Bab 15

4.9K 175 0
                                    

Dia meringis menahan sakit, dengan mata terpejam ia mulai mencabut beling tadi.

"Loh? Kenapa kok berdarah?" tanya Amerta dengan raut wajah pura-pura cemas.

"Tadi kena beling nyah" balasnya dengan raut wajah menahan sakit.

"Oh, obati gih, setelah itu bersihin pecahan beling yang ada di sana. Untung kamu yang kena, bukan saya" ucap Amerta dengan senyum mengejek dan tanpa memedulikan kondisi pembantunya, Amerta mulai berjalan meninggalkan dapur dengan langkah ringan.

"Dia yang melakukan ini? Dulu ku kira dia tak seburuk itu, tapi ternyata benar kata nyonya Windu. Aku harus berhati-hati dengannya" ucapnya dengan raut wajah tak percaya.

Dia berusaha untuk bangun dari duduknya, gerakannya begitu pelan, menghindari kaki yang terluka untuk bersentuhan langsung dengan kerasnya lantai. Dengan langkah sedikit pincang dia mulai berjalan ke tempat kotak P3k di simpan.

Langkahnya sangat hati-hati, apalagi saat melewati pecahan beling tadi berada.

Di lain tempat.

Saat ini Syahbana sedang fokus mengetik di laptopnya, dia bekerja sebagai penulis novel. Walau belum terkenal dan belum menghasilkan uang, tapi dia tak pernah mengeluh dan putus asa untuk selalu berjuang karena ibunya pernah bilang, ‘Jika kamu menginginkan sesuatu jangan pernah menyerah untuk mewujudkannya, karena kamu tidak tahu sudah sampai di titik mana kamu berjuang. Siapa tahu saat kamu menyerah saat itulah titik perjuanganmu selesai dan menikmati hasilnya. Selagi itu hal yang positif, insyaallah, Allah akan membantu untuk mewujudkannya’ kata-kata itulah yang selalu hadir di otaknya setiap dia merasa lelah untuk berjuang.

Syahbana masih terus mengetik hingga tenggorokannya terasa kering. Matanya menelisik ke sekelilingnya dan tak ada segelas air pun.

Dengan gerakan pelan Syahbana mulai berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air.
Di saat dirinya memasuki dapur, hal pertama yang dia lihat adalah jejak darah yang tertinggal di atas lantai.

Dahi Syahbana mengerut heran dan menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah cemas. Pandangannya terhenti di sosok tak asing di matanya. Dengan langkah pelan Syahbana berjalan ke arah orang tadi dan dirinya di buat terkejut saat melihat kaki orang di depannya. Kakinya terluka cukup lebar dan dalam, jangan lupakan darah yang lumayan banyak di sekitar luka tadi.

"Ada apa dengan kakimu?" tanya Syahbana dengan raut wajah cemas.

"Ah? Nona Syahbana?" kejut orang tadi, saat melihat sosok Syahbana di dekatnya.

"Ada apa dengan kakimu? Kenapa bisa seperti itu?" tanya Syahbana sekali lagi dengan nada suara cemas.

"Tadi terkena pecahan gelas" balasnya dengan senyum ramah.

"Sudah kau obati?" tanya Syahbana dan matanya terhenti di kotak P3k tak jauh darinya.

"Ini baru ingin saya obati" balas lawan bicara Syahbana dengan senyum manisnya.

"Biar ku bantu" kata Syahbana dan tanpa menunggu persetujuan dari orang di depannya Syahbana mengambil alih kotak obat tadi dan berjongkok di depannya untuk memudahkan kegiatan mengobatinya.
Orang tadi merasa terharu atas perbuatan Syahbana untuk dirinya yang hanya seorang pelayan.

"Terima kasih nona" ucapnya dengan tulus.

"Hm" balas Syahbana dengan senyum manis dan kembali fokus ke kaki orang di depannya.

Beberapa menit kemudian Syahbana sudah selesai mengobati kaki orang tadi.

"Sudah" ucap Syahbana dengan senyum puas dan mulai mengemasi kota P3K.

"Oh iya, saya belum tahu namamu, siapa namamu?" tanya Syahbana sambil menatap ke arah orang di depannya dengan raut wajah heran.

"Saya Rina" balas Rina dengan senyum cerah.

"Saya Syahbana, salam kenal" ucap Syahbana dengan senyum manisnya.

"Saya sudah tahu nama anda nona" balas Rina dengan senyum jahil.

"Hanya untuk formalitas" balas Syahbana dengan senyum kecil.

Rina mulai bangkit dari duduknya, Syahbana yang melihat itu sedikit heran, dengan peka dia membantu Rina untuk berdiri.

"Mau ke mana?" tanya Syahbana dengan raut wajah heran.

"Mau membersihkan pecahan beling itu" balas Rina sambil menunjuk ke arah pecahan beling tadi berada.

"Duduk saja, biar aku yang membersihkannya" kata Syahbana dan menyuruh Rina untuk duduk kembali. Setelahnya dia mulai mengambil sapu dan cingkrak untuk membersihkan pecahan beling tadi.

Menjadi Istri Kedua (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang