Bab 19

4.2K 155 0
                                    

Adi pulang dari kantor dengan penampilan yang cukup berantakan. Dengan langkah pelan Adi berjalan memasuki rumah dan menuju ke arah kamar yang dia tempati bersama Amerta.

Saat membuka pintu, hal pertama yang dia lihat adalah sosok Amerta yang sedang tertidur di sofa dan Syahbana di bawah dengan tangan masih memijat kaki Amerta dengan wajah lelahnya. Adi yang melihat wajah lelah Syahbana sedikit merasa kasihan, tapi rasa kasihan itu tertutup oleh egonya. Dengan langkah pelan dia berjalan memasuki kamar, agar tak membangunkan Amerta yang sedang tertidur.

Syahbana yang menyadari kehadiran Adi pun menatap ke arah Adi. Melihat raut wajah lelah Adi membuat Syahbana memberanikan diri untuk bertanya.

"Mau mandi mas? Mau aku siapin airnya?" tawar Syahbana sambil menghentikan pijatannya dan berniat bangkit dari duduknya. Tapi pergerakannya terhenti saat mendengar perkataan Adi.

"Tidak perlu, saya bisa sendiri. Pijat lagi kaki istriku dengan benar, jangan sampai dia terbangun sebelum waktunya" balas Adi dengan datar dan berjalan mendekat ke arah Amerta untuk mencium dahinya pelan, setelahnya dia berjalan ke arah kamar mandi.

Syahbana kembali duduk di tempatnya dan kembali memijat kaki Amerta, walau tangannya sudah terasa mati rasa.

Beberapa menit kemudian, Amerta mulai menggerakkan tubuhnya dan mata itu mulai terbuka. Dengan gerakan pelan dia menggeliat untuk meregangkan ototnya yang terasa kaku.

"Sudah bangun sayang?" Tanya seseorang dari arah belakang Amerta.

"Loh? Sudah pulang kamu mas? Kapan? Kok gak bangunin sih?" tanya Amerta sambil menatap ke arah Adiwarma berada.

"Baru pulang, mau bangunin kamu tapi mas kasihan, kayaknya kamu kecapekan" balas Adi dan berjalan ke arah Amerta berada.

"Iya, punggung aku rasanya sakit banget " adu Amerta dengan raut wajah manja.

Mendengar perkataan Amerta tadi, membuat Adi mengelus punggung Amerta dengan lembut.

"Masih sakit?" Tanya Adi dengan penuh perhatian.

"Hm" balas Amerta dan memeluk manja tubuh Adi, tapi terhenti saat merasakan tangan di kakinya.

"Kenapa masih di sini? Sana keluar, buat makanan" ucap Amerta dengan sinisnya.

"Baik" balas Syahbana dengan patuh dan mulai berdiri dari duduknya.

Adi menatap Syahbana dengan datar hingga sosok itu hilang di balik pintu.

Syahbana berjalan ke arah dapur berada, tapi saat dia menuruni anak tangga, tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Hampir saja dia akan terjatuh ke bawah bila tak ada seseorang menompah tubuhnya.

"Non Syahbana enggak apa-apa?" Tanya Rina dengan raut wajah cemas.

"Enggak, cuma pusing sedikit" balas Syahbana dengan senyum manisnya.

"Yakin non?" Tanya Rina dengan raut wajah tak percaya.

"Iya" balas Syahbana sambil menganggukkan kepala ringan.

Rina menatap wajah Syahbana dengan lamat-lamat hingga dia menghela nafas lelah.

"Non Syahbana mau ke mana?" Tanya Rina sambil menatap wajah Syahbana yang terlihat lelah.

"Mau buat makanan untuk mbak Amerta" balas Syahbana dengan senyum lembut.

"Biar saya saja non" ucap Rina sambil menatap ke arah Syahbana dengan raut wajah cemas.

"Tak perlu, mbak Amerta maunya saya yang buat" balas Syahbana dengan senyum kecil setelahnya dia mulai berjalan ke arah dapur. Dengan langkah pelan Syahbana berjalan menuruni anak tangga. Rina menatap ke punggung Syahbana dengan raut wajah rumit.

Sesampainya di dapur Syahbana mulai melihat ke sepenjuru dapur dan mengambil beberapa bahan makanan. Dia mulai memotong beberapa bahan tadi dan memasaknya dengan tenang. Dengan kepala sedikit pusing Syahbana memasak makanan untuk Amerta dan Adi.

Cukup lama dia berkutat di dapur, akhirnya masakannya jadi juga. Setelah selesai memasak Syahbana mulai menatanya di atas meja dan pergi keluar dari meja makan. Sesuai dengan perintah Adi tadi pagi.

Menjadi Istri Kedua (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang