29. Layak

4.7K 120 12
                                    


Malam terlihat semakin larut dan hembusan angin semakin menusuk ke kulit. Namun sama sekali tidak berpengaruh pada gadis yang berdiri di balkon apartemen nya dengan segelas coklat panas di genggaman nya.

Rambut panjang Highlight putihnya di biarkan tertiup angin malam yang sejuk. Dirinya melirik jam tangan yang melingkar di lengannya kemudian merogoh handphone di saku nya.

"Bagaimana kabar mu di sana? Bahagia? Pastinya!" Gumam nya pada layar handphone yang menampilkan foto wanita setengah baya.

"Sesekali aku melihat bintang yang paling bersinar di langit, seperti yang kamu bilang bahwa cahaya yang paling terang itu kamu"

"Aku merindukan mu" Setelah berkata demikian, gadis itu masuk kedalam.

Dirinya melangkah ke dapur mengambil air minum untuk di bawa ke kamar, langkah nya terhenti saat melewati ruang tengah yang terpajang bingkai foto raksasa di dinding.

"Aku tetap merindukan mu Mama" Gumamnya kembali melangkah.

Setelah mengambil air, kaki jenjangnya melangkah kembali menaiki tangga dan masuk kedalam kamar nya.

Melihat dua koper yang berjejer di depan lemari membuat senyum nya mengembang "Mama! Pembalasan dendam di mulai besok"

––——

Disinilah Altezza dan Zellen berada, di rumah Reta. Tatapan menghunus sedari tadi tidak lepas dari Zhafi yang menatap Altezza. Jika bukan keinginan Reta, sudah di pastikan tidak ada seorang Altezza di rumahnya.

"Mommy, apa kau tahu sesuatu mengenai Daddy?" Tanya Zellen yang duduk di pangkuan Reta sambil mendongak menatap manik mata Reta.

Reta menggeleng kecil "Tidak! Ada apa emang?"

Zellen menutup mulutnya dengan keduanya tangannya sambil terkekeh melihat Altezza "Hihihi Daddy merindukan mu Mommy"

"Uhukkk" Altezza menatap tajam pada Zellen namun di abaikan.

Kini mata elangnya beradu dengan Zhafi bahkan keduanya semakin sengit saling bertatap satu sama lain.

"Benarkah?" Ulang Reta memastikan

Zellen mengangguk antusias "right mommy! Daddy bahkan ingin_"

"Zellen cukup" sela Altezza cepat. Sedangkan Zellen semakin gencar menggoda Altezza walau tahu dirinya kini dalam bahaya.

"Maaf itu semua tidak benar" Ucap Altezza pada Reta

Reta mengangguk tersenyum kemudian menunduk menatap Zellen yang menampilkan gigi nya "Berbohong itu tidak baik sayang" Zellen menggeleng cepat menanggapi perkataan Reta "Zellen tidak bohong Mommy, Daddy selalu saja memikirkan Mommy" ungkap nya penuh kelembutan.

Reta tidak beraksi apapun sekarang, pikiran nya berkelana memikirkan jika yang di maksud dirindukan oleh Altezza itu adalah mantan istri bukan dirinya. No GR.

Reta mengelus rambut Zellen lembut "Sayang! Wajar dong jika Daddy mu merindukan Mommy mu karena selama ini Mommy mu belum mengunjungi kalian" Dapat Reta tangkap raut wajah Zellen yang berubah datar persis seperti Altezza.

"Bukan Mommy Hira yang Zellen maksud tapi Mommy yang ada di depan Zellen sekarang" Reta tahu jika Zellen sedang kesal terbukti dari nadanya yang ketus.

"Zellen! tidak boleh seperti itu, seburuk-buruk nya ibu kandung dia tetap saja yang terbaik untuk Zellen" Ucap Reta Lembut

Terdengar hembusan nafas kasar dari Zellen "Zellen dan Daddy tidak lagi menginginkan Mommy Hira, jadi stop discussing it" Reta memeluknya erat dan mengerti apa yang sedang di rasakan Zellen begitu sakit saat ibu kandung pergi begitu saja tanpa memikirkan hati kecil Zellen.

Reta tidak menyangka bocah 4 tahun itu berbicara layaknya orang dewasa yang sudah mengetahui segalanya "Jangan sedih yah" Zellen membalas pelukan Reta sambil menggeleng cepat "Zellen tidak pernah sedih lagi semenjak kehadiran Mommy di hidup Zellen" balas Zellen penuh kelembutan.

Altezza cukup tersentuh melihat interaksi keduanya, tanpa sadar dirinya tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

Berbeda dengan Zhafi, pria itu semakin membenci yang namanya Zellen karena fikir nya akan menjadi jalan dimana Altezza dan Reta semakin dekat.

Zhafi melirik benda yang melingkar di lengan kekar nya "Ini cukup malam dan udara semakin dingin sebaiknya kalian pulang" nada pengusiran yang halus namun menusuk membuat Zellen dan Altezza melirik nya tajam

"Aku ingin tidur bareng Mommy" sanggah Zellen menjulurkan lidahnya ke arah Zhafi.

"Tidak! Uncle tidak mengizinkan mu menginap disini" kekeuh Zhafi

Zellen turun dari pangkuan Reta dan mengambil tempat di samping Reta "Zellen tidak butuh izin dari Uncle" Ucap Zellen datar

"this is uncle's house" tegas Zhafi

"Lebih tepatnya rumah Mommy"

"Emang kamu siapa?" Sinis Zhafi

"Anak Mommy lah" jawab Zellen memeluk Reta dari samping

Keduanya semakin sengit bertatapan sedangkan Altezza dan Reta hanya geleng-geleng kepala.

"Mommy! Zellen bolehkan tidur di rumah mommy?" Tanya Zellen penuh harap menatap Reta

Reta mengangguk dengan cepat membuat Zhafi berdecak "Saya tidak mengizinkan Reta" kesal Zhafi

"Yasudah uncle aja yang pergi"

Yang punya rumah di usir sedangkan Zellen turun dari sofa menuju Altezza yang duduk di single sofa kemudian menarik lengan kekarnya kembali pada Reta dan duduk di tengah keduanya.

"Sekarang Uncle aja yang keluar" ulang Zellen

Suasana menyeruak panas di antara mereka, Zhafi menunjukkan wajah marah nya pada Zellen si bocah tengil yang selalu saja menguras kesabaran nya.

"Siapa yang punya rumah dan siapa yang ngusir? Huh nggak tau diri"

"Heiii uncle jangan sembarangan yah, Zellen kan anaknya Mommy jadi wajar jika Zellen tinggal disini" Perdebatan keduanya semakin gencar tidak ada yang ingin mengalah membuat Reta pusing sendiri melihat nya.

"Baiklah ayo tidur ini sudah malam. Zhafi kamu tidur di kamar sebelah sedangkan Altezza tidur di kamar tamu lantai satu dan untuk Kamu sayang mari kita tidur berdua" setelah mengatakan itu, Reta menarik tangan mungil Zellen berjalan menuju tangga meninggalkan keduanya yang menatap mereka dengan tatapan yang berbeda.

Zhafi menjatuhkan rahang nya mendengar ucapan Reta ada rasa tidak setuju namun berat hati ingin mengoreksi nanti bisa-bisa dirinya di suruh tidur di luar dan itu lebih membuat batin nya tersiksa.

~Jodoh Pilihan Allah~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang