28. Broken (2)

409 64 12
                                    

Rasanya tak nyaman, seperti kerongkongan yang dilingkari duri saat kita menahan tangis. Kali ini Ia tak ingin menghalah dengan Malik, Ia tak akan mau menemui laki-laki yang sayangnya menjadi ayah biologisnya. Sampai laki-laki itu mati.

Bukankah Ghilsa sudah kelewat baik untuk tetap memberi uang tiap bulannya  pada laki-laki itu? Ghilsa tak lagi peduli untuk apa uang itu digunakan, selagi laki-laki itu tak mengusiknya, Ghilsa tak peduli.

dan Ghilsa mau Malik tahu bahwa Ia berprinsip akan hal itu.

Mereka berselisih namun tak ada kata pisah, tidak perlu menikah bukan berarti putus hubungan Ok?

Lagipula itu hanya gertakan konyol yang dilontarkan Ghilsa, dia jelas mengejar Malik sedari awal, Ia menginginkan laki-laki itu.

Ia sedang bersama Jash hari ini, malah jadi kebiasaan dirinya untuk menjemput Jash dan mengajak makan malam anak kekasihnya itu.

"Halo, Iya Om?"

Ghilsa yang semula fokus mengacak makanannya kini mengarahkan pandangan pada Jash dihdapannya yang ternyata menerima telpon.

"Iya sama Mama Ghilsa, Okey, Iya."

Setelahnya sambungan telpon itu di tutup. "Siapa?"

"Om Hardin, katanya mau nyusul."

"Ih! Bapak lo cemburuan ama dia!" Ghilsa memekik, hubungannya lagi nggak bagus, apa nggak menambah arang hingga perbesar api kalau Ghilsa malah temui laki-laki yang dicemburui garis keras oleh calon suami?

"Kayaknya si penting, Ma. Buru-buru gitu," Jash tak acuh. Ia tahu hubungan Papa dan Mamanya lagi buruk, tapi selama Ghilsa santai dan tidak turut menjauh darinya, Jash merasa aman saja.

Setengah jam makanan mereka selesai, bersamaan dengan Hardin yang nampak terengah hadir diantara mereka.

"Dikejar anjing lo?" Ghilsa terkekeh pelan, berbanding terbalik dengan Hardin yang air wajahnya tampak meragu.

"Sa," Hardin meragu. Bagaimana Ia menyampaikannya?

"Malik tadi ke rumah sakit," Hardin memilih tak langsung bicara pada inti. Ghilsa membolakan matanya terkejut, tak hanya Ghilsa, kekhawatiran pun muncul di wajah Jash.

"Makanya gue jemput ya? mobil lo tinggal sini dulu aja."

Tanpa banyak bicara Ghilsa turuti langkah Hardin, jemarinya bawa tangan Jash untuk Ia remat.

Apapun itu, semoga bukan hal buruk.

Di dalam mobil tak ada percakapan, Hardin sedikit bersyukur, setidaknya Ia tidak perlu banyak menjelaskan yang sebenarnya.

Namun Ghilsa mulai mengernyit kala Hardin tak membawanya ke rumah sakit, melainkan rumah persemayaman.

Jangan Gila! Nggak mungkin kan?

"Hardin?" Ghilsa menahan napas, Jash tampak diam.

Setelah mobil terparkir, Hardin melangkah keluar membiarkan Ghilsa seribu tanya mengikuti langkahnya. 

Hingga mereka berada pada satu lantai yang begitu sepi, Ghilsa tak sempat melihat nama yang terpampang sebagai mendiang hari ini, fokusnya hanya satu, mencari Malik-nya.

Disana anggota dream nation yang lain dan juga kekasih mereka, kecuali Rendra dan Yizhou yang setahu Ghilsa masih berlibur.

Saat matanya mendapatkan Malik yang juga berdiri diantara mereka namun lebih dekat dengan ruang bersemayam, Ghilsa menghela napasnya, Ketakutannya hilang, Ia berlari cepat memeluk kekasih yang sudah seminggu tak Ia temui.

"Astaga Mas!" Ghilsa dekap laki-lakinya erat, timbulkan banyak tanya namun tetap membalas pelukannya, Malik nampak bingung menatap Hardin yang beriring dengan Jash.

Crazy Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang