18. Cerita Masa Lalu🚫

800 83 20
                                    

Bara diamankan, Ghilsa masih dalam dekapan Malik.

Pesta kecil yang Hardin rencanakan tak terlaksana. Mereka masih di meja mereka semula, namun mood pesta itu hancur, Hardin dibantu Widya untuk mengobati luka.

Sempat ada perkelahian antara Hardin dan Bara. Hardin begitu terlihat murka tadi. Malik menjadi satu-satunya yang tidak terlalu memahami kondisi, hanya menenagkan keadaan agar tak terlalu panas.

Ghilsa nampak mulai tenang, gadis itu tidak menangis, lebih ke arah ledakan emosi yang tak dapat ditahan, gadis itu berulang kali berontak dalam pelukan Malik untuk meluapkan emosi.

Mungkin orang lain akan mengira jika Malik mendekap Ghilsa penuh kelembutan, tapi tidak, Malik berulangkali menguatkan dekapan agar gadisnya tidak tiba-tiba lepas dan ikut menyerang Bara bersamaan dengan Hardin.

"Dia kapan balik-nya sih? Bikin heboh aja!" Rendra menggerutu. Yizhou menenangkan.

Topik ini Ghilsa hindari. Ia tak berminat membahasnya, tidak di depan Malik.

Ghilsa menggeliat pelan, mendorong sedikit tubuh Malik. "Aku mau pulang."

"Eum? Ya oke kita pulang," Malik berujar lembut, kemudian berpamitan pada yang lain mendahului. 

Kini Malik sudah berada di balik kemudi mobil Ghilsa. Gadisnya tampak enggan bicara, memilih menatap keluar jendela.

Malik mengerti, Ia tak bersuara meski ada banyak pertanyaan dalam benaknya.

***

Ada yang aneh dari Ghilsa, gadis itu sedikit menghindarinya. Sudah hampir dua minggu semenjak kejadian tempo lalu. Lama membalas chat, sering beralasan ketika diajak bertemu. Malik bahkan masih belum mengetahui apa yang terjadi hingga Ghilsa hampir melakukan tindak anarki, Ia tutup mulut bahkan pada yang lainnya.

Hardin sebagai pelaku tindak anarki-pun hanya mengatakan jika Ia tidak menyukai Bara, tak ada penjelasan lebih jauh.

Kesibukan juga menyikta waktu mereka untuk tidak berlama membahas kejadian tempo lalu.

"Ngelamun aja Bang?" Rendra masuk ke ruang rekaman, tempat dimana sedari tadi Malik melamun tentang Ghilsa.

"Hey, Ren."

Rendra duduk di kursi samping Malik, menyodorkan botol minuman dingin yang Ia ambil di kantin bawah.

"Kenapa Bang? suntuk amat."

"Bara Bara itu mantan Ghilsa?" to the point, Malik malas berbasa-basi.

Menyesap minumannnya, Rendra menganggukkan kepala membenarkan.

"Prestasi sih, mantan terlama Ghilsa di peringkat kedua," Rendra berujar ringan.

Malik mengernyitkan dahi. 

Kedua?

"tapi itu juga karena si Bara Bere aja yang maksa gamau putus, pas denger ceritanya dari gibahan cewek-cewek gue aja gedeg dengernya."

Rendra itu memang suka bicara, jadi sedikit mudah menggali informasi dari dirinya. Apalagi situasi ini negitu familiar, Rendra yang mengoceh dan Malik hanya mendengarkan sekalian beberapa kali menanggapi.

"Di berita gak terlalu jelas, gue boleh tau ceritanya?"

"Sebenernya konsumsi publik sih Bang, kayaknya Ibu-ibu gang RT kampung gue juga pada tau. Lo aja yang gak suka liat gosip."

Malik mendengus, memutar bola mata jengah. 

"Ya intinya itu cowok toxic banget deh. Dia juga tuh yang bikin nama Ghilsa jelek banget ampe dibilang cewek murahan lalalala yang gue sendiri gak tega nyebutnya. Padahal si Ghilsa juga biasa aja, anjing banget deh. Ya makanya si Hardin juga meski gatau kondisi tetep ngehajar abis si Bara kemarin."

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang