28. Ngidam Aneh

3.1K 93 2
                                    

Suasana pagi ini masih sama seperti kemarin, hanya beda nya tidak ada Fahira setelah Zhafi menyuruh nya pulang tanpa mengantar nya karena suruhan Reta.

Reta sibuk dengan pikirannya yang berkelana tentang Zellen. Entah kenapa dirinya tiba-tiba merindukan bocah lelaki tampan itu.

Zhafi sesekali melirik Reta yang tersenyum manis. Pintu terbuka lebar akibat cowok yang masuk dengan kantong kresek di kedua tangannya.

"Uhhh sepupu ganteng ku udah datang" Naldi yang tergopoh-gopoh hanya memutar bola mata malas

"Nih. Setelah ini jangan suruh gue lagi" ujarnya menjatuhkan dirinya di samping Reta sambil mengipas-ngipas tangannya di hadapan wajahnya.

"Lah ko kedondong sih? Gue kan minta nya salak" Reta merengek ketika buah yang di inginkan tidak ada. Zhafi yang melihat itu mengernyit heran "Kamu ngidam?"

"Nggak lah. Masa iya sekali lakuin nya udah jadi" jawab Reta merogoh buah-buahan yang di beli Naldi.

"Hiks.. salak gue mana?" Tanya Reta sambil merengek pada Naldi yang menyandarkan kepalanya di sandaran sofa sambil memejamkan matanya.

"Belum musim nya Bunda Reta" jawab Naldi

"Sayang..." Kini beralih pada Zhafi yang tengah fokus pada Laptop

Zhafi melirik sekilas "Hm"

"Pengen salak"

"Kenapa tiba-tiba minta gitu?"

Reta berdecak kesal "ya pengen makan salak"

"Terus?"

"Antar beli di supermarket"

"Saya lagi kerja. Minta tolong Naldi aja" Balas Zhafi tanpa menatap Reta

Reta melirik Naldi yang tampak kelelahan setelah membelikan keinginan nya yang super banyak. Naldi sendiri sudah mengetahui tentang kehamilan Reta makanya dengan penuh semangat menuruti semua keinginan Reta.

"Sebentar saja" pinta Rita memohon

"Saya lagi kerja Reta" tegas Zhafi

Reta berdiri dan menatap kesal ke arah Zhafi "Yaudah terpaksa minta tolong sama pak Altezza"

Zhafi menoleh tajam "Tanggung sendiri akibat nya jika bersama pria itu"

Reta membuang muka tak berani di tatap tajam oleh Zhafi "Sakarepmu mas. Intinya gue dapet salak"

Zhafi mengusap wajahnya kasar lalu menutup laptopnya dan menyusul Reta yang sudah keluar dari ruangan.

Sepanjang koridor Reta terus bersenandung kecil dengan tangan yang bergelayut di lengan Zhafi. Zhafi sendiri tampak berfikir ada apa dengan Reta yang menurutnya sangat berbeda dari biasanya.

"Mommy!!!!" Pekik Zellen dari belakang Reta

Reta dan Zhafi spontan berbalik melihat Zellen yang berlari merentangkan kedua tangannya menuju keduanya. Reta berjongkok dan menyambut Zellen penuh kelembutan.

"Aww" ringis Reta saat Zellen menubruknya dengan kuat

"Hati-hati sayang" ucap Reta mengecup seluruh wajah Zellen membuat bocah itu terkekeh geli.

"Zellen kangen mommy" Reta mengangguk "Mommy juga kangen sayang" balas nya

Zellen beralih melihat Zhafi yang juga tengah menatapnya sangat datar membuat Zellen membuang muka dan menangkup pipi Reta lalu mencium nya

"Mommy! Uncle itu mirip kek Daddy tidak pernah senyum" bisik Zellen yang masih bisa di dengar Zhafi

Reta tergelak mendengar nya "Kamu benar mereka itu keturunan es batu" balas Reta setengah berbisik

"Saya dengar Reta"

Keduanya terkekeh geli kemudian Zellen beralih pada Zhafi dan meminta agar di gendong. Awalnya Zhafi mengabaikan kemauan Zellen namun mendengar seruan Reta membuat nya segera menggendong Zellen.

Rambut yang awal nya rapi kini berantakan, jas kantornya mulai kusut, dasi mulai longgar, semua ulah Zellen.

"Hai Uncle, Aku Zellen anaknya Mommy"

"Dia istri Uncle dan bukan Mommy kamu" balas Zhafi datar

Bibir Zellen melengkung kebawah tanda akan menangis kemudian turun lalu memeluk kaki Reta dan menangis disana.

"Hiks.. hiks.. Uncle itu jahat Mommy hiks.. hiks.." histeris nya di kaki Reta

Awalnya Reta menatap tajam Zhafi kemudian menggendong Zellen menenangkan nya "cup cup jangan nangis yah sayang. Zellen kan udah mau punya adik cewek masa masih cengeng sih"

Zellen minta turun kemudian berjinjit mengelus perut datar Reta "Dedek bayi, Abang tunggu sampai lahir yah" Zhafi yang mengerutkan keningnya melihat Zellen yang mengelus perut Reta

"Nanti gue jelasin" ujar Reta melihat raut kebingungan di wajah Zhafi.

Raut Zhafi tetap sama seperti tidak tertarik dengan ucapan Reta. Dirinya berlalu begitu saja diikuti Reta dan Zellen di belakang nya

--------

"Udah berapa bulan?" Tanya Zhafi Tegas

Reta menunduk takut tidak berani melihat Zhafi yang berdiri di hadapannya.

"Jawab saya Reta" Tekan Zhafi semakin membuat Reta ketakutan

"Baru 3 Minggu" cicit Reta

"Kenapa kamu sembunyikan dari saya?"

"Reta!!"

"Jangan marah dong" suara nya mulai parau

Zhafi mengusap wajahnya kasar kemudian berlutut dihadapan Reta mengelus Surai nya lembut.

"Maaf" ucap nya menarik dagu Reta menatapnya

"Saya hanya kesal kamu menyembunyikan anak kita tanpa alasan seperti ini" sesal Zhafi menarik Reta kedalam dekapannya.

Reta lama terisak di pundak Zhafi hingga usapan lembut di punggungnya yang berulang kali membuat nya berani menatap manik mata Zhafi yang teduh namun menurut Reta tetap saja tajam dan mengerikan.

"Aku ngidam"

Zhafi tersenyum tipis sambil mengelus Surai hitam Reta "Ngidam apa?" Reta tersenyum puas namun sesaat kemudian kembali cemberut mengingat permintaan nya sedikit rumit "Emang bisa?" Tanya Reta balik.

"Apapun untuk baby"

"Promise?" Zhafi menggeleng sebagai jawaban

"Saya tidak bisa janji sebelum kamu mengutarakan keinginan mu" terang Zhafi

"Katanya bisa untuk baby" Ucapnya cemberut lucu

"Saya tidak bisa menjamin jika keinginan mu itu aneh"

Reta menghembuskan nafas kasar dan membuang muka kesamping "Aku pengen ketemu mas Altezza"

Baiklah, sekarang wajah Zhafi berubah drastis kembali datar saat mendengar ucapan Reta. Ingin marah namun terasa berat.

"Gak" tegasnya kemudian berlalu

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang