18 - Rufus - The Father

54 14 2
                                    

Bau bunga Gardenia dan vanilla menyeruak di antara rambut Nona yang menyentuh hidungku. Napasnya baru saja tenang. Aku bahkan mendengarnya mendengkur kecil seperti seekor kucing yang tertidur di dada budaknya. Oh, sebuah perumpamaan yang baik. Nona memang sedang tidur di atas dadaku, budaknya. Sebelah tanganku dengan lancang bergerak untuk menyusup masuk di antara helaian rambut lembut Nona yang terlihat layaknya susu cokelat yang tumpah.

Bagaimana kami bisa di posisi seperti ini?

Siang tadi, Tuan Lucas mengajak Nona menyantap makan siang bersama. Sepertinya, Tuan Besar mendengar pembicaraan kami di taman sebelum kedatangannya, karena itu, dia memulai membahas masalah Tuan Muda.

"My Little Lamb?"

"Ya?"

"Apa kau bermaksud untuk menjenguk Gilbert?" tanyanya saat mereka baru saja selesai memasukkan potongan makanan terakhir ke dalam mulut mereka.

Nona menggeleng dan meletakkan alat makannya kemudian tersenyum manis pada Tuan Besar.

"Jika aku melakukannya, Gill akan mengusirku sebagaimana dia mengusirmu, Lucas."

Lucas mengusap tangan dengan lap saat ia mencebikkan bibir sambil mengangkat tinggi kedua alisnya. "Aku meragukan itu," katanya.

"Aku tidak."

"Gilbert akan meninggalkan apa pun yang sedang dia kerjakan dan dia akan pergi untuk menemuimu dan memarahimu karena kau tidak menjenguknya, dan dia berimajinasi kau sudah tidak mempedulikannya lagi dan membuang dirinya ke sampah gara-gara kau sudah memiliki teman bermain baru. Aku bisa melihat adegan itu di kepalaku."

Teman bermain? Tuan Besar tidak melihat ke arahku saat dia mengatakannya, tapi rasa-rasanya dia sedang membicarakanku.

Nona menyesap air mineral dari gelasnya. Matanya membulat sedikit kemudian tersenyum kecil. Oh, dia juga bisa melihat adegan itu dalam kepala kecilnya.

"Little Lamb, kau tahu aku sangat menyayangimu, bukan?"

"Ya, tepat di bawah Mikaela dengan garis setipis ini!" Nona menyentuh garis imajinasi tipis saat dia menunjukkan bagaimana ujung jari telunjuk dan ibu jarinya hampir bertemu. "Aku tahu itu, Lucas."

Tuan Besar tidak bisa tidak bereaksi untuk ucapan itu. Pria itu tertawa kecil dan mengangguk beberapa kali dengan ekspresi puas.

"Ya, dan aku ingin, apa pun yang akan kuceritakan setelah ini, tidak akan membuatmu berpikir sebaliknya, karena tidak ada di muka bumi ini yang akan membuat rasa sayangku menghilang darimu, Anakku."

Pipi Nona merona saat ia tersenyum dan mengangguk. Benar-benar tanpa pertahanan, tanpa curiga. Saat itu aku baru menyadari bahwa aku menahan napasku karena tegang. Tuan Besar pasti memiliki alasan untuk mengatakan itu sebelum mulai bercerita. Dan alasan itu pasti akan menyakiti hati Nona. Aku ingin melindungi gadis ini dari segala rasa sakit. Tapi aku ... apa yang bisa kulakukan di saat seperti ini selain diam dan mendengarkan, tanpa bergerak sedikit pun?

"Apa kau sudah tahu bahwa Gilbert bukanlah anak kandungku, Little Lamb?"

Mata Nona terbelalak. Ia menunduk sekali kemudian melihat ke arahku. Aku menatap matanya yang kebingungan. Tak apa, Nona. Aku di sini, aku selalu di sisimu. Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi padamu.

"Iya," jawab Nona akhirnya sembari menatap kembali ke arah Tuan Besar. "Aku tahu. Gilbert sedikit banyak pernah menceritakan hal itu padaku."

Tuan Besar melirikku. Aku tidak bertatapan langsung dengannya, tapi aku tahu dia merasa kesal karena Nona menatap ke arahku ketika perasaannya mulai resah. Ada sebuah kebanggan kecil yang mencuat dalam dadaku. Dan aku tidak akan meminta maaf untuk itu, Tuan Besar.

Her POV (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang