17. Undangan mendadak

2.6K 92 5
                                    

"Gue tau ini terlalu cepat untuk gue, apalagi harus menyandang status sebagai seorang istri dari suami yang begitu taat pada agamanya" ujar Reta membuka pembicaraan di antara mereka berdua.

Mereka berdua kini berada di sebuah bukit yang memperlihatkan gemerlap nya kota Bandung.

"Gue masih nggak nyangka kalo Lo mau nikah. Gue lagi galau loh ini tapi Lo malah mau nikah" balas Dinda cemberut

Reta membiarkan rambutnya di tiup oleh sejuknya angin "Gue juga Dinda, selama ini tak pernah terpikirkan kalau gue nikah secepat ini"

"Padahal kita pernah berjanji untuk melanjutkan S2 nanti bersama, namun takdir begitu licik mematahkan impian itu" Kata Dinda menatap ke depan melihat suasana kota Bandung

Reta tersenyum miris mengingat janji itu, sebuah impian yang begitu besar membuat semangat di antara mereka sangat membara untuk menyelesaikan S1.

Lama mereka terdiam dengan pikiran yang berkecamuk, Dinda menoleh menatap Reta yang menatap kosong ke depan.

"Vino ternyata selama ini selingkuh di belakang gue Ret" terdengar Isak Dinda yang menunduk memeluk lututnya.

Reta mengelus punggung Dinda "Kalimat itu terhitung sudah ribuan kali Lo katakan Dinda"

"Hiks..hiks... Gue masih nggak nyangka Reta, selama ini hubungan kami baik-baik aja tidak ada masalah Sama sekali namun akhirnya~ hiks.. hiks.. hiks.. dia memutuskan untuk berpisah dengan alasan ada yang lain hiks.. hiks..." racau nya histeris menjambak rambut nya sendiri

Reta memeluk Dinda dari samping dan menenangkan nya "Cukup Dinda, ada gue disini. Lo nggak sendiri lagi"

Entah kenapa jika sahabat nya menangis pilu, Reta juga ikut meneteskan air mata karena sakit nya itu seakan bisa di rasakan oleh nya.

"Gue nggak bisa lupain dia Reta"

"Perlahan-lahan juga bisa, sabar" gumam Reta di pundak Dinda yang juga ikut terisak.

Lama mereka terisak, mereka berdua tersenyum lalu berpelukan kembali.

"Gue akan berusaha lupain dia Ret" ujar Dinda melepaskan pelukan mereka.

"Jadilah wanita bijaksana yang mampu berpikir panjang mengenai seorang pria" Balas Reta dan mengeluarkan sebuah kertas berwarna pink dari dalam tas nya.

"Datang yah"

------

Reta menatap langit pagi yang mendung dengan rintikan hujan yang mulai jatuh. Setelah semalam mencurahkan segala keluhannya pada Dinda, kini dirinya benar-benar mantap dalam mengambil resiko yang besar itu.

Suasana yang dingin memang sangat bagus untuk kaum rebahan apalagi di tambah dengan suara gerimis hujan yang menjadi alunan musik menuju alam mimpi.

"Semoga keputusan ku ini menjadi jalan yang baik kedepannya" gumam nya mengeratkan selimut di tubuhnya.

Mata nya mulai terpejam menikmati pagi yang sejuk dan sedikit menghilang beban pikiran nya.

Sedangkan di ruang keluarga orang tua Reta membahas pernikahan mendadak ini.

"Reta masih sangat mudah untuk menikah" imbuh Rena

"Papa juga khawatir padanya jika pria itu tidak benar-benar mantap untuk nya"

"Mama bingung deh kalau gini" sahut Indah menggaruk kepalanya

Mereka bertiga kemudian bersiap untuk bertemu dengan Zhafi di tempat yang telah di janjikan.

Sesampainya mereka di bantu ke tempat Zhafi dan di sambut baik oleh nya.

"Maaf membuat mu lama menunggu" ucap Rena menarik kursi di hadapan Zhafi

"Saya tidak keberatan dengan hal itu" balas Zhafi

Mereka kembali terdiam sambil menunggu kedatangan makanan yang telah Zhafi pesankan untuk mereka.

"Baiklah nak Zhafi, apa kau benar-benar ingin menikahi putri ku?"

"Saya benar-benar ingin menikahi Reta pak, bukankah hal ini sudah kita bicarakan sejak awal?" Jawab nya dengan tenang

"Saya tau, tapi saya masih ragu akan hal itu"

Terlihat Zhafi yang menghembuskan nafas kasar "Saya berjanji akan menjaga putri mu dengan baik dan saya akan melakukan apapun yang dia inginkan"

Aryo melirik Indah yang mengangguk menyetujui walaupun wanita itu masih terlihat ragu.

"Saya pegang janji mu Zhafi"

Zhafi mengangguk paham lalu menyuruh mereka makan setelah pesanan mereka terhidang kan.




~Jodoh pilihan Allah~

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang