Bab 33

4.5K 170 2
                                    

Pagi harinya.

Saat ini mereka sedang sarapan bersama, sosok Amerta baru pulang tadi pagi. Dengan tenang mereka menikmati acara makannya. Tapi ada yang aneh menurut Amerta, dia menatap aneh ke arah Adi.

‘Ada apa dengan mas Adi? Kenapa dia sesekali melirik ke arah Syahbana? Apakah ada yang ku lewatkan?’ batin Amerta sambil menatap ke arah Adi dengan raut wajah heran.

Beberapa menit kemudian acara makan mereka sudah selesai, dengan lembut Adi berpamitan dengan Amerta dan mengecup lembut dahi Amerta.

Amerta membalas Adi dengan senyum manis, setelahnya Adi mulai berjalan keluar rumah.

Sepeninggalan Adi, Amerta menatap ke arah Syahbana dengan raut wajah penuh selidik.

“Ada apa mbak?” tanya Syahbana dengan raut wajah heran saat merasakan tatapan penuh selidik dari Amerta.

“Tidak” balas Amerta dengan nada suara sedikit sewot dan bangkit dari tempat duduknya.

Syahbana menatap ke arah punggung Amerta dengan raut wajah heran. Dalam hatinya bertanya, ada apa dengan Amerta.

Di lain sisi.

“Sisil!” panggil Amerta kepada asisten rumah tangga khusus untuknya.

“Iya nyonya?” balas Sisil setelah sampai di depan Amerta.

“Ada kejadian apa kemarin? Apakah ada yang ku lewatkan?” tanya Amerta dengan raut wajah tak sedap di pandang.

“Kemarin tuan Adi jatuh sakit nyonya dan nona Syahbana yang merawat tuan” jawab Sisil dengan jujur.

“Sial!” gumam Amerta dengan raut wajah menahan geram. Kemarin dia kecolongan, hingga Syahbana ada waktu berduaan dengan Adi.

“Lalu kenapa kau tak mengabariku bodoh?!” marah Amerta sambil menatap ke arah Sisil dengan raut wajah marah.

“Maaf nyonya, kemarin sudah saya telepon tapi ponsel anda tak bisa di hubungi” balas Sisil dengan kepala menunduk dalam.

“Dasar bodoh! Kenapa kau tak mengirimkan pesan?!” ucap Amerta sambil menatap nyalang ke arah Sisil.

“Saya lupa” balas Sisil dengan nada suara ragu.

“Pembantu tak berguna! Keluar kau dari kamarku!” teriak Amerta dengan marah.

“Baik” balas Sisil dan dengan cepat dia keluar dari kamar Amerta sebelum kejadian tak di inginkannya terjadi.

“Sial! Aku kecolongan!” desis Amerta sambil menatap tajam ke arah depan.

Di lain tempat.

“Permisi tuan” terdengar suara seorang lelaki dari balik pintu.

“Masuk” balas Adi dengan tangan dan mata masih fokus ke berkas di depannya.

“Selamat pagi tuan Adi, saya hanya ingin mengingatkan 10 menit lagi meeting dengan petinggi perusahaan akan segera di laksanakan” ucap lelaki tadi dengan raut wajah menunduk sopan.

“Hm” balas Adi apa adanya.

Setelah mendengar balasan Adi barusan bukannya langsung pergi, dia malah masih setia di tempatnya.

“Ada apa?” tanya Adi melirik sekilas ke arah orang tadi.

“Bolehkan aku berbicara biasa saja denganmu?” tanyanya dengan raut wajah serius.

“Hm” balas Adi dengan malas.

“Ku dengar, kau menikah lagi? Apakah itu benar?” tanyanya dengan raut wajah bersemangat.

“Hm” balas Adi dengan raut wajah acuh tak acuh.

“Jadi itu bukan sekedar rumor? Hebat sekali sohibku ini” ucapnya dengan raut wajah bangga.

“Apanya yang hebat? Dasar aneh” ucap Adi dengan malas.

“Lupakan itu, lalu bagaimana istri ke duamu? Apakah dia cantik?” tanyanya lagi dengan nada suara menggebu.

“Dia manis” balas Adi sambil membayangkan wajah Syahbana yang sedang tersenyum lembut ke arahnya.

“Wah! Apa kau sudah berpaling dari Amerta?!” tanyanya dengan semangat yang membara.

“Berhenti berkata Dino, sekarang keluar dan siapkan berkas-berkas yang di butuhkan” ucap Adi dengan malas.

“Baiklah” balasnya dengan lesu. Setelahnya dia pergi keluar dari ruangan Adi.

“Aku berpaling dari Amerta? Pertanyaan yang bodoh” gumam Adi dengan gelengan kepala pelan.

Menjadi Istri Kedua (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang