14. Balik Ke Rumah

2.4K 99 0
                                    






Setelah berbincang dengan Zhafi di gazebo, keduanya langsung pergi ke arah yang berbeda. Zhafi pergi menemui pak Sainul untuk kepentingan anak-anak pondok sedangkan Reta pergi menemui Sila karena wanita itu sempat meminta tolong untuk di ajak berbelanja ke pasar di temani Reta.

"Hari ini bibi mau masak apa?" Tanya Reta ketika memilih-milih sayuran.

"Bibi juga bingung nih, kalau menurut kamu gimana?" Sila bertanya balik namun pandangan nya terus pada sayuran di hadapannya.

"Gimana kalau tumisan kangkung dan ayam kecap" terdengar sederhana namun kedua menu itu adalah salah satu menu favorit Reta.

"Lumayan" koreksi Sila lalu melangkahkan kakinya menuju toko sebelah.

Reta menghirup udara dan menghembuskan nya dengan kesal, pasalnya wanita tua itu sedari tadi mengelilingi pasar namun barang yang mau di beli tak kunjung di dapat. Apalagi kedua tangan Reta menenteng kantong kresek besar yang berisi berbagai macam jenis sayuran dan buah-buahan.

"Bibi, belanjaan mu banyak sekali. Apa malam ini kamu kedatangan tamu?" Reta melirik Sila yang sibuk menatap ayam.

"Hm"

Deheman wanita tua itu sangat terdengar malas, Reta ingin rasanya memberi wanita tua ini beberapa kata untuk melampiaskan kekesalannya.

Baiklah sekarang Reta diam saja tanpa harus berbicara lagi, dirinya muak berada di pasar seperti ini bersama wanita paruh baya yang membuat mood nya hancur.

Di perjalanan pulang, Reta terdiam karena menurutnya berbicara bagaimana pun dia tidak pernah di gubris dengan baik.

Reta melirik kaca spion dan ternyata Sila diam-diam memperhatikan nya, dengan segera Sila berpaling menatap jalanan sedangkan Reta hanya menghempaskan nafas gusar di balik helm nya.

Sesampainya di rumah, mereka langsung membawa barang belanjaan mereka dan menyimpan nya di dapur. Reta segera kembali ke kamarnya, rasa rindu untuk pulang kerumahnya sangatlah menggebu. Apalagi beberapa hari ini dirinya tidak pernah menghubungi indah.

Dirinya meraih handphone di atas nakas dan melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Zhafi. Dirinya mengernyit heran namun tangan mungilnya itu beralih memencet nama Indah dan memulai panggilan nya.

"Hallo"

"Hiks.. mama" Reta berbaring di atas tempat tidur sambil terisak pelan.

"Lah ko nangis? Reta kenapa?" Tanya Indah di sebrang sana dengan nada khawatir nya.

"Reta kangen sama mama hiks.. mau pulang" rengek nya

"Mama lebih kangen nak, tapi papa sama nggak bisa jemput" Suara indah berubah menjadi parau tanda wanita itu sedang menahan tangisnya.

"Nggak usah mah, nanti besok Reta udah mau pulang"

"......"

"Iya mah"

"....."

"Iya waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" sambungan telepon terputus dan Reta memeluk guling menutupi wajahnya yang banjir air mata. Menit berikutnya mata Reta terpejam menandakan gadis itu telah terjun ke alam mimpi.

Di sebuah ruangan tertutup, Zhafi menentang keras keputusan Abi nya yang menurut Zhafi sangatlah konyol.

"Zhafi ingat, terkadang ucapan orang tua itu adalah yang terbaik" ujar Hasiq- Abi Zhafi

Zhafi mengusap wajahnya kasar, berhadapan dengan Hasiq membuat emosi nya memuncak.

"Astaghfirullah" gumamnya

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang