Bab 37

7.4K 231 21
                                    

Saat ini Adi dan Syahbana masih berjalan-jalan di mall, Adi di depan dan Syahbana di belakangnya. Saat sedang berjalan, mata Adi tertuju ke salah satu toko tas. Dengan langkah pelan dia berjalan memasuki toko itu dan menatap ke sekeliling.

“Mbak” panggil Adi dengan nada suara sedikit keras.

“Iya tuan?” ucap salah satu penjaga toko.

“Saya mau tas merah yang ada di depan” ucap Adi dengan datar.

“Baik, tunggu sebentar” ucap sang pegawai dan dengan segera menyiapkan pesanan Adi.

Sepeninggalan sang pegawai, Adi melihat sebuah E-mail yang dikirimkan oleh sekretarisnya. Sedangkan Syahbana? Dia menatap ke sekelilingnya dengan bosan, bingung ingin melakukan apa. Minatnya dengan hal-hal seperti ini juga tak terlalu besar.

Dengan raut wajah bosan Syahbana menatap ke sekelilingnya, hingga matanya melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Mereka terlihat sangat menikmati waktu berdua, hingga tak memedulikan tatapan orang lain.

Syahbana menatap ke dua orang itu dengan raut wajah biasa, mereka Amerta dan Eja.

Raut wajah kebahagiaan menghiasi wajah keduanya dan jangan lupakan tas belanjaan yang mengisi tangan Eja. Entah milik siapa itu, milik Eja atau Amerta.

Syahbana segera mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah Adi dengan raut wajah iba. Syahbana menatap ke arah Adi beberapa saat hingga suara Adi menyapa gendang telinganya.

“Kenapa?” tanya Adi dengan kerutan di dahi.

“Lapar” jawab Syahbana dengan spontan, karena memang dia sedang menahan lapar saat ini.

“Lapar? Kau belum makan?” tanya Adi dengan heran.

“Belum, tadi akan makan puding, tapi tidak jadi” balas Syahbana sekenanya.

“Baiklah, nanti kita makan” balas Adi dengan nafas pasrah.

Tak lama pegawai tadi datang dan membawakan pesanan Adi, dengan gerakan santai Adi menyerahkan kartunya. Selesai membayar, tujuan mereka saat ini ke Cafe yang ada di mall. Mereka duduk berhadapan dan memesan makanan untuk diri mereka sendiri.

Di lain sisi.

“Sayang” panggil Amerta dengan manja.

“Iya?” balas Eja dengan penuh perhatian.

“Lapar, mau makan kue” ujar Amerta dengan raut wajah di buat memelas.

“Ya sudah, ayo makan” kata Eja sambil mencubit hidung Amerta pelan.

“Ayo” kata Amerta dan berjalan dengan tangan memeluk erat lengan Eja.

Baru saja kakinya berjalan ke arah Cafe, matanya sudah di hadiahi oleh pemandangan tak sedap di pandang. Di salah satu meja, ada sosok Syahbana dan Adi. Mereka sedang makan bersama dan jangan lupakan bungkusan yang berlambangkan merek tas terkenal.

Amerta menatap ke arah mereka dengan nyalang dan tangan terkepal erat.

Eja yang merasakan pergerakan Amerta hanya menatap heran dan menatap ke arah tempat yang Amerta lihat. Eja tersenyum sinis dengan apa yang dia lihat di depan, sosok suami pacarnya sedang kencan dengan madunya.

“Sayang” panggil Eja dengan lembut.

Amerta menatap ke arah Eja dengan senyum paksa, entah kenapa dia merasa tak terima dengan kedekatan dua orang itu. Padahal niat awal dia menikah dengan Adi bukan karena cinta, melainkan harta.

‘Ada apa denganku? Apakah aku cemburu? Tapi mana mungkin, aku tak pernah mencintainya. Aku hanya mencintai Eja, dari dulu, sekarang hingga esok. Niatku menikah dengannya karena harta bukan yang lainnya’ batin Amerta menyadarkan dirinya, agar tak terbawa suasana hatinya.

“Cari makan yang lain? Ada suami dan madumu, takutnya dia akan melihat kita dan marah kepadamu. Aku tak mau kekasihku yang cantik ini di marahi” gumam Eja di dekat telinga Amerta.

“Hm, aku juga sudah berubah pikiran” balas Amerta dengan senyum manis.

Setelahnya mereka mulai pergi dari sana dengan langkah ringan, senyum manis masih terpatri indah di bibir keduanya. Walau senyum Amerta agak di paksakan.

Menjadi Istri Kedua (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang