ia memiliki urusannya sendiri, Dream Nation pun sedang istirahat setelah konser panjang mereka.

Bertanya terkait kabar-pun sudah bagus.

Malik memarkirkan mobilnya di halaman Juna, kemudian melangkah cepat untuk masuk ke rumah Juna yang pintunya tidak tertutup rapat.

Ia sudah bayangkan kekacauan yang Hardin kabarkan, namun apa yang dilihatnya sekarang hanya segerombolan teman-temannya tengah mengobrol dan selingi tawa. Juna sendiri tengah memompa balon, lalu disampingnya berserakan ragam bentuk balon juga bermacam warna.

Hardin sendiri nampak sibuk dengan game di ponselnya, sementara Rendra dan Januar tengah sibuk rapikan dekorasi yang cukup ramai untuk disebut sederhana.

Malik menarik napas panjang kemudian menghembuskannya sebelum menghampiri Hardin dari arah belakang, kemudian melingkarkan lengannya ke leher Hardin, rasanya ingin mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencekik anak usil itu.

"EMANG ANJING!"

"Eeh, eh eh, Bang! bentar lagi menang! bentar!"

Gelak tawa sambut tingkah Malik dan Hardin. Hardin memukul-mukul lengan Malik minta dilepaskan. Kesal sendiri, akhirnya Malik lepas cekikan lengannya dari leher Hardin.

"Gue panik ya, sialan!"

"Ciyee, sayang adek, sayang adek," Hardin tertawa sembari meledek. Jelas, dihadiahi jitakan dari Malik yang buat Hardin meringis elus kepalanya sendiri.

"Gue cuma nyuruh dia ngehubungi lo buat langsung kesini, emang tuh anak bilang apa?" Juna bertanya namun masih fokus ikat ujung balon.

"Januar gila," Malik menyahut, ambil tempat duduk di sofa samping Hardin yang kembali fokus dengan game nya.

"Hah? lo sepanik itu dengan gue jadi gila Bang?" Januar mengernyitkan dahi bingung.

"Anak curut ini bilang keadaannya kacau, lo gila, gue kira lo ngapain gitu, terakhir di nikahan Rendra juga gaenak kan sikonnya. Sekarang aman?" Malik berujar.

"Kalau bukan karena Widya udah kesini duluan, tuh anak mana mau ketemu gue," celetuk Juna.

Oke, ternyata masih ada sedikit perang dingin antar saudara itu. Bicara perihal Widya, "Loh? ini cuma kalian?" Malik baru menyadari jika pasangan teman-temannya belum Ia lihat.

"Belanja, ada yang kurang, bareng-bareng deh cabutnya," Rendra menyahut.

"Gila, dah lama banget gak ngumpul bujangan gini, kangen deh gue!" Hardin berseru, taruh ponselnya yang diatas meja. Selesai juga games nya.

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang