07. Acara Lamaran

2.9K 94 2
                                    

Malam itu, dirumah minimalis yang terbilang sederhana terjadi keributan antara adik kakak yang menimbulkan cidera salah satu di antara mereka.

"Sekarang Lo puaskan Rena?" Sinis Reta dengan tajam sambil menahan perih di lengannya

Rena yang melihat darah mengalir di lengan adiknya langsung panik dan ingin menyentuh namun di tepis oleh Reta dengan kasar. Sedangkan kedua orang tua panik luar biasa saat mendengar teriakkan Reta.

"BUKA PINTUNYA RENA RETA" seakan tuli dengan teriakan dan bentakan Aryo, Reta kembali mengucapkan kata-kata yang menyakiti Rena.

"Lo penghianat Rena, seandainya Lo ngomong dari awal nggak bakal kayak gini" ucap Reta sambil menekan setiap perkataan nya

Rena yang khawatir akan darah yang terus mengalir membuat nya menitikkan air mata tanpa menghiraukan perkataan Reta.

"Hiks.. kita obati dulu~" Ucapan Rena lagi-lagi di sela oleh Reta dengan teriakan yang membuat kedua orang tua semakin panik.

"LO NGGAK USAH PEDULIKAN GUE, KELUAR DARI KAMAR GUE" teriak Reta

Darah berceceran di lantai tak di pedulikan oleh Reta melainkan semakin terisak sambil meringkuk di tepi ranjang sambil memeluk dirinya sendiri walaupun kini baju nya basah akibat darah.

Setelah mendengar tak ada lagi perdebatan diantara keduanya, Aryo dan Indah mencoba membuka knop pintu tapi nihil, pintu itu masih terkunci.

"Hiks.. kakak minta maaf hikss.." mohon Rena yang duduk tak jauh dari Reta

Reta yang terisak tak menjawab perkataan Rena justru semakin benci kepada Rena.

Reta menatap Rena dengan tajam "Keluar dari kamar gue"

"Tapi~"

"Keluar sebelum hal buruk terjadi pada diri Lo" ancam Reta

Rena menghapus air matanya dengan kasar dan mengambil lembaran tisu untuk meng lap darah di lantai.

"Kakak boleh peluk nggak?" Pinta Rena yang telah menyelesaikan kegiatan nya

"Gue nggak Sudi"

Rena menghela nafas panjang dan berdiri lalu menatap adiknya yang kembali terisak. Rena tau betapa sakit yang dialami Reta namun dirinya juga bingung untuk menyelesaikan masalah ini.

Sedangkan rombongan keluarga Ari sudah berada di teras rumah menunggu untuk di bukakan pintu.

"Kakak berharap kamu mau maafin kakak" ucap Rena yang langsung keluar tanpa menunggu balasan dari Reta.

"Sampai kapanpun nggak akan pernah" balas Reta saat Rena menutup pintu kamarnya.

Di ruang tamu, sedang berlangsung acara lamaran yang sesuai dengan harapan Rena walaupun matanya menjadi sorotan dari keluarga Ari.

Merasa di perhatikan, Rena tersenyum kikuk kepada semuanya walaupun saat ini pikiran dan hatinya berpihak kepada Reta.

Rena berpikir sedari tadi jika Reta melakukan hal buruk pada dirinya sendiri, Rena takut akan hal itu membuat dirinya berkeringat dingin.

"Apa kau segugup itu sampai berkeringat dingin?" Tanya Ratih.Ibu Ari

Rena hanya tersenyum sebagai jawaban padahal jiwa nya yang bersama mereka namun pikiran nya kepada Reta.

Beberapa menit setelah mengutarakan tujuan mereka datang, mereka mengobrol lebih dalam tentang keluarga masing-masing. Namun berbeda dengan Rena yang tidak tenang di tempat duduk nya membuat Ari semakin aneh melihat tingkah Rena.

"Ada apa sayang?" Tanya Ari dengan nada pelan

Rena hanya menggeleng, dirinya semakin khawatir jika semakin membuat hal yang tidak-tidak karena sedari tidak keluar kamar.

Beberapa saat kemudian, orang yang di khawatirkan nya akhirnya keluar dari sangkar dengan pakaian yang tidak biasa.

Reta memakai kaos abu-abu oversize dengan lengan sampai ke siku, celana legging warna hitam serta memakai masker hitam agar tidak ada yang memerhatikan wajah nya yang sembab.

Rena berdiri dari duduknya "kamu mau kemana dek?"

Bukannya menjawab pertanyaan Rena, Reta justru berpamitan kepada Aryo dan Indah

"Mah, pah. Reta Keluar dulu yah soalnya mau bikin laporan dengan Dinda" ucap Reta sambil memperbaiki ransel nya

Mereka mendengar suara Reta yang tidak biasanya lantas bertanya yang membuat Rena hampir menitikkan air matanya.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Indah yang mendekat ke arah Reta

Sebelum Reta menjawab, Indah terlebih dahulu menarik tangan kanan Reta dan menyingkap lengan yang menutupi sebagian di lengannya.

Betapa terkejutnya mereka semua melihat perban yang hampir berwarna merah keseluruhan.

"Astaghfirullah, ini kenapa sayang?" Panik indah seketika

Reta tersenyum simpul di balik masker nya dan menjauhkan tangan indah dengan lembut dari lengannya.

"Ini cuma luka ringan ko mah, nggak usah berlebihan"

"Ringan gimana banyak darah gini?" Balas Indah dengan tatapan melotot

"Ko bisa kayak gini Ret?" Timpal Aryo melihat lengan Reta

Reta melirik sejenak Rena dan kembali memandang Aryo "jatuh dari motor pah"

Mereka semua geleng-geleng kepala tapi tidak dengan Rena yang terharu melihat adiknya menyembunyikan fakta sebenarnya. Padahal Rena yang sudah membuat goresan luka itu terukir.

"Udah yah, Reta mau berangkat dulu sebelum kemaleman" Reta memperbaiki bajunya dan menyalami kedua orang tua nya dan keluar dengan perasaan campur aduk antara marah,kecewa,sedih semua tercampur menjadi satu.

Reta menatap kosong ke arah jalanan dan hampir saja menabrak pengendara lain jika saja bunyi klakson mengagetkannya.

Reta seakan menulikan pendengaran nya saat makian yang di lontarkan dari para pengendara untuk nya. Tujuan nya saat ini bukan ke rumah Dinda maupun ngerjain tugas melainkan menenangkan diri ke suatu tempat.



Annyeong para reader! Gimana nih menurut kalian di part bagian ini?
Komen dan vote sebanyak banyaknya yah!

~Selesai~

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang