15. Frustasi

2.3K 95 10
                                    

“Wahh jadi Ini semua bibi yang masak?" Reta menatap takjub semua hidangan di atas meja yang sangat menggiurkan.

"Panggil aja umi yah"

Reta tertegun sejenak menatap Sila, tidak biasanya wanita paruh baya itu akan menatapnya judes. Namun kali ini Sila berubah menjadi wanita yang lembut membuat hati Reta tersentuh.

"Iya umi"

Sila mengangguk lalu menuntun Reta duduk di kursi "Silahkan di coba masakan umi" Reta sedikit tak enak namun tetap mencoba nya.

"Gimana?"

Reta mengangguk-angguk sambil mengunyah pelan "Masya Allah, ini enak sekali Loh umi" ucap Reta memuji masakan Sila.

"Nanti temani umi yah yang di ruang tamu" pinta Sila namun di balas tatapan bingung dari Reta.

“Emang kenapa?”

“Udah, nanti pokoknya temani umi. Umi mau siap-siap dulu” Sila berlalu masuk ke kamar membuat Reta semakin heran di buatnya.

Reta menyendok makanan nya dengan cepat agar dirinya bisa mempersiapkan diri untuk pertemuan yang akan di mulai beberapa menit lagi.

“Pelan-pelan Reta, kayak orang kesurupan” Tegur Zhafi menarik kursi di hadapan Reta.

Reta melirik sekilas dan tetap fokus pada makanannya, namun sesaat kemudian dirinya menatap tajam Zhafi karena Reta sangat risih dengan tatapan Zhafi padanya.

“Liatin nya biasa kali” cibir Reta menyendok nasi ke dalam mulutnya dan semua perlakuan Reta tak luput dari pandangan Zhafi.

“Assalamualaikum” sapa seseorang dari depan

“Zhafi, ada tamu kah?”

“Diam aja” Zhafi merubah mimik wajahnya menjadi datar tidak seceria tadi saat tamu dari depan itu langsung datang ke meja makan.

Hasiq melirik Reta yang duduk diam sambil menunduk “Reta, makan duluan yah” Reta pikir Hasiq akan lebih judes dari Sila. Namun pria paruh baya itu sangat menghargai nya di depan tamu.

Apakah ini hanya lelucon nya agar dia tidak marah di depan tamunya?-Batin Reta

Reta melirik wanita syar'i di hadapan nya yang juga tengah menatapnya dengan ekspresi yang sulit di jelaskan.

“Silahkan duduk Kanaya” suruh Sila, Kanaya mengangguk dan mengambil tempat di samping Zhafi sedangkan kedua orang tuanya di samping nya.

“Makan yah Bu, jangan malu” Ucap Sila pada ibunda Kanaya.

“iya makasih udah repot-repot siapkan semuanya” balas Laila dengan senyum merekah nya.

“Pak Sainul, kita makan dulu setelah itu kita bahas yang telah kita sepakati” ujar Hasiq sambil menyendok makanan nya.

“Iya pak, kami sangat berterima kasih atas hidangan yang telah kalian siapkan” Hasiq mengangguk samar lalu menyendok makanan nya ke mulutnya.

Kanaya yang asik makan menoleh ke samping dan mendapati Zhafi yang sibuk menatap Reta tanpa ikut makan bersama.

“Mas! Ko nggak ikut makan?” tanya Kanaya yang di balas tatapan datar oleh Zhafi. Yang lain juga ikut melihat Zhafi yang tidak menyentuh hidangan di depan nya.

“Nggak apa-apa” Zhafi kembali memandang Reta yang juga tengah menatapnya sambil menaikkan sebelah alisnya.

“Biar saya ambil kan” ujar Reta setelah mengerti arti kode yang di berikan Zhafi.

Sila tersenyum melihatnya sedangkan yang lainnya hanya melirik sekilas dan melanjutkan kegiatan makan mereka. Berbeda dengan Kanaya, gadis itu terus menatap Reta yang melayani Zhafi dengan teratur membuat Zhafi tersenyum padanya. Kanaya iri akan itu.

PERFECT PARTNER (Tahap Refisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang