10. Wanita Tangguh

771 141 33
                                    

Hai, Deers! Kirana n Bisma datang lagi. Part lalu sepi banget komennya🙄Semoga part ini full komen dan vote. Dukungan kalian di work gretong ini sangat berarti buat penulis ygy. Jadi, selalu sempatkan untuk klik bintang dan bubuhkan komen tanda cinta kalian buatkuy ...

💕💕💕

Belum sempat Kirana bertanya lebih lanjut, sambungan telepon Papa terputus. Kirana linglung. Bingung.

Mama sakit? Mamanya yang tangguh dan galak pingsan?

Kaki Kirana terasa lemas dan pikirannya laksana tertutup kabut tebal. Dengan langkah gontai, dia berusaha mengayunkan langkah secepat yang dia bisa. Hatinya kalut karena tak pernah mendapati mamanya yang tegar itu ambruk.

Melihat ibu hamil itu berlari menuju tangga, Bisma mengejar dengan langkah panjangnya.

"Ran, kamu mau celaka? Kamu tuh hamil!" Bisma menarik lengan atas Kirana hingga tubuh wanita itu berputar dan menabrak dadanya.

Wangi maskulin yang sama dengan parfum yang digunakan Bima terhidui, hingga mengobrak-abrikkan perasaannya. Dia mendorong Bisma dengan kuat, saat nalarnya mengingat Bima sudah pergi. Yang ada di hadapannya adalah Bisma yang mirip dengan laki-laki yang dia sayangi.

"Aku nggak segila itu! Mama ... Mama ...." Kirana tergugu. Lidahnya kaku karena dicekik cemas. "Aku harus pergi."

"Tunggu!" Jari-jari Bisma semakin erat mencengkeram lengan atas Kirana hingga wanita itu meringis.

"Lepas, Mas!" Kirana berusaha mengurai jari panjang itu.

"Mama kenapa?"

Entah kenapa Bisma sekarang sudah mengganti panggilan mamanya. Namun. Kirana enggan berdebat. "Mama pingsan. Dibawa ke Kasih Bunda."

Mata sipit Bisma melebar. Cengkeramannya mengendur dan tangan itu kini meraih telapak tangan Kirana. "Ayo, aku antar ke rumah sakit."

Kirana melongo. Ia seperti dejavu. Seolah lorong itu memutar kembali waktu saat Bima menggandengnya pertama kali hingga membuat jantungnya berdebar kencang. Wanita itu menatap nanar jari panjang yang menggenggam tangannya dan mengikuti arahan Bisma menuruni tangga. Sampai akhirnya dia sudah berada di luar halaman sekolah yang digunakan sebagai parkiran motor dadakan.

"Sori, aku bawa motor. Kamu nggak pa-pa, kan?" Bisma memberikan cengiran.

Kirana menggeleng. Memang Bisma dan Bima, berbeda seratus delapan puluh derajat. Bima lebih memilih setir bulat bila bepergian. Sedang Bisma menyukai naik motor merah kesayangannya. Hanya saat tertentu saja Bisma membawa mobil karena dipaksa Mami Rosa.

"Pakai helmnya." Bisma memakaikan helm ke kepala Kirana seperti memakaikan helm pada anak kecil. Bahkan dia membantu mengaitkan kunci di dagu.

Saat Bisma membungkuk, wajah mereka berhadapan. Mata Kirana menatap dalam muka Bisma yang tersorot cahaya temaram lampu parkiran.

"Jangan lihat kaya gitu. Aku bukan Bima!" Bisma mengerling sejenak ke arah Kirana.

Seketika pipi Kirana memerah. Dia memalingkan wajah karena terhipnotis dengan wajah rupawan yang dia rindukan. Ah, bagaimana bisa Kirana menganggap laki-laki yang ada di hadapannya adalah Bima. Namun, Kirana enggan menjawab dan memilih menutupi rasa malunya dengan kebisuan. Ada hal lain yang lebih dia risaukan.

Dari ekor matanya, tampak jelas tarikan bibir miring Bisma. Walau sekilas, Kirana yakin senyuman itu seolah menertawakannya. Menyebalkan! Rutukan di hatinya bertubi-tubi terlontar. Dia berjanji, tidak akan terlena bila bersama Bisma sehingga menjadi bahan cibiran. Ya, karena Bisma bukanlah Bima.

"Pakai ini." Bisma menyelubungkan jaket bertuliskan Obsgyn Ketje ke tubuh mungil Kirana.

"Nggak usah ...." Kirana berusaha menepis jaket Bisma.

Hold My Hand (Completed-Pindah Ke KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang