25. Mabuk

3K 88 8
                                    

Pagi tiba, Zhafi duduk di tepi king size dengan kedua tangan yang bertopang di lutut nya. Khawatir dengan Reta yang entah dimana istri nya itu pergi, Zhafi sudah menghubungi mertuanya, sahabat Reta namun nihil mereka tidak mengetahui nya. Sempat Indah bertanya jika mereka ada masalah namun Zhafi terpaksa berbohong dan mengatakan pernikahan mereka baik-baik saja agar wanita setengah baya itu tidak khawatir.

Zhafi merogoh kantong celana kantor nya saat ponselnya bergetar.

"Zhafi! Saya di perjalanan bersama Reta"

Saat sambungan tersambung, Aksal langsung menyambar dengan suara yang penuh kekhawatiran.

"Bagaimana dengan nya?" Zhafi berdiri sambil mengusap wajahnya, ada rasa lega di sana.

"Jauh dari kata baik-baik saja"

Aksal mendengar Zhafi yang menghela nafas berat, pasti pria itu sedang menahan emosinya yang menggebu.

"Nanti saya jelaskan setelah sampai disana" ujar Aksal langsung menutup sambungan telepon.

Zhafi melangkah keluar dari kamar menunggu kedatangan Aksal dan Reta di ruang tamu.

"Zhafi" suara lemah lembut itu menghentikan langkah nya

"Hm" Zhafi berdehem sebagai jawaban

"Sarapan yuk, saya sudah masak"

"Saya tidak lapar"

Zhafi kembali melangkah, semalam Fahira menginap di rumah Zhafi tepatnya di kamar tamu dekat dapur. Memudahkan wanita itu bangun lebih pagi untuk memasak sarapan bersama Zhafi.

Sekitar 5 menit Zhafi menunggu akhirnya Aksal datang sambil membopong Reta yang meracau aneh.

"Akh" Reta langsung terduduk di sofa sambil menangis tak jelas.

"Hiks... Gue benci dia hiks.."

"Fahira tolong ambilkan air untuk Reta, cepat!" Fahira yang baru saja tiba langsung di suruh oleh Aksal dengan cepat.

"Gue cinta sama dia, tapi hiks... Hiks..."

Zhafi menatapnya datar kemudian menggendong nya apa bridal style menuju kamar mereka yang diikuti oleh Aksal sambil menggenggam tas milik Reta.

"Hiks.. hiks... Zhafi Kampret. Padahal gue cinta sama dia" Zhafi menulikan pendengaran nya ketika Reta memakinya

Reta tumbang di kasur sambil menangis bahkan gadis itu meracau sedikit tak jelas sebelum dirinya benar-benar pingsan.

"Reta mabuk, gue dapat dia dijalan kek orang gila"

Zhafi menghela nafas sejenak, mendengar kata mabuk adalah sesuatu yang paling di bencinya. Namun Reta malah menyentuh barang haram itu karena pikiran yang jauh dari kata sadar.

"Keluar"

Aksal yang mengerti langsung menyimpan tas Reta di nakas dan melangkah keluar. Disana Fahira berdiri di dekat pintu sambil memegang segelas air putih yang tadi Aksal suruh.

"Pulang lah Fahira, jangan ganggu mereka" Aksal berbicara tanpa menatap Fahira, pandangan nya tetap lurus kedepan dengan mimik datar.

Fahira menunduk, bulir bening mulai jatuh. Memilih diam mendengar semua perkataan Aksal yang memojokkan nya.

Tidak lama setelah menceramahi Fahira, Aksal berlalu pergi entah kemana. Dengan keberanian penuh, Fahira membuka pintu kamar dan secepatnya menutup kembali saat melihat kegiatan Zhafi menciumi Reta. Sakit memang, tapi Fahira tidak bisa berbuat apa-apa saat ini.

Zhafi mengecup kening Reta berulang kali membuat gadis itu menggeliat dalam tidur nya.

Zhafi mengelus kepala Reta dengan lembut "Saya juga mencintai mu Reta" ucap nya kembali menciumi kedua pipi Reta.

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang