26. Pregnant

3.5K 92 7
                                    

1 bulan kemudian....

Dari segala peristiwa yang terjadi di dalam rumah tangga hanya ada satu cara penyelesaian yaitu bercerai. Mungkin sebagian orang memilih untuk mempertahankan rumah tangganya dan tetap berusaha mencari solusi yang terbaik agar permasalahan di dalam cepat Clear.

Berbeda dengan Reta, gadis cantik itu sudah terbaring selama sebulan di rumah sakit. Terlalu banyak beban pikiran dan sedih yang terlalu sering mengakibatkan dirinya demam selama beberapa hari.

"Aku tau kedatangan ku akan membuat mu marah"

"Tapi sungguh, aku sangat mengkhawatirkan mu. Maaf baru datang menjenguk mu"

Reta terus menatap sang kakak yang sedari tadi berbicara, ada rasa terharu sekaligus senang. Kakak yang pernah di musuhi nya sekarang berada di depannya dengan wajah khawatir nya, Reta sungguh menyesal pernah membuat wanita di hadapannya kecewa.

Reta menyeka air mata yang jatuh di sudut matanya "Ngapain kesini?" Masih dengan ego yang mendalam, Reta membuka suara dengan nada ketus. "Mau mengejek?" Lanjut nya dengan tertawa hambar

"Apapun yang terjadi sama kamu, kakak tidak pernah sekalipun berniat seperti apa yang ada dipikiran kamu"

"Kamu adik kak Rena, semua sayang kamu Reta. Jadi jangan pernah berfikir jika kamu sendiri sekarang"

Rena mengelus kepala Reta, wajah gadis itu tampak pucat bahkan lebih parah dari hari sebelumnya.

"Kamu pucat Reta" Ujar Rena menatap adiknya dengan sendu

"Mungkin mau mati"

Rena dengan refleks menabok bibir Reta dengan sedikit kasar "heh mulutnya sembarangan banget"

Reta melotot tak terima atas tindakan Rena barusan "Apaan sih, sakit" adunya mengelus bibirnya

Rena mengabaikan dan mengambil buah di sampingnya kemudian mengupasnya "Udah berapa bulan?" Tanya Reta. "Apanya?" Tanya Rena balik tanpa mengalihkan pandangannya.

Reta memutar bola matanya "Baby nya" tunjuk Reta ke arah perut Rena

"Ohh. Dua bulan"

"Kamu kapan?"

Reta menghela nafas gusar kemudian bangun dan bersandar pada sandaran brankar "Nggak tau! Lagian malas juga"

Rena memberikan sepotong apel pada Reta yang langsung di sambut baik pada gadis itu "kenapa? Punya anak enak loh"

"Jangan sok bujuk. Anak Lo aja belum lahir udah bilang enak" ketus Reta

Rena terkekeh sejenak "Yang belum hamil mah mana paham"

"Iya deh si bumil paling bener" cibir Reta memayunkan bibir nya

Di sela obrolan mereka terdengar decitan pintu terbuka menampilkan Ari yang membawa makanan dengan senyum merekah nya

"Bagaimana keadaan mu adik ipar?" Ari menyimpan kantong kresek berisi makanan tadi di atas nakas dan melangkah mengelus kepala Reta sebentar.

Reta sedikit terpaku pada sikap Ari padanya, hatinya menghangat oleh perlakuan manis itu "Seperti yang kak Ari lihat"

Ari mengangguk kemudian mengecup kening Rena tidak lupa mengelus lembut perut Rena yang sedikit membesar.

"Hallo jagoan papa, hari ini kamu tidak menyusahkan mama kan?" Tanya Ari yang berjongkok di hadapan Rena sambil mengecup perut Rena berulang kali.

"Ekhemm. Ada Reta loh disini" rajuknya membuat kedua orang itu tertawa geli

Tersirat rasa keinginan pada diri Reta yang ingin membangun keluarga kecil harmonis seperti kakaknya. Ahhh, tapi itu adalah mimpi Reta yang tidak akan menjadi kenyataan. Buktinya Zhafi berada di Jogja dengan beralasan Abinya masuk sakit, padahal Reta juga masuk rumah sakit apalagi ditambah dirinya sedang mengandung membuat mood nya kadang berubah ubah.

Hamil? Ya. Reta sedang mengandung dengan usia kandungan 3 minggu. Sejak kejadian dimana dirinya dan Zhafi terkunci akibat ulah Gita yang menyuruh ART mengunci mereka akhirnya muncul titipan Allah yang dipercayakan sehat di rahim Reta.

--------

Sekitar pukul lima sore tadi Rena dan Ari pamit pulang karena jarak rumah mereka juga lumayan jauh. Jadi sekarang Reta sendirian, hawa-hawa nya terasa berbeda membuat bulu kuduk nya berdiri.

Reta sedari tadi mengecek handphone nya berharap ada notifikasi chat atau panggilan dari Zhafi. Namun nyatanya berharap itu sangat menyakitkan, Zhafi sama sekali tidak menghubungi nya atau sekedar menanyakan sesuatu lewat Chat pribadi.

"Arghh lelaki sialan" umpat nya menatap tajam handphone nya

Reta menarik selimutnya hingga perut kemudian memejamkan mata berharap kembali sebentar lagi mungkin Zhafi akan datang walau nyatanya itu mustahil.

Reta kembali membuka mata dan mengecek handphone nya, hal itu berulang kali ia lakukan sampai waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

"Lihat baby, bapak sial mu itu bahkan tidak peduli dengan mu" ujar Reta membuang handphonenya ke lantai sambil mendesah kasar.

"Biarkan handphone itu rusak, lagian dia tidak peduli juga terdapat kami" Reta menatap datar handphone yang pecah itu kemudian tidur sambil memunggungi pintu, tidak berharap lagi Zhafi akan datang.

Sedangkan jauh di tanah Jogja, Zhafi menatap bintang yang berkelap-kelip di atas sana, kekhawatiran nya bertambah saat dirinya baru saja menelfon Reta namun nomor gadis itu tidak bisa di hubungi.

"Bagaimana keadaan nya sekarang?" Gumam nya

"Mungkin besok saya harus kembali ke Bandung untuk menemuinya" putus nya dan kembali masuk ke kamar yang penuh dengan dekorasi sangat cantik bahkan kasur nya di taburi dengan mawar merah yang tampak indah di matanya.


Hayooo pada mikir aneh nggak sih? Kira-kira kalian mikirnya Zhafi Ngapain yah di Jogja?

Ig: Sahabatlangit-biru

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang