24. Kegilaan Reta

2.7K 81 9
                                    

"Thanks yah Aksal" Aksal yang hendak masuk kedalam mobil berhenti dan menatap Reta

Senyum mengembang di bibir ranum nya. Dapat Reta akui bahwa Aksal tampan tidak kalah dengan Zhafi, memang sifat dan karakter nya sebelas dua belas dengan Zhafi namun Aksal hanya lebih royal pada semua orang yang penting-penting saja. Ingat yang penting saja.

"Sama-sama" Singkat nya kemudian berlalu masuk dan pergi

Reta menatap kepergian mobil Aksal dari halaman rumah kemudian menutup pintu utama dan melangkah ke kamarnya. Seharian ini hanya mereka berdua dengan Aksal dirumah membereskan barang-barang yang lumayan banyak.

Reta memilih berkutat dengan dapur karena beberapa menit lagi Zhafi pulang dari kantor.

"Sebenernya gue malas buat masakin dia" sebal nya

"Ekhem"

Reta menegang di tempat nya, berbalik dan menyengir tak jelas menatap seseorang yang tidak berekspresi sama sekali.

Dasar Tembok-kesal nya

"Saya suami mu loh"

"Tau" kembali dalam mode ngambeknya, Reta melanjutkan kegiatan nya.

Zhafi membuka jas kantornya meletakkan nya di kursi kemudian menghampiri Reta.

"Kamu masih marah?"

Kamu nanya?-kesal nya tanpa menatap Zhafi yang bersedekap dada di sampingnya.

"Pikir sendiri" jawabnya acuh.

Zhafi memutar bola matanya jengah "Tadi saya ke kampus mau ketemu~"

"Mantan" sela Reta cepat

Zhafi menaikkan sebelah alisnya dengan kening mengkerut "Saya mau ketemu kamu"

"Masih berhubungan dengan Bu Fahira?" Ujar Reta dengan pandangan ke wajan. Sejujurnya tak berani menatap Zhafi yang mukanya datar kek tembok itu.

"Nggak sengaja ketemu" balasnya

"Oh, tapi diam-diam tertarik bukan?"

Zhafi tidak menjawab melainkan duduk di kursi menunggu masakan Reta. Pria dewasa seperti Zhafi mengerti arah pembicaraan Reta, pria itu memilih diam di banding menggubris yang ujung-ujungnya berantem.

"Kamu nggak makan?" Tanya Zhafi saat Reta berlalu meninggalkan meja makan.

"Nggak nafsu gue"

"Duduk"

Reta menggeleng cepat "Nggak"

"Duduk Reta" tegas Zhafi membuat Reta seketika menarik kursi di hadapan Zhafi.

Reta membuang muka tak ingin menatap Zhafi, Kejadian di kantin masih membuat Reta marah. Cemburu? Mungkin iya.

"Saya dengan Fahira hanya sebatas teman"

"Teman tapi demen" ketus Reta

"Jangan kekanak-kanakan Reta! Dewasa sedikit" sorot mata tajam Zhafi memancarkan kemarahan di dalam nya.

"Ya Bu Fahira paling dewasa" cibir Reta memalingkan wajahnya. Bulir bening mulai terkumpul di pelupuk matanya

"Saya nggak bilang begitu" bantah Zhafi

Keduanya sama-sama tidak mau mengalah, tetap berada pada posisi masing-masing. Rumah tangga seperti ini tidak pernah terbayangkan di benak Reta. Rumit.

"Tapi hati dan pikiran Lo bilang begitu"

"Susah yah nikah sama cowok yang belum move on dengan masa lalu nya" lanjut nya menyeka air mata di ujung matanya.

Reta beranjak dari sana memasuki sebuah kamar yang berada di lantai satu. Sekamar dengan Zhafi akan menambah sakit hatinya, jadi Reta memilih tidur di kamar tamu.

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang