23. Magnet Bisma

864 151 24
                                    

Hai, Deers! Jumpa Bisma n Kirana. Maap slow update. Semoga ada yang menanti. Jangan lupa klik bintang dan berikan komen.

💕💕💕

Kirana masuk begitu saja meninggalkan Bisma yang membereskan laptop serta buku-buku di atas meja teras. Hatinya mencelus melihat perhatian kecil Bisma. Walau tak banyak bicara, sikap yang muncul dari hati itu mengena di relung kalbu Kirana terdalam.

Kirana menggeleng. Dia harus menyingkirkan pemikiran itu. Jangan sampai Kirana terlalu kegeeran gara-gara sikap Bisma. Bukankah Bisma memang punya sifat yang ramah dan ringan tangan? Berbanding terbalik dengan Bima yang cenderung pendiam.

Kirana tak langsung masuk ke kamar. Dia meletakkan tas dan paper bag di atas meja di ruang tengah dan pergi ke kamar mandi. Sepertinya dia perlu membasuh badan dan kepala agar otaknya menjadi dingin sehingga dia bisa berpikir lebih jernih.

Satu guyuran pada tubuh telanjang bulatnya menepis rasa lengket akibat debu dan keringat. Namun, walau kotoran fisiknya bisa larut dengan sabun dan terbawa air, nyatanya air dingin itu tak bisa membilas bersih rasa kotor akibat kemunafikannya.

Air mata yang sudah kering kembali meleleh, bersatu dengan guyuran air. Tak masalah bila kedapatan matanya merah karena dia sudah punya alibi kuat. Sabun akan menjadi kambing hitam dan tentu saja membantu kebohongan yang belum tentu akan terjadi.

Isakan Kirana teredam bersamaan dengan deburan guyuran air yang jatuh ke lantai keramik biru tua. Cukup lama dia mandi hingga tenaganya terkuras. Saat dia berbalik hendak mengambil handuk, seketika Kirana mengerjap.

"Handuk …?" gumamnya tak jelas.

Kirana menggigit sudut bibir. Malam sudah semakin larut dan dia yakin Papa sudah terlelap. Tapi Kirana malu bila harus meminta bantuan Bisma. Perlahan-lahan, dia membuka pintu hingga menimbulkan sedikit celah.

"Pa … Papa!" panggil Kirana di malam sunyi pada pukul sebelas malam.

Tak ada jawaban dari Papa. Kirana mendesah. Tak mungkin dia memakai lagi baju yang sudah dipakai seharian. Lagipula baju itu sudah bersatu dengan baju kotor lainnya di ember tertutup. Bila dia lari dari kamar mandi dalam keadaan tanpa sehelai kain, Bisma pasti berpikir dia sudah gila.

Dengan suara yang lebih keras, Kirana yang giginya mulai bergemeletuk, memanggil Papa lagi. "Pa!"

Alih-alih Papa, yang datang justru Bisma yang mendorong pintu kamar mandi yang memang dibiarkan sedikit menganga. Kirana sontak berbalik dan menutup dada dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya menangkup area pribadinya.

"Ngapain masuk?" Suara Kirana tertahan karena tidak ingin membangunkan Papa.

"Ngapain teriak-teriak malem-malem manggil Papa? Papa udah istirahat! Tega bener nih anak!" Bisma bicara seperti orang berbisik dengan nada gusar.

"A-aku … lupa bawa handuk." Tubuh Kirana mulai bergetar. Selain karena ngeri ditatap Bisma, dia juga mulai kedinginan.

Bisma mendengkus, kemudian keluar dari kamar mandi. Mengetahui Bisma berlalu dari belakangnya, Kirana langsung memutar tubuh dan mendorong pintu kamar mandi. Dadanya bergemuruh hebat. Walau dia kedinginan, air di wajahnya sudah bercampur peluh tipis.

"Nih, aku taruh di handel pintu." Suara Bisma terdengar dari balik pintu.

Kirana buru-buru membuka pintu dan menarik handuk. Ia terkesiap melihat ada dua handuk baru. Yang satu ukuran medium dan yang satu ukuran kecil. Rupanya Bisma paham kalau Kirana sering membungkus rambutnya setelah keramas dengan handuk berbentuk segitiga.

Walau dia bisa mengeringkan tubuh dan rambut dengan handuk itu, yang jadi masalah sekarang adalah handuk itu tak cukup pas melilit tubuhnya. Ketika Kirana mencoba membuat kemben, ujung bawah handuk berada tepat di bawah pantat. Namun, mau tidak mau dia harus keluar dengan handuk yang membebat tubuh karena dia lupa membawa baju ganti.

Hold My Hand (Completed-Pindah Ke KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang